Chapter 5

1K 73 6
                                    

Aku mengonta-ganti chanel tv, tapi tidak ada acara yang menarik. Lalu aku memutuskan untuk membaca majalah yang ada di atas meja dekat tv. Tapi aku tidak mematikan tv nya agar tidak terlalu sepi.
Saat aku ingin membaca majalah, aku mendengar bell berbunyi lalu aku membuka pintu dan melihat ada wanita paruh baya yang sedang tersenyum kepadaku, lalu aku membalas senyumannya. Aku yakin kalo wanita ini adalah joclyn.

"Selamat siang, apa ini benar rumah mr. Styles?" tanyanya dengan ramah.

"Benar ini rumah suamiku. Kau pasti joclyn kan? Mari masuk" ucapku padanya, lalu dia pun mengangguk dan masuk ke dalam rumah.

*****

Setelah aku memperlihatkan seluruh ruangan di rumah ini, aku berlari ke arah kamarku dan masuk ke dalam toilet.
Setelah aku keluar dari toilet aku mendengar dering telfon dari handphone harry. Lalu aku melihat caller ID nya 'TAYLOR SWIFT' ya, taylor adalah mantan kekasih harry, tapi dia bilang kalo dia sudah tidak ada perasaan apa-apa pada taylor. Banyak pertanyaan di pikiranku 'apa harry masih berhubungan dengan taylor?'
'ada apa taylor menghubungi harry?' gadis dalam diriku bertanya-tanya. Lalu aku membawa handphone harry ke ruang kerjanya, karena aku tidak berani mengangkat telfon orang lain 'walaupun dia suamiku'. Saat aku membuka pintu ruang kerjanya harry aku melihat dia sedang berkutat dengan laptop nya, lalu aku mendekatinya dan dia mendongakan kepalanya untuk melihatku.

"Hei ada apa kau kesini?" tanyanya sambil tersenyum

"emhh... ini handphone mu berbunyi" ucapku sambil memberikan handphonenya.
Saat dia meraih handphone nya dari tanganku, tiba-tiba wajahnya terlihat kesal dan dia mematikan panggilan dari taylor.

"Harry kenapa tidak di angkat? mungkin itu penting" ucapku, dan dia hanya diam.

"Lea aku tidak mau kau berfikiran macam-macam dengan adanya telfon dari taylor, aku dan dia sudah tidak ada apa-apa lagi, aku hanya mencintaimu." ucapnya, dan aku hanya mengernyitkan dahiku

"berfikiran macam-macam? aku tidak berfikiran seperti itu harry, mungkin taylor sedang membutuhkanmu, coba kau angkat saja telfonnya dan loudspeaker 'kan agar aku bisa mendengar juga" ucapku. dan dia hanya menganggukan kepalanya pelan.

'Halo?' ucap harry

'Halo harry, ahh... akhirnya kau mengangkat telfonnya' ucap taylor.

'ada apa kau menelfonku? kau tau kan aku sudah mempunyai istri jadi kau jangan menggangguku.' ucap harry dengan ketus

'iya aku tau harry aku tidak akan mengganggu hubunganmu dengan lea. tapi bisakah kau dan lea bertemu denganku?' ucapnya, lalu harry menoleh kepadaku dengan satu alis yang terangkat. lalu aku mengangguk.

'baiklah, dimana kita bertemu?' ucap harry

'di hospital xxxx.'  ucap taylor.

'baiklah, aku akan kesana bersama lea' ucap harry

'terima kasih harry, aku akan menunggu kalian disini' ucap taylor. lalu harry mematikan telfonnya

"kau yakin akan bertemu dengan dia?" tanya harry. dan aku hanya menganggukan kepala sambil tersenyum.

"aku yakin, lagian tadi taylor menyuruh kita untuk bertemu dengannya kan? kita berdua tidak kau saja. jadi aku yakin kalo dia tidak akan macam-macam denganku." ucapku

"tapi kenapa dia menyuruh kita bertemu di rumah sakit?" tanyaku

"aku juga tidak tahu, yasudah sekarang kau siap-siap saja dulu. aku akan menyimpan file di dalam laptopku dulu." ucapnya. lalu aku bergegas untuk mengganti bajuku ke kamar.

.......

"Harry ayo aku sudah siap" ucapku, dan harry hanya mengangguk dan memasukan handphone nya kedalam saku celana nya.

"Joclyn aku dan harry ada urusan sebentar, kau jaga rumah ya." ucapku pada joclyn yang sedang membersihkan lantai.

"baik nona" ucapnya. lalu aku dan harry dengan segera menuju mobil harry.

Saat di jalan hanya ada keheningan, tidak ada yang berbicara. Aku ingin bertanya pada harry tetapi dia sepertinya terlihat sedang kesal, jadi aku diamkan saja dia karena aku takut nanti kita malah bertengkar. karena mood nya dia jika sedang kesal pasti selalu marah-marah.

.......

Sesampainya di rumah sakit, aku dan harry menunggu taylor di ruang receptionist. Tiba-tiba handphone harry berdering dan harry mengangkat telfonnya dan ternyata itu panggilan dari taylor. lalu harry mematikan telfonnya.

"Apa katanya?" tanyaku pada harry.

"Dia bilang dia di rawat di ruang 124, ayo kita kesana sekarang." ucap harry, dan aku mengikuti harry dari belakang.

Saat kami sudah menemukan ruangan 124, harry langsung membuka pintu ruangan ini.
setelah kami masuk ke dalam ruangan taylor dirawat.  Aku melihat taylor sedang terbaring lemas di ranjang dengan selang infus yang berada di tangannya. Lalu dia tersenyum saat mengetahui keberadaan kami disini, tapi aku melihat harry hanya memasang muka datar.

"Hei taylor kau ap---" ucapku terpotong dengan ucapan harry, lalu aku menatap harry dengan tajam tapi dia menghiraukanku hftt..

"Sudah langsung to the point saja, ada apa kau menyuruh kami kesini?" tanya harry pada taylor dengan ketus. Aku menyenggolkan tanganku pada tangan harry tapi dia hanya diam saja.

"Sebenarnya aku ingin meminta tolong pada kalian untuk mengurus anakku sampai dia besar, apa kalian tidak keberatan?" ucap taylor dengan lemas. aku dan harry terkejut, kenapa taylor menyuruh kami untuk mengurus anaknya?

"HELL NO... kau pikir kami baby sitter anakmu?" ucap harry dengan membentak taylor. aku mengusap punggung harry agar dia tidak emosi.

"emhh.. taylor mengapa kau menyuruh kami untuk mengurus anakmu? memangnya kau akan kemana?" tanyaku dengan hati-hati.

"Alasan aku menyuruh kalian mengurus anakku karena, anakku itu sebenarnya itu...itu an..anak kandung harry. selama ini aku mengandung anak harry" ucap taylor dengan terisak. dan aku sangat terkejut dengan apa yang dikatakan taylor, tak terasa air mataku sudah mengalir di pipiku.

"TAYLOR KAU JANGAN BERBOHONG, AKU TIDAK PERNAH MELAKUKAN 'ITU' DENGANMU" ucap harry dengan membentak taylor. dan aku hanya diam terisak karena aku kecewa pada harry.

"jelas kau berbicara seperti itu, karena kau pada sat itu sedang mabuk dan datang ke rumahku dan akhirnya kami melakukan itu" ucap taylor dengan berteriak. lalu aku memeluk taylor walaupun ini terasa sakit, tapi aku lebih kasihan melihat taylor yang sudah mengurus anaknya tanpa memberi tahu harry.

"lalu kenapa kau ingin kami yang mengurusnya? maksudku memang kau akan kemana? sampai harus menitipkan anakmu pada kami?" tanyaku pada taylor sambil merangkul taylor dari samping. dan harry hanya menarik rambutnya frustasi.

"Aku terkena penyakit kanker otak. dan dokter memvonis ku bahwa aku hanya 1 minggu lagi untuk hidup karena kanker ku sudah stadium 3. maka dari itu aku meminta tolong pada kalian untuk mengurus anakku pada kalian. tolong jaga dia sampai besar nanti, dan masalah biaya anakku aku akan memberikan seluruh tabunganku untuk biaya anakku sampai besar nanti jadi kalian tenang saja." ucap taylor panjang lebar.

*****

wow 1051  words ini cerita ter 'panjang'? gua

please kasih vomments dong..
makasih...:-)

-nhstyles xx

LOVE [harbara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang