2. The Meeting

92 12 1
                                    

"Kau pasti menyukainya, Hyejung. Dia sangat tampan."

Tampan. Hanya itu jaminan mereka untuk masa depanku? Hh, mereka pikir aku makan tampang apa? Keluargaku pasti sudah gila.

Tapi segila-gilanya keluargaku, takdir ternyata lebih gila lagi. Kutanya baik-baik, ya. Bagaimana mungkin kau menikah dengan adik mantanmu sendiri, uh?

Kim Mingyu yang akan menikah denganku adalah adik dari mantan pacarku ketika SMA, Kim Jongin. Tolong garis bawahi, MANTAN PACARKU.

Bagus. Dunia memang sempit dan menyebalkan.

Aku segera mengambil menu yang ada di meja, dan sebisa mungkin menutupi wajahku agar tak terlihat oleh pria itu. Tampang sih boleh menarik, tapi latar belakang keluarganya sangat menganggu. Apa kata orang nanti kalau aku menikahi adik Kim Jongin yang notabenenya mantan pacar yang paling kubenci uh?

"Kim Hyejung-ssi?" Eh, suara ini? Seperti suara pria.

"Uh?" Sial, kenapa buku menunya melorot dari tanganku sih.

"Tunggu. Sepertinya kita pernah bertemu?"

"Ah? Mana mungkin. Ini kan pertemuan pertama kita hahaha." Duh bagaimana mungkin ia masih ingat wajahku. Duh, apa ada sianida di sini? Rasanya bunuh diri jauh lebih baik.

"Aniyo. Aku yakin. Sabar, kuingat-ingat dulu, ya. Hmm.." demi Tuhan Kim Mingyu berhenti! Tuhan Kau sudah menghukumku terlalu banyak belakangan ini. Jadi, kali ini saja kumohon, kabulkanlah doaku. Hapus ingatan Mingyu tentang aku.

"Ah, kau mantan pacarnya Jongin hyung, kan?" Oke, sepertinya aku akan berhenti ke gereja mulai minggu ini.

"Ah? Jongin sia.."
"Tak kusangka kita bertemu dengan cara seperti ini, mantan calon kakak ipar." Ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya. Uh, kakak adik sama saja. Sama-sama menggelikan. Ew.

"Langsung saja Mingyu-ssi. Begini ya, kumohon dengan sangat, batalkan pernikahan ini, oke?" Ujarku to the point.

"Kenapa harus aku? Kenapa tidak kau saja?" Ujarnya dengan nada menantang sambil bersedekap. Sial, siapa sih nenek moyang mereka? Kenapa keturunannya menyebalkan semua?

"Percayalah kalau aku bisa, kita tidak mungkin bertemu di sini untuk kencan konyol seperti ini"

"Aku tidak mau."

"Apa?"

"Calon istriku cantik tapi tuli. Sayang sekali, ya."

"Tutup mulutmu, Mingyu-ssi."

"Oh selain tuli, calon istriku juga galak ternyata. Duh, aku pasti akan jadi suami yang sangat menderita."

"Kalau begitu jangan nikahi aku."

"Tak apa, aku suka tantangan."

"Mwo?"

"Jadi, ternyata kita sudah saling kenal, ya. Lalu, apa masih ada yang perlu dibicarakan? Aku masih harus memutuskan pacarku jam 3 dan 4 sore nanti" Ujarnya sambil melirik arloji di pergelangan tangannya.

"Apa? Kau gila? Pacarmu 2?" Masa depanku benar-benar terbaring di atas ancaman. Bagus sekali.

"Sebenarnya sih 3, tapi karena dia memutuskanku duluan, jadi ya...."

"Kau pasti sudah benar-benar gila." Ujarku sambil menjambak rambutku frustasi.

"Kenapa? Kan aku mau menikah. Aku tidak mungkin menikahi 3 gadis sekaligus, kan? Tapi kalau boleh, aku sih senang-senang saja,ya." Ujarnya ringan.

Sumpah kalau di cafe ini tidak ada siapa-siapa, kupastikan mulutnya sudah kusumpal dengan kain pel kotor yang ada di sudut cafe itu.

"Aku tidak perduli dan tak mau perduli. Aku pergi dulu. Oh iya, aku membencimu, Mingyu-ssi." Ujarku sambil mengangkat tas dari meja dan pergi meninggalkan pria gila itu sendirian.

"Oke. Kita lihat sampai kapan kau tahan dengan pesonaku." Hey, apa di mobilku ada kantung muntah? Sarapanku benar-benar ingin keluar semua sekarang.

Oke, kesimpulannya, Kim Mingyu yang dijodohkan denganku adalah pria setengah waras --atau bahkan sepenuhnya tidak waras-- yang kebetulan adalah adik dari mantan pacarku ketika SMA. Sempurna. Hidup dan masa depanku benar-benar terancam sekarang.





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 13, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

We Got Married | Kim MingyuWhere stories live. Discover now