SCHIZOPHERNIA

38 4 0
                                    

Jenewa, Switzerland.
1980

Normania Franklin, adalah teman sekamar ku di Asrama. Aku bangga memiliki teman yang sangat berbakat seperti nya. Terbukti dengan banyak prestasi yang telah diraih seperti belum lama ini pada perlombaan karya sastra, ia berhasil menciptakan satu buku di awal umurnya yang menginjak 17 tahun. Ia juga tak jarang meraih juara dalam perlombaan musik yang di adakan sekolah. Karna bakat yang Norma miliki, kawan cantik ku yang suka mengepang rambut nya ini banyak di kenal oleh semua orang.

Namun pemikiran Norma yang beda frekuensi dengan kebanyakan orang normal, tak sedikit juga yang menganggap dirinya gila dan menjauhi nya. Tapi bagi ku Norma adalah seorang jenius. Memiliki nya seperti tidak menginginkan siapa-siapa lagi untuk berteman. Ku rasa Norma pun demikian, ia hanya membutuhkan ku seorang.

Suatu hari, asrama di gemparkan oleh penemuan yang di hasilkan oleh buah pemikiran bercabang yang dimiliki Norma. namanya melesat bak roket yang langsung di kenal oleh dunia bersamaan dengan itu ia juga di juluki sebagai pewaris Albert Einstein.
Norma menciptakan teori bagaimana memperkerjakan zat Neutrino. Seperti yang telah di ketahui bahwa Neutrino mempunyai partikel yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, karna itu sebuah mesin waktu dapat tercipta bukan hanya ada di dalam cerita fantasi saja.
Norma di banjiri tawaran oleh beberapa penerbit terkemuka untuk membukukan teori luar biasa nya itu. Para pakar dan ilmuwan pun banyak yang mengajak nya untuk bekerja sama dalam projek mesin waktu.
Sungguh! Bisa kau bayangkan bagaimana aku menangis bahagia karna terlalu bangga menjadi satu-satu nya kawan yang Norma miliki.

Akulah yang selalu menemani Norma kapan dan dimanapun ia melihat. aku yang selalu ada di samping nya saat ia terjaga di malam hari karna bisikan-bisikan yang sering terngiang di telinga nya. Norma memberi tahu ku tentang suara siapa-siapa saja yang kerap muncul mengganggu.
Salah satu nya adalah suara bisikan dari sang ibu yang menginginkan Norma kembali ke rumah.
Mengingat dulu, sang ibu sangat membenci dirinya dan tidak pernah menginginkannya.
Oleh karena itu Norma di tempatkan dalam asrama ini. Norma juga bilang pada ku bahwa selama di asrama ia selalu merindukan ibu yang di sayangi nya itu, ia rindu dengan segala perbedaan yang di lakukan sang ibu hanya untuk dirinya dari ke tiga saudara kandung yang ia miliki. namun Norma tidak ingin kembali karna sudah tau bahwa jika ia pulang ke rumah maka sang ibu akan membunuh nya lalu mempersembahkan tubuh mungil Norma kepada kaum sekte.

Gemeretak gigi Norma memperlihatkan air muka yang tengah kalut bukan main.
kedua tangan nya terus menutupi telinga sambil berteriak

"Iblis itu sedang menuju kemari untuk membunuh ku"

Norma menatap ku dengan mata terbelalak, dan aku melihat ia seperti monstar yang kehabisan manusia untuk dimakan. aku sedikit menjaga jarak pada Norma, tidak tahu apa yang harus ku lakukan pada kondisi nya yang seperti ini. dengan perlahan penuh hati-hati, kembali ku dekati Norma.

"tenanglah kawan, kau punya aku yang siap membantu mu dalam kondisi apapun" ucap ku pelan.

Kini Norma telah tenang dalam sandaran di pundak ku. aku meraih sebuah apel yang berada di atas meja belajar dan membelah nya menjadi beberapa potong. Satu potong suapan apel segar telah di terima Norma dari tangan ku.

"kau tahu, apa yang dapat membebaskan mu dari dunia yang keparat ini ?" ucap ku sambil memutar-mutarkan pisau di lantai.

Norma tetap bungkam dengan tatapan kosong lurus ke depan.

"Ma-Ti"
lanjut ku sambil melempar pisau hingga ujung nya menancap pintu lemari kayu didepan.

Mendengarnya Norma tertawa membahak, gelak tawa jiwa yang di rundung sakit itu memadati ruangan kamar kami, dan semakin merekah ketika ia meraih pisau yang tertancap itu.

"Setelah pencapaian yang telah ku dapat, kau menyarankan ku untuk bunuh diri kemudian ?" ucap Norma dengan nada tinggi sambil menunjukan pisaunya ke arah ku.

"oh ya ampun! Tidak ku sangka aku mempunyai teman sebodoh mu. Bahkan aku pun belum menanda tangani surat kesepakatan antara aku dan para ilmuwan yang ingin bekerja sama, dan kau meyuruh ku untuk bunuh diri ? jangan gila! Iblis itu sedang menuju kemari untuk membunuh ku dan aku harus bergerak cepat"

Norma segera meninggalkan ruangan, tapi sebelum itu ia kembali berucap pada ku seolah mengingatkan.

"atau mati"

"bukankah kau merindukan iblis itu?" balas ku menjeda langkah Norma, dengan menyunggingkan satu ujung bibir.

"oh! Tentu saja" seru Norma.

"aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ibu" lanjutnya kegirangan khas orang gila.

Norma pergi meninggalkan asrama dengan menenteng sebuah pisau, senyum seringai masih merekah di wajah yang kini tidak lagi menampilkan kemanisan seorang gadis remaja. Norma masih yakin bahwa ibu yang di sebutnya iblis itu sebentar lagi akan berhadapan dengan anak yang sangat merindukan nya.
Oh! Apa yang akan terjadi ? saat sampai di luar, dari kejauhan ku lihat dua orang berseragam perawat laki-laki sedang bergegas menghampiri Norma. Di pimpin oleh seseorang yang ku dengar di sebut dokter, rupanya ia adalah seorang psikiater yang telah di panggil agar membawa Norma untuk menjalani perawatan.

disana juga terlihat hadir ibu Norma yang sedang menangis melihat kondisi anak tercinta-nya itu. Ia tidak pernah menginginkan Norma yang sejak kecil di rawat-nya dengan penuh cinta kasih menjadi seperti ini. Pikirnya, apakah ini dampak dari perceraian 3 tahun yang lalu ? sebagai Ibu yang melahirkan Norma ia merasa gagal dan menyesal telah lepas dari tanggung jawab sehingga menempatkan Norma di asrama.

Sengaja mereka menghampiri Norma dari belakang tanpa sepengetahuan nya. kedua perawat itu mendapat bagian memegangi Norma yang mulai memberontak sedangkan sang psikolog terus menenangkan Norma dengan kata-kata manis sambil mengusap kepalanya. Ibu Norma pun masih terisak dengan tisu menutupi bibirnya.
Sungguh! tidak tega perasaan ku melihat Norma menangis histeris sambil berseru memanggil nama ku.

"Guu!!!"

sebelum akhirnya mereka berhasil menggiring Norma masuk ke dalam mobil.

ya ampun! orang sepintar mereka pun bisa ceroboh. Ku lihat tidak satu pun di antara mereka yang mengambil pisau yang terlepas dari genggaman Norma. gadis malang itu kini lesap meninggalkan dunia yang telah di bangun nya sendiri...
oh! Bukan, bersama ku selama di asrama sederhana ini.

Norma ku sayang, ini benar-benar bencana besar tatkala aku harus kehilangan kawan kebanggaan ku. ingin sekali rasanya aku menyelamatkan mu dengan pisau itu. tapi tanpa mu aku hilang.

Selesai

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SCHIZOPHERNIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang