2//My Hero!

161 6 1
                                    

Ali POV

Merasa tidurku terusik, akupun mengerjapkan mataku perlahan. Mencoba membuang rasa letih yang membuatku enggan membuka kedua mataku.

"ALI WOY BANGUN! KEBO BANGET SIH NAJIS"Teriak wanita dihadapanku yang tengah menatapnya garang seraya berkacak pinggang. Siapa lagi kalau bukan kakakku, Alya Avivah.

"Apaansi kak, Ali masih ngantuk. Biarin gua bangun siang sehari aja.. Mumpung dapet free dihari minggu"Ucapku seraya menenggelamkan kepalaku kembali dibawah bantal.

"Ya maka dari itu, mumpung lo lagi terbebas dari berkas-berkas kantor yang menumpuk gue pengen minta tolong kasih kotak biru ini ke tante Indira. Rumah cat biru didepan taman komplek. Ya ya ya? Gue mohon li.. Lo tau kan semenjak menginjak 7 bulan ini gue jadi gampang banget lelah. Emang lo mau liat gue berakhir terbaring lemah di rumah sakit? Nah pulangnya lo kan bisa sekalian mampir ke taman buat refresh otak lo. Gue tau lo pasti stress sama berkas kantor." Alya menggunakan senjata andalannya dengan memasang wajah puppy eyes-nya. Ck! Mana bisa aku tega menolongnya kalau sudah begini?

"Ini kan hari minggu, lo bisa lah minta tolong bang Vero atau pergi berdua gitu sama bang Vero!"

"Yaelah li, tolong lah. Bang Vero demam, masa iya gue maksa dia buat nganter ini sedangkan elu malah enak-enak bangun siang?"

Aku menghela napas panjang lalu beranjak menghampiri dan berlutut didepan perutnya yang membesar, mengelusnya dengan penuh kelembutan. "Ponakan om cepet lahir ya! Jangan bersekongkol sama ibu kamu itu yang selalu nyiksa om Ali"

"Om ayi halus belajal disiksa dulu, bial gakaget kalo disiksa istri om ayi yang lagi hamil nanti. Hihihi"Ucap Alya dengan nada yang dibuat-buat seperti anak kecil. Membuatku mendengus kesal.

[•][•][•]

Aku menyusuri taman kompleks yang hijau sambil sesekali menghirup udara pagi yang segar, sejenak melupakan penat yang hinggap dipikiranku. Hingga pandangan ku tertarik pada lelaki kecil yang aku perkirakan berumur 4 tahun, sedang menunggu giliran menaiki seluncuran kecil berwarna hijau yang dipenuhi oleh anak-anak seumurannya, padahal tidak jauh dari situ terdapat seluncuran kecil juga berwarna merah yang tidak terlalu penuh seperti seluncuran ini. Kenapa tidak naik seluncuran itu saja? Dasar anak kecil!

"Hai tampan!"Sapaku pada lelaki kecil yang berhasil menarik perhatianku.

Anak lelaki itu mendongak sejenak lalu mengurucutkan bibirnya sebal. Sungguh menggemaskan!"Namaku bukan tampan om!"

"Lalu namamu siapa?"

"Alka"

"Oh, hai Alka. Maafkan om yang telah memanggilmu tampan"

Anak lelaki itu kembali mengerucutkan bibirnya sebal. Kembali tidak terima. "Alka om bukan Alka"

Aku mengerutkan keningku, mencoba menafsirkan apa yang anak lelaki itu katakan. Dan aku teringat sesuatu!

"Ah ya om mengerti! Hai Arka. Maafkan om yang telah memanggilmu tampan lalu alka"Ucapku yang hanya dibalas dengan anggukan kepala.

"Om mau naik juga?" Tanyanya dengan polos yang berhasil membuatku tertawa terbahak-bahak.

"Enggak Arka, om kan sudah besar, mana muat naik perosotan kecil itu. Hmm, kenapa kamu tidak mencoba perosotan merah itu? Keadaan disana lebih baik daripada disini, disini kamu bisa saja terjatuh karena berdesakan dengan yang lain"

Arka menggeleng lemah. "Kakak bilang, kalau aku main disitu nanti aku jauh dari kakak"

"Gimana kalau om yang menemani kamu untuk bermain disana?"

My Hero!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang