Part 3

4.6K 236 0
                                    


Sebuah surat yang ia terima dari kemarin sangat menghancurkan hatinya. Cerai? Ia tidak siap untuk menceraikan James. Bagaimana bisa James akan menceraikannya? James bahkan tahu persis Lena tengah mengandung.

Lena menangisi keputusan James yang sangat kejam terhadap dirinya. Ia harus bagaimana sekarang? Ia tidak tahu bagaimana membesarkan seorang anaknya seorang diri.

Masalahnya adalah Lena tidak mau memberitahukan James bahwa ia memiliki sejumlah utang, yang Lena yakin mampu membayarnya. Dan saat penagih utang itu datang ke toko bunganya, James kebetulan datang dan mau tak mau Lena yang terpojok harus memberitahu James perihal utangnya.

"Apakah karena hal kecil seperti ini bisa membuatnya semarah ini padaku?"

Lena duduk bersimpuh pada kedua kakinya. Air matanya turun dengan sangat deras. Ia menyesal telah merahasiakannya pada James. Ia tidak tahu kalau ini akan membuatnya sangat marah.

Lena mengelus perutnya yang terlihat sedikit membuncit, kemudian tersenyum. "Nak, ibu akan berusaha merawatmu. Ibu akan berusaha sebisa mungkin" ia terisak, mengingat kata-kata James saat dulu mereka menikah.

"Kalau kamu melahirkan, aku akan pegang tanganmu sampai anak kita lahir ke dunia"

Lena semakin kencang menangis. Ia sangat ingat kalimat itu, ia sangat ingin mewujudkan kalimat itu. Namun, pupus harapannya sudah. Ia tidak akan bisa melihat James menggenggam tangannya.

"Nak, tidak apa kan kalau ibumu saja yang merawatmu? Tidak apa kan kalau kamu harus tumbuh besar tanpa seorang ayah?" suara Lena bergetar, hatinya sangat sakit.

***

Seminggu sudah Lena dan James tidak mengontak satu sama lain.

Semua telah kembali seperti semula. Lena kembali berjualan di toko bunganya, James kembali menjalankan bisnis perusahaannya.

Namun, satu hal yang belum bisa dikembalikan seperti semula. Jauh di dalam hati James dan Lena, masih terdapat rasa sakit. Sakit itu sangat sulit untuk disembuhkan.

Toko bunga milik Lena mulai ramai, ia senang bisa kembali sibuk dalam usahanya sendiri. Beberapa hari sebelumnya, Lena meliburkan diri untuk memulihkan hatinya yang sakit. Ia dibantu oleh Kei, sahabatnya untuk menjalankan toko bunganya.

"Jadi, apakah hatimu sudah sembuh sepenuhnya?" Kei tersenyum menatap sahabatnya yang tengah sibuk melayani pelanggan.

Lena mengangguk pelan, ia tersenyum lebar memperlihatkan barisan giginya yang rapi.

"Apa kamu memaafkannya?" tanya Kei lagi.

Lena terdiam sejenak. Ia melayani pelanggannya yang terakhir lalu berujar, "Ya, kukira aku telah memaafkannya."

"Kamu tidak menghubunginya?" Kei mulai penasaran.

Lena mengangkat kedua bahunya, "Entahlah, apakah harus?"

"Kupikir harus. Agar tidak menimbulkan salah paham. Tapi, kalau kamu tidak ingin menghubunginya lagi tidak masalah." Jelas Kei, ia menuju pelanggan yang baru saja masuk toko.

Lena merenungkan kata-kata Kei. Apakah ia harus menghubungi James untuk minta maaf?

______________

Hello again, ClaSwft here.

Terima kasih sudah mau membaca ceritaku. Jangan lupa tinggalkan jejak ya.


Ours (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang