Elma mengembuskan napasnya secara kasar. Ia memandang sebuah surat penerimaan beasiswa yang beratas nama dirinya itu.
Seoul National University. Disitulah ia diterima. Sejenak ia bimbang, antara melanjutkan beasiswa itu atau membuangnya begitu saja.
Sebenarnya Elma hanya menguji keberuntungannya. Mengingat ia tidak terlalu percaya diri bisa diterima di universitas ternama di Korea Selatan.
Setelah memantapkan hati, Elma memutuskan untuk melanjutkan beasiswa itu. Kalau dipikir lagi, bukankah dia cukup hebat bisa mengalahkan ratusan, bahkan ribuan orang yang ingin mendapat kursi beasiswa di universitas itu?
Dan ketika ia berhasil, ia akan melepaskannya begitu saja? Oh, ayolah! Dia masih sangat-sangat sehat.
Dengan langkah yang pasti, Elma keluar dari kamarnya dan menuju ruang keluarga, dimana keluarganya tengah berkumpul.
"Ayah... Ibu," ucap Elma.
Ayah dan Ibu Elma sontak menoleh ketika mendengar nama mereka dipanggil.
"Kenapa sayang?" jawab Ibu Elma lembut.
Elma menggigit bibir bawahnya, hal yang selalu dia lakukan ketika gugup. Kemudian ia menyerahkan surat penerimaan beasiswa itu kepada kedua orang tuanya.
Sang Ayah mengerutkan kedua alisnya, dengan cepat tangannya membuka surat tersebut. Dalam hitungan detik mata Ayah Elma melebar.
"Kamu diterima di Seoul National University?" kata Ibu yang ikut membaca surat itu dengan kagetnya.
Elma mengangguk, "Iya Bu, dan Elma akan melanjutkan beasiswa itu."
Ayah dan Ibu Elma saling berpandangan. Tentu saja mereka sedikit tidak rela melepas putri kesayangan mereka.
Elma tersenyum, ia mengetahui dengan pasti bahwa orang tuanya pasti sulit melepaskannya.
"Elma sudah mantap akan pergi kesana Ayah,Ibu. Bukankah semakin bagus jika Elma bisa menuntut ilmu sampai ke negeri lain? Yah, walaupun bukan ke negeri cina," kata Elma dengan sedikit guyon.
"Baiklah, jika itu mau kamu. Ayah dan Ibu hanya bisa mendukungmu," ujar sang Ayah.
Ibu Elma pun mengangguk-angukkan kepalanya. Kemudian berkata, "Kapan kamu berangkat?"
"Lusa," jawab Elma sambil tersenyum.
Sontak Ayah dan Ibu Elma mendelik! Secepat itukah?
****
"Ayah, Ibu, Kak Rafa, Elma berangkat ya," pamit Elma sambil memeluk dan mencium anggota keluarganya satu-persatu.
"Belajar yang bener dek, awas ntar pas ngomong pake bahasa Korea jangan sampe kepleset," ujar Rafa.
Elma tertawa. Sebenernya disekolahnya dulu ada pelajaran bahasa Korea dan ia cukup menguasainya, jadi ia tak perlu khawatir.
"Kamu ini, bercanda terus! Bukannya sedih atau ngasih nasehat, malah godain adek kamu terus," kata Ibu Elma sambil memberikan cubitan gratis pada lengan anaknya itu.
"Aw! Sakit Bu," Rafa meringis kesakitan.
"Sudah...Sudah," lerai sang Ayah.
"Elma pergi ya! Jaga diri kalian, Elma sayang Ayah dan Ibu, kalau Kak Rafa sih Elma pikir-pikit dulu," kata Elma sambil menjulurkan lidahnya ke arah kakaknya itu.
Kemudian, Elma melambaikan satu tangannya. Sedangkan tangannya yang lain ia gunakan untuk menyeret koper miliknya.
Setelah itu, ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh dari keluarganya.
Sambil mengucap doa dalam hati, Elma berkata, "Seoul i am coming!"
-----
Ditunggu ya vomennya 😂
Senin, 13 juni 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Seoul Diary
RomanceElma Thalita, seorang gadis Indonesia yang beruntung. Di usianya yang terbilang muda, dia mendapatkan beasiswa di universitas ternama di Seoul,Korea Selatan. Kehidupannya yang awalnya tentram dan damai, seketika berubah karena seorang pria bernama...