"And this is it, spagetti carbonara ala chef rangga paling ganteng sedunia" kata dia sambil gaya ala farah king, eh queen i mean.
"Ga bahayakan? Udah disertifikasi halalkan? Gaada boraxnya kan? Ga punya efek sampingkan?" Tanya gue bertubi tubi.
"Banyak cingcong. Nih akkkhh!!" Suruhnya sambil melayangkan sendok ke arah mulut gue
"Ammm, gimana gimana? Enakan? Future husband banget ga sih gue chin?" Kata rangga pake mata puppy eyesnya.
Guepun berusaha merasakan setiap kunyahan yang gue rasain, jujur aja sekarang gue lagi laper, dan.... otomatis semua makanan yang masuk mulut gue pasti bakal kerasa enak. Apa lagi rangga yang nyuapin, basi juga gue telen dah ngga! ((piksu))"Hmmm.. gimana ya? Enak kok apa lagi kalo tiap hari" yahh gini gini gue juga suka makanan gratis.
"Alah lu, bilang aja biar gue suapin tiap hari"
"Lo kali mupeng!"
Dan rangga cuma ketawa, gue ga ngerti, emang ada yang lucu ya? Tapi kalian haroz tawu, rangga itu kalo lagi ketawa lepas nenek nenek aja ngiler kali, gue ngerasa hati gue jadi anget, gue ngerasa dia berhasil meluk hati gue..."Udah ah jangan melongo ngeliatin gue gitu, abisin makanannya tar kemaleman" kata dia selesai ketawa sambil beranjak dari kursinya
"Lo ga makan ngga?" Tanya gue sambil mengunyah spagetti
"Liatin lo makan aja gue udah kenyang kok" jawab rangga sambil ngambil 2 kaleng milo
"Good, kalo gitu semua jatah makan lo buat gue" bales gue santai
"Anything babyy" kata rangga sambil senyum nyodorin kaleng milo yang udah dia buka.
"Na-jis"
"Love you more" bales rangga sambil ketawa ketawa ga jelas.
Ih ni orang kenapa sih? Ampun bang ga quaadhhhh, tahan sinnn tahann, inget dia sahabat luuu, inget ada kevann. Oke kevan. Seketika gue sawan sendiri."Udah nih, gue cuci dulu ya piringnya, lo tunggu didepan aja" kata gue mengalihkan suasana yang menurut gue mulai akward. Dan rangga nurut, dia jalan keluar dapur.
Maaf ya ngga, tapi gue gamau dikatain perusak hubungan temen gue sendiri, dan yang pada akhirnya merusak hubungan persahabatan kita. Pikiran gue mulai hanyut terbawa sisa sisa makanan dipiring. Oke yang ini gajelas wkwk.****
Author pov
"Harum sisa sisa tetesan hujan masih terasa. Angin malam yang dingin menyambut, sepinya malam menemani.. tapi bersamanya matahariku, tak ada yang kurasakan. Hanya hangat dan bahagia" - cevano
-----------------------------------------------------------"Oy ngga! Melamun aja" kata perempuan yang manis itu
"Suka suka. Nih pake! Tar lo ngegembung gara gara keisi angin gue ga tanggung jawab" suruh laki laki itu sambil nyodorkan jaketnya.
"Iyaiya"
Jawabnya singkat. Tapi rangga sudah cukup senang. Tanpa bicara rangga memasang helm, mengancingkan helmnya, ia tau ini hanya hal sederhana. Tapi ia juga yakin, dari hal sederhanalah hal hal besar terwujud. Entah hal besar apa itu rangga juga tidak mengetahuinya.
Tidak berlama lama lagi, suara derungan motor rangga terdengar, menandakan mereka sudah bergegas. Mereka sama sama terdiam. Menatap lampu lampu yang menghiasi setiap jalan, larut dalam pikiran masing masing.
Chinta tanpa sadar mengeratkan pegangannya, memeluk sahabatnya itu, menaruh kepalanya dipunggung rangga. Ia tak mau, tak mau kehilangan, melepas apa yang sudah dipeluknya itu. Tapi ia juga tak mau mengakibatkan sesak bagi yang dipeluknya. Ia hanya mampu merutuki dirinya sendiri, menyalahkan dirinya sendiri, yang lama kelamaan membawanya ke alam bawah sadar. Iye dia ketiduran, how stupid.Rangga tahu, perempuan yang menyenderkan kepala dipunggunnya itu tertidur. Rangga meraba tangan yang melingkar dipinggangnya. Menggenggamnya, takut takut terlepas. Dia memperlambat kendaraannya tak ingin perempuan itu terbangun, dan juga ia tak mau mempercepat moment yang paling ia senangi. Rangga sendiri tidak tahu, kapan perasaan seperti ini tumbuh. Tapi rangga tak pernah menyalahkan perasaannya. Ia yakin, pasti, pasti perasaan itu akan terbalas entah kapan dan bagaimana. Dan mulai detik itu rangga berjanji, menyerahkan sepenuh hatinya untuk chinta. Ia benar benar jatuh kedalam pesona perempuan itu. Kanya Chintami Diandra lengkapnya, anak pertama. Cukup mandiri, jutek, diam, nyolot. Tapi rangga tau itu hanya tameng, ia tak mau dianggap lembek seperti perempuan perempuan pada umumnya. Dia tak ingin orang lain berteman dengan dirinya jika hanya kasian. Ia tak begitu cantik, tapi manisnya begitu memikat. Rambut hitam lembut, skintone yang tidak terlalu putih tipe tipe princes. Rangga benar benar kagum, iya yakin kali ini tak salah jatuh.
Motor rangga berhenti didepan sebuah rumah, sepi karena jam ditangan rangga sudah menunjukan hampir pukul 9 malam. Ia menghalihkan pandangannya kebelakang, chinta tidur dengan nyenyaknya. Ia tak kuasa untuk membangunkan si gadis. Rangga menggendong chinta dipunggungnya, memencet bel berulang kali sampai perempuan bertubuh mungil, barbadan gemuk, rambutnya diponi depan keluar membukakan pagar. Kiesya Chiara Damarwulan, adek chinta.
"Loh kok ka kano disini?" Entah rangga juga heran kenapa adik sahabatnya memanggilnya kano mungkin karena nama depannya 'cevano' 'kano'.
"Iya mba chinta tadi abis ambil bola dirumah kakak terus ujan, ini bolanya tolong pegangin. Kakak keatas dulu naro mba chinta" kata rangga minggalkan kiki dibawah dengan tatapan bingungnya.Rangga menaruh chinta diatas kasur dengan hati hati. Ia menlepas sepatu yang masih chinta kenakan, menarik selimut sampai ke leher chinta.
"Have a sweet dream" ucapnya, lalu menutup pintu."Kikiii?" Panggil rangga setibanya dilantai bawah
"Apa kak?" Jawabnya polos
"Udah makan belum?" Rangga tahu bahwa mamanya sedang keluar kota dan pembantunya hanya dirumah sampai jam 6 saja.
"Mmm, udah sih kak tapiiii....." jawab anak kecil itu sambil tersenyum senyum polos
"Yaudah tunggu ya, kakak keluar bentar" kata rangga seakan paham maksud anak kecil itu. Iapun menyalakan motor kesayangannya lagi, bergegas mencarikan makan untuk kiki.****
"Kiiii, karangga bawa makanan nihh" ucap rangga sedikit keras. Mana ya kiki? Kok sepi banget? Apa ketiduran? Pikir rangga karena tidak ada jawaban dari kiki. Ranggapun membuka pintu ruang keluarga, dan benar saja, kiki tidur disofa dengan tv menyala. "Maafin ka kano ya kelamaan" bisik rangga sambil mengangkat tubuh kiki yang bisa dibilang berat untuk anak seumurnya. Ia menaruh anak itu dikamarnya, menyelimutinya lalu keluar. Ia menaruh makanan yang ia beli dikulkas dan meninggalkan memo
" Kalo lo baca ini pasti udah pagi, maaf gue ga bangunin lo. Tadi malem ade lo laper, pas gue keluar dia ketiduran jadi dikulkas lo skrg bnyk makanan "
Kemudian dilekatkannya memo itu di pintu kulkas. Rangga pulang, ia memacu kendaraannya dijalan yang tenang. Diparkirkan motor itu diteras rumahnya. Rangga membasuh mukanya, mengganti bajunya, lalu menyerahkan tubuhnya pada kasur.
"I hope i'll meet you in my dream" ucap rangga sebelum benar benar terlelap.-----------------------------------------------------------
Hai hai!!:))
Gue gabut, sekolah bebas, gaada yang ajak main:(
Tapi gapapa lol, tadi pagi ujan, terus karena suasana mendukung,
Wala! Chapter 6 telah selesai, bosan ga sih bacanya? Maaf keunnn:(
Kalo mau kritik dengan senang hati diterima. Thankyou!
KAMU SEDANG MEMBACA
It's too latee
Teen FictionKalo semuanya udah telat lo bisa apa? Penyesalan? "Hanya orang bodoh yang menyesal" Termasuk gue.