Irene dan Yerin telah sampai di depan sebuah rumah berpagar tinggi. Mereka segera membayar tarif taksi dan keluar dari sana.
Irene memencet bel rumah itu. Sunyi senyap, tidak ada tanda adanya orang di dalam sana. Irene kembali memencet bel dan menunggu sejenak, tapi tetap tidak ada yang membukakan pagar untuk mereka.
Irene menengok adiknya, dia tampak putus asa "sepertinya tidak ada orang"
Yerin mengangguk setuju "Herannya rumah sebesar ini masa tidak ada satpam atau pembantu yang menjaganya? Rawan pencurian, apalagi Suho itu adalah artis hebat."
"Lebih baik kita kembali ke hotel sekarang, sudah terlalu larut dan udaranya dingin sekali..." kata Irene, dia menggosok gosokkan kedua tapak tangannya karena kedinginan.
Yerin menggeleng, "tidak, aku ingin menunggu dia pulang"
"Tapi lihatlah dirimu, kamu pasti kedinginan kan?" Tanya Irene cemas, "kakak aja kedinginan, apalagi kamu."
Yerin menjawab, suaranya agak bergetar menahan dingin, "gak dingin kok Kak."
Irene tau adiknya sedang berbohong, tapi dia mengerti perasaan Yerin. Akhirnya Irene mengajak Yerin duduk di salah satu bangku di tepi pagar.
"Duduk dulu sini." Ajak Irene.
Yerin mengangguk pelan. Irene dapat melihat badan Yerin bergetar terkena udara dingin yang menyerang. Irene juga sama kedinginannya, wajah mereka pucat. Mereka duduk berdampingan merapatkan tubuh agar lebih hangat.
Irene merangkul adiknya dan menyenderkan kepala Yerin kepundaknya.➖➖➖
Suara mesin mobil membangunkan Irene dari tidur singkatnya.
Mobil itu tidak segera masuk dan memarkirkan badannya di dalam garasi, melainkan berhenti di depan pagar dahulu.
Seorang pria keluar dari mobil sedan hitam itu dan berjalan ke arah Irene serta Yerin duduk.
Dari tempat duduk, Irene tidak dapak melihat sosok pria itu dengan jelas.
"Eh, kalian ngapain ke rumahku? Kalian yang tadi ada di 'Ice Cream Corner' kan? Jangan jangan kalian stalker?" Tanya pria itu, dia mencurigai kedua gadis yang ada dihadapannya.
"Maaf, aku tidak bisa berbahasa Korea," aku Irene dalam bahasa Inggris, kali ini terdengar jelas jika suaranya bergetar kedinginan. "Kami kemari ingin mengembalikan dompet ini tadi ketinggalan di ice cream corner," Irene mengambil dompet kulit yang ada di tangan Yerin yang masih terlelap, "Kamu Kim Suho bukan? Kalau benar, ini dompetmu. Kami tidak bermaksud lain"
"Iya, aku Suho, terimakasih sudah mengembalikan dompetku, kupikir aku tidak akan melihat dompet ini lagi." Suho mengambil dompetnya dari sodoran tangan Irene. Suasana hening sejenak.
"Emm... kami pulang dulu ya, sudah larut malam," Irene memeluk badannya yang sudah terlapis pakaian hangat.
Irene hendak membangunkan Yerin, namun Suho menahannya "bagaimana jika kamu dan adikmu mampir dulu ke rumahku untuk menghangatkan badan?" Tawarnya, "aku akan membuatkan cokelat panas"
Irene menggeleng cepat, "tidak usah, kamu tidak perlu repot repot"
"Ayolah, ini juga sebagai permintaan maafku membuat kalian menunggu dan menggigil di luar sini," Suho memperhatikan mereka "aku lihat kondisi kalian juga tidak baik, aku yakin kalian tidak akan pulang dengan selamat. Yah, maksudku kalian terlihat lelah dan pucat, bisa jadi kalian jatuh di tengah jalan, atau mungkin juga ada penjahat yang akan menyerang kalian? Kita tidak tahu apa yang ada di luar sana pada malam malam begini kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Miracle
Fanfiction"Kak kita beli tiket undiannya ya...!" Jika Saat Itu Yerin Tidak Tertarik Mungkinkah Mereka Tidak Di Sini "Ayolah kak, kalau menang kita bisa jalan jalan ke Korea" Jika Saat Itu Yerin Tidak Memaksa Mungkinkah Kehidupan Mereka Tidak Akan Seperti Ini...