Suasana kantin tidak begitu ramai saat Dhanis dkk datang, hanya anak-anak kelas tiga, dua, dan beberapa anak kelas satu yang ada di sana, kebanyakan anak-anak berseragam baru masih sibuk dengan acara perkenalan.
Dhanis sendiri bukannya nggak mau berkenalan dengan teman-teman barunya itu, tapi perutnya sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi minta di isi. Dia dan kawan-kawannya langsung menuju tempat kosong dan langsung memesan makanan.
"Nis!" sebuah suara memanggil Dhanis dari belakang. Serta merta Dhanis dan kawan-kawannya yang sedang sibuk dengan makanannya masing-masing menoleh ke arah suara yang memanggil Dhanis itu.
Gerand berdiri sambil mengatur nafasnya yang masih turun naik.
"Eh Rand. Kenapa lo?" tanya Dhanis bingung melihat Gerand yang udah kaya orang baru ketemu hantu.
"Gila! Cewek-cewek di sini pada ganas-ganas banget sih," komentar Gerand sekalian mengatur nafasnya.
"Hahaha, lo ketangkep sama mereka yah. Udah duduk sini, kesian amat sih lo," Zaldy mempersilahkan Gerand duduk di bangku yang masih kosong di sebelahnya.
Gerand duduk di bangku yang di sondorkan Zaldy dan langsung memesan air putih dan ketika air putih itu datang dia langsung meminumnya, tanpa sisa!
"Woi Rand biasa aja dong minumnya," ujar Zaldy.
"Resek lo! Lo kan belum ngerasain di kejar kaya gitu," jawab Gerand.
"Itu mah salah lo sendiri Rand" timpal Dhea yang sudah susah payah menahan tawa melihat tampang Gerand yang kelihatannya susah banget.
"Hah!" Gerand menatap Dhea dengan bingung, "Mangnya salah gue apa?"
Dhea cuma tertawa, "Nggak!" jawabnya di selingi senyum misterius yang langsung saja membuat Dhanis yang juga dari tadi mau ketawa langsung tertawa.
Tawa Dhanis langsung saja membuat Gerand menatap Dhanis, "Kenapa sih Nis? Mangnya gue salah apa? Kayanya gue nggak buat apa-apa."
"Hahaha... lo memang nggak buat apa-apa. Yang salah itu tampang lo rand...hahaha," jawab Dhanis masih belum bisa menghentikan tawanya.
Gerand makin bingung, "Kok tampang gue, memangnya tampang gue kenapa? Perasaan tadi gue udah cek sebelum jalan, nggak ada yang aneh kok."
Kali ini Dhanis dan kawan-kawannya tertawa berbarengan. Gerand makin keki di buatnya, "Memangnya ada apa?!"
"Hahaha, bukan gitu Rand__" Kesya nggak tahan lagi, "maksudnya tampang lo itu keren, jadi cewek-cewek pada berebut kenalan sama lo, biar nggak keduluan gitu."
Gerand terdecak kaget, "Ya ampun. Tahu gitu tadi gue pake kaca mata yang tebel terus muka gue gue culunin aja."
"Yah nggak harus sampai kaya gitu lah Rand. Kalau tampang lo culun kaya gitu, mana bisa gue ngenalin lo," Dhanis menghentikan tawanya.
"Iya juga yah. Tapi gue nggak begitu ngenalin lo tadi Nis, kalau Zaldy memang kaya gue pernah liat, kalau lo... gue nggak begitu ngenalin lo sampai lo sebutin nama lo."
"Kasian banget sih gue," Dhanis pura-pura sedih.
Gerand tertawa, teman SDnya ini nggak banyak berubah, "Abis tampang lo beda banget."
"Kenapa? Tambah cantik yah?" ucap Dhanis dengan nada semanis mungkin.
"Huuuuuuu," Kontan aja orang-orang yang ada satu meja dengan Dhanis ber'huuuuuu' ria dan langsung pada ketawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori
RomanceUntuk semua yang pernah merasakan, masa yang katanya paling indah dalam hidup, dari mulai senangnya jatuh cinta, sakitnya patah hati, galaknya guru, usilnya teman, peer yang nggak pernah habis, pulau sore dengan tas besar, segudang les, indahnya ber...