PROLOG

180 51 5
                                    




"Kak, kita beli tiket undiannya ya!" seru Yerin mengguncang guncang lengan Irene.

Irene menggeleng mantap "Tidak boleh."

Yerin memajukan bibir atas jawaban sang kakak "Ayolah kak, kalau menang kita bisa jalan jalan ke korea" Gadis itu membujuk kakaknya.

Irene menghela nafas, kemudian berkata "Gak ada gunanya Rin, kalau kamu beli tiket itu sama saja seperti menghamburkan uang. Kamu tau kan keadaan kita sekarang sedang susah."

Yerin menatap kakaknya, "Tapi harga tiketnya tidak terlalu mahal." Dia tetap mengajukan argumen yang melintas di kepalanya. "Dan kalau menang kita bisa menikmati liburan musim dingin kita di Korea, menginap di hotel mewah, dan melakukan berbagai hal menyenangkan lain tanpa mengeluarkan uang sedikitpun. Semua biaya ditanggung oleh panitia."

"Kesempatan itu kecil banget Rin, apa lagi dengan keadaan kita seperti ini, mau makan saja susah." Ujar Irene, berharap Yerin berhenti mengharapkan tiket undian yang tidak pasti.

Tapi Yerin masih tetap pada pendiriannya, "ayolah kak.. kita coba sekali ini saja, apa salahnya sih?"

Irene terdiam sejenak, berfikir. Yerin tidak sabar menunggu jawaban kakaknya "Boleh ya kak Irene baikk" katanya dengan nada sok imut. Akhirnya Irene mengangguk pasrah.

➖➖➖

Hari ini adalah hari yang ditunggu tunggu Yerin. Setelah mandi dia bergegas duduk di depan tv kecil di dekat dapur, dia juga mengajak Irene kakaknya.

Dengan langkah gontai Irene mengikuti Yerin. Dia baru saja bangun tidur, belum sepenuhnya sadar dan masih mengumpulkan nyawa. Sesekali Irene menguap kecil, dan mengucek ucek mata.

"Yerin... ada apa? Kenapa kakak dibangunin pagi pagi gini?" Tanya Irene ogah ogahan. Matanya setengah terkatup, dengan wajah yang berminyak.

"Ah, kakak. Sekarang sudah jam tujuh, dasar Kak Irene tukang tidur!" Gurau Yerin. Irene mencubit pelan pipi chubby adik semata wayangnya itu.

"Tadi malam kakak begadang juga demi kamu." Terlihat seulas senyum di wajah manis Irene, senyum itu cukup menutupi wajahnya yang terlihat lelah karena semalaman begadang.

"Hihihi, maaf kak..." ujar Yerin sembari mencari cari saluran tv. "Ini dia!" Seru gadis kecil itu. Dia mengeluarkan sepotong kertas kecil yang berisi nomor undiannya dari dalam saku rok.

Yerin menatap angka angka yang berputar di tv. Dia sangat berharap angka itu berhenti pada nomor undian 329 yang sekarang dipegang erat olehnya.

Berbeda dengan adiknya, Irene menatap televisi tanpa harap. Dia sama sekali tidak berharap akan menang.

Tak lama kemudian angka itu berhenti pada nomor 330. Yerin berteriak bahwa itu curang. Sang kakak menatap heran adiknya 'apa yang curang?' Batinnya.

Tapi, ternyata nomor 330 itu hanya berhenti sesaat. Tiba tiba nomor itu berubah menjadi nomor undian.... 329!!!.

Yerin senang bukan main, dia berseru kegirangan, sampai sampai dia ingin memeluk tv kecil yang sedari tadi ditontonnya.

"Kakak! 329 kak, kita bisa ke Korea!" Seru Yerin menunjuk nunjuk ke arah tv.

Irene terkejut, dia sangat tidak menyangka. Mulutnya terbuka lebar beberapa saat, kemudian dia bersorak dan memeluk erat adiknya. Wanita itu benar benar bahagia. Dia berterimakasih pada Yerin. Semua berkat Yerin! Dan tentu saja berkat tuhan.

➖➖➖➖
CAST

➖➖➖➖CAST

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

IRENE

YERIN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

YERIN

Gimana seru gaa?

Kita butuh saran hehe^^ Ditunggu yaa next chapternya, jangan lupa vomment kalau kalian suka 💛

Winter MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang