Part 2

5.4K 255 8
                                    


Bar ini tidak akan pernah sepi. Bahkan walau masih pagi ada saja orang yang mencari minuman keras. Biasanya mereka adalah orang-orang yang lari dari masalah atau mereka yang stres karena pekerjaan.

Begitu pula James, ia selalu datang ke bar ini ketika ia memiliki masalah. Akhir-akhir ini ia sering datang kesini hanya untuk sekedar merenung. Pramusaji pun hapal wajahnya sekarang.

"Lena lagi ya?"

Seorang wanita berpenampilan seksi mendekati James sembari tersenyum menggoda. James bahkan tidak melirik wanita itu sama sekali.

Wanita itu merangkul James dari belakang dan mencoba menggodanya. Namun sial bagi wanita itu, James tidak berminat sama sekali.

Tidak kehabisan akal, wanita itu menggodanya lagi, "Oh, ayolah James. Kau selalu datang dengan wajah murung. Apakah kamu mau mencobanya sekali ini saja?"

"Tinggalkan aku, Gina!" gertak James.

Tanpa pikir panjang, wanita yang bernama Gina itu pergi meninggalkan James.

Dalam pikirannya saat ini hanyalah Lena.

Ia tahu dirinya masih mencintai Lena. Ia tahu itu hanya emosi sesat saja. Ia sangat menyesal sekarang, setelah semua yang ia lakukan terhadap Lena. James meneguk minumannya, tertunduk lesu. Ia harus segera meminta maaf padanya, sebelum hal yang lebih buruk terjadi.

***

"Perusahanmu ini sudah sangat sukses, James." Wanita tua berkacamata berujar pelan, ia menatap anaknya dengan perasaan bangga. "Namun, satu hal yang ibu tidak habis pikirkan..."

James menengok ke arah ibunya, penasaran dengan apa yang akan dikatakan ibunya.

"Mengapa kamu bisa jatuh cinta pada seorang gadis penjual bunga dipinggir jalan? Hahaha..." wanita tua berkacamata tertawa rendah, ia menepuk pundak anaknya kemudian berkata "Sebaiknya kamu menceraikannya dan mencari wanita lain yang lebih kaya darinya. Lena hanyalah pemilik toko bunga yang menginginkan kekayaanmu, sayang. Coba pikir, kalau kamu menikah dengan seorang wanita kaya yang juga pemilik perusahaan sepertimu."

James memejamkan matanya sejenak. Hatinya sesak mendengar ibunya berkata seperti itu. Ia hanya bisa diam mendengarkan setiap kalimat yang ibunya ucapkan. Ia sangat sedih, hatinya panas, ia marah mendengar ibunya terus membujuknya meninggalkan Lena.

"Lalu? Apa bedanya menikah dengan wanita kaya dan wanita tidak kaya?"

Ibu James terkekeh mendengar anaknya berkata seperti itu. Ia pikir anaknya ini sangat bodoh dalam urusan memilih seseorang untuk dihidupi. "Anakku, kamu harus memlih wanita kaya agar suatu saat perusahaanmu bangkrut kalian bisa menghidupi diri kalian dengan uangnya. Kalau kamu menikahi wanita tidak kaya dan suatu saat perusahaanmu bangkrut kamu tidak akan bisa menghidupi hidup kalian, bukan? Kalian mau makan apa? Makan cinta? Hahaha... Sekarang hidup itu dengan uang bukannya dengan cinta."

James menatap ibunya marah. Ia tak habis pikir ibunya punya pikiran seperti itu.

"Mengapa kamu menatapku seperti itu? Apakah perkataanku tidak benar?" Ibu James tertawa mengejek melihat wajah anaknya yang sedang kesal menatapnya.

"Aku tidak ingin hidupku diatur olehmu!" James berujar, suaranya bergetar karena ia sangat marah pada ibunya.

Ibunya malah semakin tertawa melihatnya. "Bukankah kamu memarahi Lena karena masalah keuangan, sayang? Ibumu hanya memberi saran untuk meninggalkan Lena dan mencari wanita lain yang lebih kaya darinya".

James menggertakkan giginya, tangannya mengepal. Ia sangat panas mendengar ibunya berbicara omong kosong. "Jangan pernah campuri urusan rumah tanggaku dengan Lena, Bu! Aku akhirnya paham mengapa ayah meninggalkanmu!" James terengah, wajahnya merah, ia menarik napas lalu melanjutkan, "Lalu, aku tidak peduli kalau aku jatuh miskin. Itu tidak masalah selama Lena dan aku masih saling memiliki! Aku tidak peduli kalau aku dikatakan ketinggalan jaman jika mengatakan uang bukanlah masalah. Satu-satunya masalah adalah jika kau tidak memiliki cinta dalam hatimu!" Mata James melotot ke arah ibunya.

Namun, ibunya hanya tersenyum sinis melihat anaknya. "Nah, akhirnya kamu tahu kan? Ibumu ini memang begitu. Ibu ini sangat realisitis, sayang. Ibu tidak bermaksud menyakiti perasaan ayahmu itu." Ia berjalan ke arah anaknya dan berujar lirih di telinga anaknya, "Ibu sudah mengatur surat ceraimu dengannya. Tunggulah dua minggu lagi." Kemudian berjalan menjauh.

James tidak percaya ibunya melakukan itu padanya. Ia benar-benar membenci ibunya saat ini. Pikirannya sangat kacau, hatinya remuk. James rebah di atas sofa kantornya, kepalanya sangat pening setelah semua hal yang ibunya katakan tadi serta kebohongan ibunya yang kini terkuak.

Money can't heal a broken heart, but love can heal it.

____________

Hello, ClaSwft here. 

Terima kasih sudah membaca ceritaku, jangan lupa vomment ya.

Thanks you :)

Ours (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang