SATU

122 45 1
                                    




Sehari yang lalu, kakak beradik itu telah tiba di Seoul, Korea Selatan. Saat itu hampir tengah malam, mereka segera diantarkan ke hotel.

Hari ini mereka memutuskan untuk berbelanja pakaian. Usai berbelanja, mereka bersenang senang, mengunjungi berbagai toko yang berjajar rapih di sepanjang jalan. Beruntung Yerin sang K-Poper dapat memahami bahasa sana, jadi dia bisa menjadi translator bagi Irene.

Malam ini mereka memutuskan berjalan  di sekitar kota, menikmati keindahan kota Seoul yang tidak pernah sepi walau di malam hari. Ini adalah kali pertama bagi mereka melihat dan menikmati malam di Kota Seoul, karena semalam ketika tiba di hotel mereka langsung beristirahat.

Irene terkagum kagum dengan pesona keindahan kota ini, wajahnya sumringah. Berkali kali dia meminta Yerin untuk memotret dirinya.

"Bagus kan kak?" Tanya Yerin menunjukkan salah satu hasil potretannya. Gadis manis itu memang sangat gemar dengan hal fotografi.

Irene mengacungkan jempolnya "Iya, bagus banget." ujar dia bersamangat.

"Makan ice cream yuk" ajak sang adik. Barusan dia melihat toko kecil bertuliskan 'Ice Cream Corner'

Irene mengangguk, kemudian mereka beranjak ke toke es cream di sebrang jalan. Begitu masuk seorang pelayan membungkukan badan pada mereka. Irene dan Yerin membalas salam pelayan itu.

"Kak, mau ice cream apa? Biar aku yang pesan"

"Vanilla cone yang kecil" Ujar Irene tanpa berfikir.

Yerin memesankan pesanannya dan kakaknya dalam Bahasa Korea, dia begitu lancar dan fasih ketika mengucapkan setiap kata. Irene yang memperhatikan disampingnya juga kebingungan dari mana adiknya belajar bahasa negeri ginseng itu.

"Kak, kita duduk dulu sambil menunggu" ujar Yerin usai memesan ice cream. Irene mengangguk menuruti perkataan adiknya.

"Kamu belajar Bahasa Korea dari mana? kok kakak gak pernah tau?" Tanya Irene yang sedari tadi penasaran.

"Di sekolahku ada pelajaran Bahasa Korea" Katanya santai.

Di sela percakapan, pintu toko dibuka oleh seorang pria. Nafasnya tersengal sengal, seperti habis belari. Tepat saat itu juga ice cream Irene dan Yerin telah siap, mereka mengambil dan membayar ice cream itu.

"kita balik ke hotel ya, sudah hampir tengah malam" ucap Irene, dia melihat jam dinding yang tergantung dekat pintu masuk.

Yerin menahan lengan kakaknya "tunggu kak, jangan pulang dulu. Kayaknya aku tahu deh orang itu" Yerin menunjuk pria tadi dengan dagunya. Dia memperhatikannya lamat lamat.

Irene mengerutkan alis. Sejak kapan Yerin punya kenalan di Korea batinnya. "kamu kenal sama dia? Sejak kapan? Kok kakak gak tau?" tanyanya.

Pertanyaan Irene tidak dihiraukan Yerin, dia malah menjentikan jarinya dan berkata "tidak salah lagi, itu pasti Suho!" Kali ini dia melangkahkan kaki mantap mendekati pria itu. "Hi oppa*panggilan cewek pada cowok yang lebih tua*"

Pria itu sedikit terkejut, kemudian membalikkan badannya. "Eh, hi adik manis..." jawabnya ragu, namum dia tetap menyunggingkan senyumnya. "Kamu kenal aku?" Tanya pria itu.

"Tentu saja, siapa yang tidak kenal denganmu." Wajah Yerin berbinar binar melihat idola nya.

Suho agak ketakutan "kamu mau apa?"

Yerin berfikir sejenak, kemudian menjawabnya dengan cepat "tanda tangan dan foto. Itu saja"

Suho mengangguk kecil. "Tapi kamu harus janji jangan share fotonya, simpan buat kamu sendiri aja ok?"

"Iya, aku janji" ujar Yerin bersemangat.

Setelah selesai menandatangani kertas yang disodorkan Yerin, Suho bergegas pergi. Yerin memperhatikan punggung Suho hingga akhirnya menghilang di tikungan jalan.

"Dia siapa?" Tanya Irene, dari tadi dia tidak mengerti apa yang dilakukan Yerin.

"Dia Suho, leader boy band EXO." jelas Yerin. "Dia sering sekali menyamar sebagai orang biasa agar tidak diikuti fansnya ke mana mana. Sebenarnya awalnya aku juga tidak tahu, tapi setelah kuperhatikan lagi ternyata dia benar benar Kim Suho."

Irene mengangguk mengerti. Ketika hendak meninggalkan toko ice cream,  seorang pelayan memanggil mereka.

"hey, anak-anak manis, bisakah kamu membantuku?" Tanya wanita yang kira kira berumur 45 tahun itu.

"Iya, bi? Apa yang bisa kami bantu?" Yerin tersenyum manis.

"Ohoho" bibi itu yertawa," begini, nak. Kamu bisa tolong mengembalikan dompet ini pada pria yang tadi tidak? Tadi dompetnya tertinggal di kasir. Alamatnya ada di kartu penduduknya. Apakah kau bisa menolongku?" Sang bibi pelayan memohon.

Hmmm..., boleh juga. Jika aku mengantar kerumahnya aku bisa bertemu dengan Suho lagi, sekaligus dapat melihat rumahnya. Pikir Yerin.

"Hey, jadi bagaimana? Maukah kamu membantuku?" Suara sang bibi memecah lamunan singkat Yerin.

"Eh, iya bi akan kuantar!" Seru Yerin. Dia mengambil dompet kulit yang diulurkan bibi, kemudian pergi meninggalkan toko.

Si bibi berteriak berterimakasih agar terdengar oleh Yerin yang sudah berada di luar toko.

"Ada apa Rin? Kok kamu keliatan senang?" Tanya Irene penasaran.

"Bibi tadi meminta tolong kita mengembalikan dompet Suho" ujar Yerin menunjukan sebuah dompet kulit.

"Lebih baik besok aja kita antar, sekarang sudah hampir larut malam. Udaranya dingin." Irene menghentikan langkahnya sesaat membuang kertas pembungkus ice cream. "Sekarang kita kembali ke hotel, kamu ingatkan cerita papa tentang penjahat yang berkeliaran di tengah malam?"

Irene mengangguk "tentu saja aku ingat, tapi jika Suho harus menunggu hingga besok, mungkin dia tidak bisa tidur karena terus terusan mikirin dompetnya. Demi Suho ayo kita ke sana." Kata Yerin bersemangat.

Sang kakak hanya bisa menghela nafas dan mengangguk pasrah. Dia tau tidak ada gunanya berdebat dengan Yerin.

-to be continued

Jangan lupa vommentnya yaa 💛 ditunggu next chapter ^^

Winter MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang