Part 2

71 6 2
                                    

Hai readers. Maaf nih ceritanya baru aku rilis soalnya aku masih ragu bakalan ada yang suka sama ceritanya wkwk😂😂 Wajib voment ya ga nerima silent riders ah😚 oke langsung aja cekidot

---------------------

"Kau tahu mengapa aku mabuk? Sebenarnya aku-" ucapnya terpotong, Mexa pun perlahan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Jarak antara kami tak bisa di hitung. Wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Perlahan-lahan dia mendekatkan wajahnya. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku pun memejamkan mataku perlahan. Terasa hembusan nafas Mexa di wajahku. Jantungku berdegup sangat kencang.

Meysa pov

Tiba-tiba badan Mexa terkulai lemas dan bertumpu pada bahuku "Mexa? Hey!" ucapku memastikan bahwa dia masih sadar. Tapi ternyata dia benar-benar pingsan. 'Ya Tuhan aku harus bagaimana' batinku. Aku pun berinisiatif untuk menelepon Daniel. Tapi sial ponselku mati karena kehabisan baterai. 'Apa iya aku pinjam ponselnya?' batinku lagi. Aku pun langsung meraba-raba saku celananya "maaf ya ini keadaan darurat" ucapku yang tak di gubris olehnya. Akhirnya aku menemukan ponselnya. Syukur ponselnya tak pakai password. Setelah ku buka, ku cari kontak yang mungkin harus ku beritahu keadaanya dan disana tertera nama Siska. "Oh ini kekasihnya bukan" ucapku lalu aku menekan tombol hijau yang artinya memanggil orang tersebut. 'Nniiitt.....nniiitt...' terdengar bahwa teleponnya tersambung 'nniiitt....halo sayang, ada ap--' belum sempat aku berbicara teleponnya terputus dan kulihat layar ponselnya mati. Ponselnya kehabisan baterai. 'Ahh aku harus bagaimana?' batinku lagi.

Aku tak tahu harus bagaimana. Tiba-tiba saja ada seorang pria mendekat ke arahku yang sedang menopang tubuh Mexa. "Mexa, aiishh kau pingsan?" ucapnya melainkan seperti menggerutu. Pria itupun melirik ke arahku "kau mengenalinya?" tanyanya padaku seraya memindahkan badan Mexa kepadanya "aku teman satu kampus" ucapku. 'Dddrrrttt' Tiba-tiba saja ponsel pria itu berdering. "Iya....mau bawa Mexa pulang dia mabuk lagi....apa? Tapi dia bagai-" ucapnya terpotong dan melirikku lagi "ok Ok.....iya aku segera kesana" ucapnya usai menjawab telepon. "Hmm kau bisa bawa dia pulang kan?" tanyanya padaku "eh? Aku juga haru-" "aku ada keperluan mendadak, aku minta bantuanmu. Kumohon" ucapnya memotong perkataanku. Pria itupun langsung memindahkan tubuh Mexa padaku. "Terima kasih banyak" ucapnya seraya berlari menjauh "tunggu! Aku harus bawa Mexa kemana? Aku tak tahu dia tinggal dimana" teriakku "bawa saja ke apartemen Washington yang ada di sebelah sana. Dia tinggal di sana, kamar 502" teriaknya seraya menunjuk arah jalannya. Tak ada cara lain aku harus mengantarnya pulang. Tak lama taxi pun lewat. Aku melambaikan sebelah tanganku.
Sesampainya di apartemen Washington. Aku pun dibantu oleh supir taksi menopang tubuh Mexa. Sesampainya di depan pintu no 502, aku hanya terdiam menatap pintu itu. "Nona mengapa tidak kau masukkan passwordnya?" tanya supir taksi "oh" ucapku. Aku pun langsung menyentuh layar di pintunya. 'Passwordnya apa?' batinku. Aku pun menekan angka 0 empat kali. 'Password salah' terdengar bunyi dari layar password itu. Aku pun menekan angka 1 empat kali. 'Password salah' lagi. Aku kebingungan, tiba-tiba aku ingat "card key" ucapku meraba-raba saku celana Mexa. Ternyata ada di sakunya. Aku pun langsung menempelkan card key pada layar password tadi, dan pintu pun terbuka. Supir taksi pun menidurkan Mexa di sofa. "Terima kasih banyak pak" ucapku dan memberi uang padanya. Supir taksi pun langsung pergi. Dan tiba-tiba saja aku tidak tahan ingin buang air kecil. 'Masa iya aku harus buang air kecil di sini?' batinku. Aku tak kuasa menahannya. Dan akhirnya aku memutuskan untuk ikut ke toilet.
Setelah selesai, aku pun keluar dari toilet dan berjalan menuju sofa. Aku menatap Mexa yang sedang tertidur, lalu menatap sekeliling apartemen yang Mexa tempati. "Kenapa ia tinggal di apartemen" gumamku. Tiba-tiba saja aku berjalan menuju dapur. Dan ternyata di dapurnya tak ada makanan apapun "apa dia tidak pernah makan?" gumamku "ah kenapa aku memperdulikan dia seperti itu?" lanjut ku. Aku pun berniat untuk pulang, tapi tiba-tiba ada yang menarik lenganku lalu memelukku. Aku sangat terkejut. "Sayang kenapa kau tak memberitahuku bahwa kau datang?" terdengar suara lelaki yang agak serak. 'Mexa' batinku. Aku sangat terkejut "a..aku bu..kan kekasihmu" ucapku. "Sayang kau ini bicara apa?" ucap Mexa seraya mengeratkan pelukannya padaku. "5 detik saja" lanjutnya. Setelah ku hitung selama lima detik akhirnya dia melepaskan pelukannya dan membalikkan badanku menghadap ke arahnya. "Aku merindukanmu" seru Mexa seraya membelai rambutku "Mexa aku bukan Siska, aku Meysa" aku meyakinkannya bahwa aku ini Meysa. Mexa pun melepaskan pelukannya. "Lihat, sekarang kau percaya kan bahwa aku bukan si-"

This Is Called Fate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang