***
Satu yang ada di benakku. Apa yang akan Justin lakukan di rumah Maria? Apa Maria adalah mantan submissive Justin? Jika ya, Justin benar-benar keterlaluan. Setelah ia memperlakukan dengan cara yang benar-benar kejam -menurutku begitu-sekarang ia malah pergi ke rumah Maria. Tapi aku sangat yakin Maria adalah mantan submissive Justin. Aku tidak menghabiskan makananku. Xavier dan D'aman masuk ke dapur saat Justin sudah pergi dari dapur. Xavier menatapku dengan tatapan prihatin. Yeah, kehidupanku sangat memprihatinkan.
Beranjak dari bar, aku meninggalkan dapur. Aku ingin menghubungi Justin. Aku benar-benar membutuhkan teman. Aku butuh Kathleen. Astaga, apa yang harus kubawa ke rumahnya? Pakaian-pakaian yang Justin berikan untukku. Ya, itu dia. Pasti Kathleen akan sangat senang.
Bersemangat, aku berlari menelusuri tangga dengan bokong yang masih kesakitan. Aku tidak berharap Justin mendapatkan balasannya atau aku akan membalasnya. Aku tidak dilahirkan menjadi orang yang pendendam. Menurutku, jika kita mendendam sesuatu, kita akan cepat tua dan beruban. Dan aku tidak ingin itu terjadi. Hipotesis yang memang sedikit menggelikan. Kubuka pintu kamarku dan langsung mengambil ponselku yang berada di atas meja rias. Kuhubungi Justin.
Satu kali nada. Dua kali nada. Tiga kali nada.
"Ya?"
"Justin aku ingin pergi," ujarku dengan cepat. Tanganku membuka lemari pakaianku dan mencari gaun yang bagus untuk Kathleen. Berbagi itu sangat menyenangkan. Kudengar nafas Justin tersendat, hening di sana. Apa dia sudah sampai di rumah Maria?
"Kau meninggalkanku?"
"Aku hanya butuh ruang, Justin,"
"Xav-"
"Justin, kumohon," aku mengerutkan kening dan berhenti mencari pakaian untuk Kathleen. Tidakkah dia mengerti perasaan wanita? Setelah apa yang ia lakukan? Ia seharusnya bertanggungjawab atas perlakuannya terhadapku. Bukan sekedar permintamaafan. Kukira ia percaya padaku, tapi ternyata tidak. Hanya karena sebuah pelukan dia marah? Bukan maksudku untuk menggoda Logan, aku hanya ingin mengganggu Logan. Tapi Justin dengan keras kepala merasa dirinya benar. Dan rasanya aku ingin menamparnya. Tapi ia seorang dominan. Aku hanyalah submissive biasa.
"Aku hanya pergi ke rumah Kathleen," ujarku dengan suara yang parau, aku ingin menangis. Namun sebisa mungkin aku membuat suara yang lembut. Tapi air mataku sudah mengalir. Oh, astaga, mengingat bentakannya dan hinaannya terhadapku. Kau. Pelacur. Bajingan. Apa? Apa kau bercanda? Karena kata-kata itu benar-benar menyakitkan. Butuh plester yang besar untuk menutupi kepahitannya.
"Jika itu yang ingin kaulakukan, lakukanlah, aku tidak akan pulang malam ini. Jika kau ingin menginap di rumah Kathleen, tidak apa-apa," ujarnya pasrah. Senyumanku mulai mengembang dan aku langsung mematikan ponselku. Dengan cepat aku mengambil tiga pasang gaun untuk Kathleen. Tapi dengan siapa aku harus pergi? Ah, Max. Kurasa Max tidak membawa Justin ke rumah Maria.
***
"Kath!" tangisanku memecah dan aku menjatuhkan tas ranselku saat Kath membuka pintu rumahnya. Aku langsung memeluknya dan menangis padanya. Aku yakin ia benar-benar tidak percaya akan kedatanganku. Tapi sumpah, demi Tuhan, aku membutuhkan telinga Kathleen untuk mendengarkan ceritaku. Apa yang Justin lakukan padaku.
"Ada apa, Anna? Apa yang bajingan itu lakukan padamu?" tanyanya mengelus kepalaku dengan lembut. "Ayo, masuklah," katanya sambil melepaskan pelukanku. Tangannya langsung mengambil tas ranselku dan menarikku masuk ke dalam rumahnya. Dengan pelan, aku terduduk di atas kursi tamu miliknya. Ia mengunci pintu rumahnya dan berjalan menghampiriku. Kemudian terduduk di sebelahku juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominan Submissive - (By Herren Jerk)
Roman d'amourAnna Victoria Whitford terpaksa harus menandatangani perjanjian itu. Meski sebenarnya ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, ia tetap harus menandatangani perjanjian dari seorang wanita baya yang memberikannya perjanjian itu. Ketika ia menandata...