Prolog

259 14 3
                                    

Sinar matahari pagi masuk melalui jendela kamarku, diiringi angin sejuk menerpa wajahku yang tengah terduduk diam memandangi setiap detail sebuah pakaian hingga tak sedikitpun terlewat oleh mataku. Yaa! Seragam putih abu-abu yang tergantung di lemari kamar ku.
Setelah beberapa menit terpaku dengan aktifitas itu, aku sekejap tersadar dan mencoba melirik jam dindingku yg ternyata sudah menunjukkan pukul 06.45,

"Wwaaaaaaa..!" teriak Diba panik..

akupun sadar lalu segera bangkit dari tempatku saat itu. Hari ini aku akan memulai hariku menjadi seorang siswi salah satu SMP negeri di Jakarta, sialnya aku memulai hari ini dengan kurang baik! Dengan penuh semangat dan yah sedikit terburu2 aku segera memakai seragam itu.

"Lihat deh ma! Sekarang Diba udah tambah gede loh. Mama apa kabar disana.. Mama lihat Diba sekarangkan? Sekarang Diba bakal punya lingkungan baru, temen baru, tentu kebahagiaan yang baru juga ma!" Diba bercerita sambil melihat foto mamanya dgn tersenyum manis.

__________


Author's pov

"Pak Tono, bisa lebih cepet sedikit ga pak. Diba sudah hampir telat nih!" pinta Diba pada tukang ojek langganannya.

"Iya neng, sabar ini jalanan agak macet neng!" balas Pak Tono.

"Iya pak Diba tau makanya Diba suruh cepetin pak!" cerocos lagi perempuan dengan raut wajah yang  tegang namun tidak menghilangkan paras manisnya itu.

"Mampus! hari ini hari pertama gue MOS lagi, bahaya kalo sampe telat nih.. Hukuman kakak kelas menanti. Mana gue belum kenal siapa2 di sana" batinnya tidak tenang.

Selama perjalanan Diba yg daritadi hanya bolak balik melihat jam tangannya karena takut telat seketika pandangannya terhenti sejenak saat melihat dua orang laki-laki berada di pinggir jalan dengan motor yg sedang berhenti mengenakan seragam sama sepertinya.

"Kasihan mereka, kayaknya mogok deh. Pasti mereka juga panik karena sekarang hampir telat juga. Apa gue tolongin aja kali ya? Sekalian nambah temen!" batinnya, lalu meyakini keputusannya.

"Pak pak berhenti, pinggirin sebentar pak" pinta Diba sambil menepuk punggung Pak Tono untuk berhenti.

"Iya neng" seraya berusaha untuk memarkirkan sepedanya di pinggir jalan.

"Tunggu sebentar ya Pak"

Diba kemudian menyeberang jalan mendatangi dua orang itu.

"Sorry, motor kalian mogok ya? Mau gue bantu?". Ucapan Diba membuat kedua orang itu kompak mengubah perhatiannya melihat Diba.

Sesaat mereka tertegun melihatnya. Sebelum salah satu pria itu sadar.

"Ee.. Emang lo bisa?" tanyanya sambil bangkit dari jongkoknya lalu berdiri dihadapan Diba.

"Bisalah! Ga selamanya cowo doang yg tau soal mesinkan. Kenalin gue Candista Diba, lo bisa panggil gue Diba. Kayaknya kita juga bakal jadi temen satu sekolah" sambil mengulurkan tangannya.

"Gue Alvino Bramasta, panggil aja Vino" membalas uluran tangan Diba sambil tersenyum.

"Dan lo?". Diba mengalihkan pandangannya kepada seorang lainnya yang memiliki aura dingin.

"Angga" jawabnya singkat dan tak sedikitpun melirik Diba.


Diba mengangguk dan tidak terlalu memusingkan sikap orang yang baru dikenalnya itu lalu mulai memperbaiki motor mereka dengan cekatan.

Selama itu Vino terus memperhatikan perempuan didepannya. Hingga membuat Angga merasa ada sesuatu yang beda dan sering terlihat pada sahabatnya ketika melihat seorang perempuan.

"Vin, lo suka cewe itu? Kapan lo mau berubah?! Udah berapa cewe tuh korban lo! Lo ngoleksi yak? Kenapa ga lo museumin aja sekalian" kesal Angga membuat Vino menyudahi kegiatan yg sedaritadi dilakukannya.

"Hehe.. Lo pikir perangko dikoleksi! Eh, tapi boleh juga saran lo. Kenapa ga gue museumin aja yak! Abis tu cewe menarik juga sih." ucap Vino sambil cengengesan.

Satu hal tentang Angga, dia memang bersikap dingin pada samua orang tapi tidak dengan sahabatnya atau orang yang dia sayang.

"Gue kasih ta.."

"Udah beres nih motor lo pada" ucapan Angga terpotong karena Diba.

Vino lalu berdiri mendatangi Diba dan kagum akan kemampuannya.

"Wah lo ternyata ga boong, belajar dari mana lo? Lo kan cewe" kagum Vino

"Nih ambil, buat bersihin tangan lo! Btw, thanks ya! Kalo ga ada lo mungkin kita bakal jalan kaki sambil dorongin ni sepeda sampe sekolah. Kayaknya Tuhan udah nakdirin pertemuan kita ini deh" ucap Vino cengengesan yg disusul uluran tangan Diba menerima sapu tangannya karena memang tangan Diba yg kotor.

"Iya santai aja kali, eh yaudah gue duluan ya kayaknya kita semua udah telat nih! Thanks sapu tangannya, entar pasti gue balikin. Dah.." Diba lalu berlari sambil melambaikan tangannya.

Angga hanya diam melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Gue pasti dapetin lo Diba!"

*******

Terlanjur CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang