Part 6

11.5K 575 29
                                    

Multimedia : Pierto Boselli as Mark Orion Connor

Aku terbangun dari tidurku setelah mendengar ketukan pintu kamarku yang begitu mengganggu. Aku berusaha meninggalkan mimpiku dan membuka kedua mataku. Sapuan lembut yang dingin dari udara yang masuk ke dalam fentilasi kamarnya membuat aku enggan melepaskan selimut yang melindungi tubuhku. Lelah sangat terasa di kedua mataku karena semalaman aku tak berhenti menangisi diriku sendiri, lebih tepatnya nasibku. Entahlah, aku sungguh sangat berharap aku tidak bangun lagi kali ini. Aku belum siap menghadapi apa yang terjadi nanti antara aku dengan Mark.

"Cepatlah bangun, mom sudah menyiapkan sarapan dan kau sudah kembali sekolah seperti biasanya." Feli sudah berada di dalam kamarku dan sudah memakai seragam putih abu-abunya.

Dengan malas aku bergerak turun dari ranjangku dan masuk ke dalam kamar mandi. Ku lepaskan pakaianku dan menyalakan shower. Tetesan air shower mulai mengucur dan membasahi kulit telanjangku. Aku menengadahkan kepalaku membiarkan wajahku basah dengan tetesan shower. Dinginnya air sekejap menusuk dan membuatku sedikit bergidik. Seiringnya air membasahi tubuhku, pikiranku kembali mengacu kepada Mark.

Makr Orion Connor. Dia bukan hanya idolaku, dia adalah pria yabg ku cintai. Aku memang mencintainya, tapi aku sadar akan diriku sendiri. Aku tidak pantas bersanding ataupun memilikinya. Banyak gadis di luar sana yang lebih baik di banding diriku. Tapi, mengapa Mark memperlakukan aku seperti ini? Oh tuhan, bukankah aku sudah berjanji untuk melupakannya? Apakah kau tidak bisa membiarkan aku sebentar saja bersantai dan rileks? Demi tuhan, jika saja dia tidak memperlakukan aku seperti itu, aku akan mudah jatuh ke dalam pelukannya. Namun sayang, ekspetasi memanglah selalu berbeda dengan kenyataan.

"Cepatlah Stel!" teriak Feli dari luar kamar mandi menyentakkan aku dari pikiran.

Mendengar teriakan Feli, aku bergerak lebih cepat menyelesaikan ritual pagiku. Setelah selesai, dengan sigap aku memakai seragam dan mempersiapkan barang-barang yang harus ku bawa ke sekolah. Ya, hari ini, hari pertama aku kembali bersekolah seperti biasa. Dan hari ini, aku akan pulang sore karena tambahan materi ujian nasional. Benar-benar menyebalkan jika di hari pertama aku kembali bersekolah, aku harus pulang sore dan mempersiapkan otakku yang akan penuh dengan materi UN.

Tanganku menutup risleting ransel hitamku setelah semua buku dan barang sudah masuk ke dalam tas. Karena udara pagi ini begitu dingin, aku memilih memakai jaket hari ini. Kakiku bergerak ke sudut kamar di mana jaket putih bermotif cartoon milikku tergantung di sana. Selesai memakaikannya di tubuhku tanpa menutup risletingnya, aku meraih tas ku dan keluar dari kamarku untuk sarapan. Di meja makan, ku lihat papahku dan anggota keluargaku yang lain sudah berkutat dengan alat makan. Aku sedikit mempercepat langkah kakiku dan langsung mengambil duduk di samping papahku.

"Stella" suara papahku muncul di tengah-tengah dentingan alat makan pagi ini.

"Ya pah?" aku meletakkan alat makanku dan menyelesaikan kunyahanku.

Papahku terlihat serius ketika beliau memakai kacamatanya. Setelan kerja yang papahku pakai pagi ini adalah merah maroon dengan dasi bergaris.

"Kau kenal dekat dengan pria tadi malam?" baru saja aku berharap papahku tidak lagi membahas tentangnya.

"Aku mengenalnya dan ku pikir dunia juga mengenalnya." jawabku jujur.

Papahku mengangguk lalu meraih gelas berisi air putih dan meminumnya perlahan. Setelah selesai meminum habis air putihnya, papahku kembali bersuara, "Apa kau mencintainya? Apa kau tahu resiko yang akan kau terima nanti jika kau mencintainya?"

Ya, aku tahu resikonya. Dan resiko itulah yang membuatku hingga sampai saat ini masih gakut untuk berharap lebih pada Mark. Tapi Mark, dia begitu menyebalkan, dia terlalu berlebihan sehingga selalu saja mengacaukan rencana dan keputusanku dengan tindakan nekadnya.

StellaWhere stories live. Discover now