4//My Hero! -REVISI-

148 1 4
                                    

Untuk kedua kalinya mobil Ali kembali terparkir dengan mulus. Dihadapannya tampak sebuah bangunan yang tidak terlalu megah namun sangat menampilkan kesan nyaman. Yup, bangunan tersebut adalah kediaman Prilly.

"Nah ini rumah gue li, maaf banget ya mobil lo harus parkir diluar. Biasanya daerah sini aman sih, tapi kalau lo emang khawatir biar gue keluarin mobil gue dulu dari carport" Ali hanya diam, tidak merespon ucapan-ku. Matanya tidak lepas dari bangunan rumahku seperti...terpesona?

Tanganku langsung melambai-lambaikan tepat didepan wajahnya untuk menyadarkannya dari lamunannya. "Hey? Ali?"

"Eh.. M-maaf, kenapa pril?"

"Lo ngeliatin apaansih? Kayak orang terpesona gitu?"

"Rumah lo nyaman, persis sama yang punya. Mampu membuat gue merasa nyaman walau baru dipertemukan"Ucapnya hampir berbisik tepat di telingaku, yang entah mengapa membuat jantungku berdetak kencang dan darahku berdesir hebat.

"Pril" Aku memberanikan diri mengangkat kepalaku untuk melihat seseorang yang baru saja memanggilku, tampak ia sedang menggaruk-garuk tengkuknya. "Maaf, gue ha--"

"Udah yuk masuk, mau sampe kapan kita berdiri disini? Tapi maaf banget ya mobil lo harus parkir diluar. Biasanya daerah sini aman sih, tapi kalau lo emang khawatir biar gue keluarin mobil gue dulu dari carport"

"G-gapapa kok. Dirumah juga biasa parkir diluar, lagipula kalau ilang ya gapapa, beli lagi juga bisa" Ucapnya seraya memasang wajah yang angkuh yang langsung kubalas dengan jitakan super dikepalanya yang berhasil membuatnya meringis karena kesakitan. Siapa suruh sombong? Yakan?

[•][•][•]

"Assalamualaikum, Bibi Mer? Arka? Aleesha? Prilly datang"

Arka yang mendengar suaraku segera berlari menghampiriku lalu memelukku dengan sangat erat. Kebiasaanya sejak ia lancar berjalan. "Ka piyi!!!!"

"Jawab salam dulu kalau ada yang ngucapin salam, okey?"

Arka mengangguk dengan penuh semangat. "Waalaikumsalam ka piyi dan...om ali?"

"Hai Arka, akhirnya kita ketemu lagi ya?"

Lagi-lagi Arka kembali mengangguk dengan semangat, kali ini ditambah dengan senyum lebarnya yang menampakan gigi kecilnya yang sangat menggemaskan. "Alka seneng bisa temu om ali, eum.. Om ali bawa apa itu?"

"Ini makanan pesenan Arka, Arka makan yuk. Arka pasti udah laper kan? Kita makan bareng-bareng sama ka prilly dan bibi mer" Ucap Ali sembari menangkup kedua pipi gembil milik Arka gemas, sedangkan makanan yang sedari tadi Ali bawa sudah beralih ketanganku untuk dipersiapkan.

Arka hanya diam, raut wajahnya berubah sedikit murung. Ada apa dengan dia?. "Dede Aleesha gak diajak?"

Oh ternyata dia mengkhawatirkan adiknya, sontak kami-aku dan ali-yang tadi sangat amat kebingungan dengan perubahan raut wajah arka kini tertawa secara bersamaan. "Dede Aleesha kan belum boleh makan nasi sayang, jadi dede Aleeshanya liatin kita makan aja yah? Nanti kalau dede Aleesha udah boleh makan nasi, kita ajak dede Aleesha makan bareng? Gimana?"

Untuk ketiga kalinya, Arka kembali mengangguk dengan semangat dengan senyuman lebar yang memperlihatkan gigi kecilnya. Pintar juga Ali membujuk Arka.. Memang suami idaman, eh?. "Alka panggil bibi mel dulu ya om"

[•][•][•]

AUTHOR POV

"Ayo li dimakan, keburu dingin nanti gak enak. Eh arka ayo ajak om alinya makan bareng sama arka, kasian tuh omnya belum sarapan loh"

Arka tampak mengunyah makanan yang berada didalam mulutnya sebelum mengucapkan sesuatu. "Ayo om makan ama Alka"

Ali menggeleng lembut. "Nanti aja makannya bareng-bareng, lagipula masa tamunya makan duluan sedangkan tuan rumahnya belum"

"Santai aja kali li, lama loh kalo nunggu arka. Bi mer juga pasti nungguin gue"

Lagi-lagi Ali menggeleng lembut, pandangannya tidak sedikitpun beralih dari wanita dihadapannya yang begitu telaten menyuapi Arka. Tanpa Ali sadari senyum tipis menghiasi wajah tampannya. "Gapapa kali, ohya. Lo udah izin belum sama suami lo kalau gue bertamu dan makan bareng gini sama isteri dan anaknya? Nanti malah timbul kesalahpahaman lagi"

'Apa? Suami? Isteri? Anak? Sejak kapan aku punya suami? Punya pacar aja belum, mau jadi isteri dari suami siapa? Dan anak, emangnya aku udah cocok banget ya jadi ibu-ibu?'Tanya Prilly dalam hati. Bukannya menjawab Prilly malah tertawa dengan sangat kencang yang berhasil membuat Ali mengerutkan keningnya. "Suami apa sih li, gue masih lajang kali. Fyi, Arka sama Aleesha ini adek gue. Udah jelas juga kan mereka manggil gue dengan sebutan "kakak", tapi kenapa lo ngira mereka anak gue? Emangnya muka gue udh tua banget dan cocok jadi tampang emak-emak ya?"

"Ya maaf, awalnya gue emang udah curiga kalo lo mereka itu adek-adek lo, tapi jaman sekarang kan. Cewek cantik, berbakat, dan susah banget buat ditemuin kaya lo itu kan pasti udah di hak paten semua, mana ada sih cowok yang menyia-nyiakan"Jelas Ali yang lagi dan lagi membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat. 'Ada apa ini? Jantung oh jantung, normalkanlah detakanmu. Ini hanya sebuah pujian...'Ucap Prilly yang hanya mampu ia ucapkan didalam hati.

"Ka piyi! Ka piyi dengel alka gak sih?"Tanya Arka yang berhasil membuat Prilly sedikit terkejut karena baru saja tersadar dari pesona pujian yang Ali berikan. Sedangkan Ali hanya tertawa melihat pemandangan dihadapannya.

"Eh? Kenapa Arka?"

"Makanannya udah abis tuh kak, Alka udah kenyang. Kalang Alka ain dulu ya"

Prilly mengalihkan pandangannya kearah tangannya yang sedang memegang sebuah piring. Ternyata benar, nasi dan lauk pauk kini telah berpindah keperut Arka. 'Kenapa aku bisa tidak sadar seperti ini...'. "Ehiya, maaf ya Arka. Sekarang sebelum main panggil bibi mer dulu ya suruh makan bareng sama kaka dan om ali, okey?"

"Okey ka piyi"

Ali menghela nafasnya panjang, satu pertanyaan masih tertahan di tenggorokannya. Dengan perlahan Ali mulai memberanikan diri untuk memanggil Prilly untuk melontarkan pertanyaannya. "Pril.."

"Iya? Kenapa? Makan yuk, bentar lagi bi mer juga kesini"

"KAAA PIYI, KATA BI MEL. BI MEL ANTI AJA MAKANNYA, PELUT BI MEL AKIT" Teriak Arka.

"Eum.. Masa kita makan bertiga aja sih? Orang tua lo gak diajak?"

Prilly hanya bisa terdiam. Kejadian itu kini terus menerus berputar dikepalanya bak kaset rusak. Matanya berusaha untuk menahan air mata agar tidak turun membasahi pipinya. "A-ayah sama b-bunda gue udah meninggal, ayah meninggal saat--"

Melihat mata Prilly yang mulai berkaca-kaca, Ali dengan segera membatalkan pertanyaannya. Ali merasa begitu bersalah, karena telah lancang bertanya dan sudah merusak acara makan bersama mereka. "Maaf gue gak bermaksud bikin lo nangis, gue bener bener gatau. Sekarang mending lo makan, lo gaperlu meneruskan jawaban lo kalau lo belum siap. Gue bakal jadi pendengar setia, mendengarkan semua cerita lo kalau lo emang sudah benar-benar siap menceritakan semuanya, okey?"

Prilly hanya mengangguk lemah. Piring yang awalnya sudah ia ambil kini kembali ia letakkan, nafsu makannya benar-benar hilang saat ini.

"Sekali lagi gue minta maaf udah bikin lo kehilangan nafsu makan, tapi sekarang lo tetep harus makan. Apa lo gak mikir siapa yang bakal ngurusin Arka dan Aleesha kalau lo jatuh sakit? Sekarang sebutin lauk apa yang lo mau, gue akan suapin lo. Dan gue tidak menerima penolakan"
================================
My Hero!

A/N: Hai, selamat malam dari aku..
Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin ya semuanyaaa💕💕
Gimana nih liburannya? Seru dong seru ya pastinya😝
Gakerasa loh ya senin udah masuk sekolah(lagi), semangat sekolah buat kalian semuaa!!

Alangkah indahnya sebelum tidur tinggalkan vote dan comment untuk kebahagiaan pengantar tidur buat aku, terimakasih semua😆

Happy reading❤!

Sabtu, 16 Juli 2016.
Edisi revisi; Minggu, 17 Juli 2016.

My Hero!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang