Bulan Yang Tenggelam

15 1 0
                                    

"Gue Adion Mahardika. Lo bisa panggil gue Dion. Maaf gue kemarin nggak masuk karena ada sesuatu yang nggak bisa gue tinggalin." Dion memperkenalkan dirinya pada teman-teman. Ia melirikku dengan senyum-senyum.

"Ngapain dia ngeliatin gue gitu banget. Ewh. Kenal aja enggak." gerutuku dalam hati.

"Dion silakan duduk di bangku yang kosong." ucap Kak Brenda.

Dion berjalan menuju kursi yang kosong yang ternyata adalah kursi di sebelah Fiyo duduk.

"Violin! Kamu denger nggak apa yang saya bilang barusan?" Kak Brenda menanyaiku.

"Eng, eng, maaf Kak. Saya kurang fokus barusan."

"Iya, kamu fokusnya ke Dion kan?"

"Enggak Kak. Siapa juga yang mau fokus ke orang kayak gitu." balasku menentang.

"Udah deh, sebagai hukumannya sekarang kamu keluar sana." Kak Brenda mengusirku begitu saja keluar kelas.

Gue hanya menatap Kak Brenda dan menurutinya. Gue jalan keluar kelas.

Drrrt..drrrt

"Apaan nih?" saku rok gue getar-getar menandakan pasti ada pesan di ponsel gue.

"Nomor siapa nih? Dasar salah sambung." gerutuku. Karena penasaran, gue pun membaca pesan itu.

Dari : +628125647****
Makanya jangan ngeliatin gue mulu. Tau rasa lo. Btw, gue ganteng yak :3 sampe lo mangap gitu liat gue. Makasih aja, hari pertama gue masuk ada yang muji gue yah walaupun secara tersirat sih. Thanks Sekar.

Mata gue terbelalak setelah membaca pesan itu. Gak salah lagi ini pesan pasti dari Dion. Stop, dia manggil gue Sekar? Setau gue nggak ada orang lain yang manggil gue selain keluarga gue dan Krishna. Yes, dia sahabat kecil gue. Dia udah nggak ada. Dia sudah ditelan bumi. Wahahahaha. Nggak-nggak, dia kecelakaan waktu dia mau nyelamatin gue dari maut itu. Krishna baik banget. Dia nggak akan pernah ngecewain sahabatnya. Gue sayang sama Krishna. Krishna yang polos, lucu, pintar, sekaligus tampan. Tapi gue terlalu banyak ngecewain dia. Udah 2 tahun kepergiannya. Insiden tertabrak bus itu membuatku menyesal. Gue yang mengajaknya pulang dengan bus. Gue yang nyuruh dia buat nungguin gue buat beli sesuatu. Gue yang nyuruh dia mbantu gue nyebrang. Dan akhirnya semua itu terjadi dengan cepat. Gue udah ngancurin impian dia. Gue penghancur. Gue jahat. Gue kangen sama lo Krishna.

Tanpa sadar air mata gue menetes. Dari tetesan kecil menjadi deras. Gue menangis di depan kelas. Gue nggak sadar kalau sedari tadi ada mas-mas tukang bersih-bersih di depan gue. Dia ngeliatin gue dengan tatapan kaget. Gue lari ke kamar mandi terdekat.

Brukk

"Aw! Duh sakit." gue terpeleset di lantai licin. Gue lupa kalau mas-masnya tadi barusan ngepel lantai. Oh My God. Tangisan gue tambah deres. Harus ya hari ini gue sial. Cuma gara-gara lo masuk. Sial gue. Dion!

--------------------------------------------------------------------------------

"Vio, lo tadi ngapain aja di luar? Hidung lo kok merah gitu sih? Oo, lo nangis karena dihukum ya? Duh masak lo nangis sih? Lo itu udah kelas 10 elah." ucap Rasya panjang lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang