Part 9

10.8K 632 21
                                    

Multimedia : Anthony Gastelier as Christoper Erick Smith







Kurasakan kecupan-kecupan di seluruh wajahku. Awalnya aku pikir semua itu hanyalah mimpi, namun semakin lama, kecupan itu semakin menjadi-jadi. Sungguh, aku benci kecupan ini karena sudah mengganggu tidur siangku. Ya, aku memang lelah dan butuh tidur karena semalam aku lelah menangisi hal yang sebenarnya tak penting, karena Mark tentu saja tak bisa ku kalahkan. Dia terlalu kuat.

"Wake up, honey," bisikan suara Mark memasuki indra pendengaranku.

Mau tak mau, aku dengan malas membuka kelopak mataku. Cahaya yang cukup terang menusuk mataku. Kedua mataku mengerjap beberapa kali untuk beradaptasi. Sentuhan lembut ibu jari Mark di pipi tembamku memancing rona pipiku.

"I'm so glad to see you like this again. Would you be mine?"

Mine. Dia hanya ingin memilikiku. Memiliki bukan berarti mencintai dan aku benci pada pria yang hanya ingin memilikiku, bukan mencintaiku. Aku bukanlah barang yang harus dimiliki. Aku adalah seorang gadis yang ingin dicintai. Bisakah Mark mengerti? Apakah aku harus mengatakannya? Tapi, bagaimana jika aku mengatakannya, Mark kembali menjadi monster mengerikan yang membahayakan aku?

Aku tersenyum simpul karena tak tahu lagi harus menjawab apa. Ku gerakan tubuhku untuk beringsut duduk diikuti Mark yang ikut duduk di sampingku. Tubuhnya masih terbalut pakaian yang sama. Wajahnya masih setampan seperti biasanya. Senyum menenangkan yang ia punya masih kupuja. Ketahuilah, aku bukanlah makhluk munafik yang bodoh mengatakan bahwa aku tidak termakan pesona Mark. Sungguh, pesona keluarga Connor memang tak ada tandingannya bagiku, atau mungkin bagi para gadis di dunia.

Tapi, aku bukanlah gadis bodoh yang hanya tergiur dengan ketampanan nya saja. Aku mencintainya karena aku sendiri tak tahu mengapa hanya ada dia di dalam pikiranku. Jujurlah, aku sungguh tak menemukan alasan yang tepat mengapa aku mencintai Mark. Bukankah cinta itu tidak beralasan?

"Kau melamun," ujar Mark dengan tangannya meraih kedua tanganku dan mengecup punggung tanganku.

"Maaf." ucapku lembut.
"Tidak papa, sekarang sebaiknya kau ganti seragammu dengan dress itu. Aku tunggu kau di di luar." balas Mark yang langsung saja ku angguki tanpa protes.

Dia tersenyum lalu mengecup keningku lembut dan pergi meninggalkan aku dengan sebuah tas besar di meja samping ranjang. Aku sedikit terkejut ketika melihat merk ternama yang tercetak di tas besar itu. Aku yakin dress ini sangatlah mahal.

Tanpa membuang waktu banyak, aku segera bangkit berdiri dan mengganti seragamku dengan dress yang sangat cantik itu. Ukuran dress cantik ini sangat pas di tubuhku. Mark sangat pintar memilih dress ini. Setelah selesai mengganti seragamku, aku berjalan menuju meja rias dan sedikit merapihkan penampilanku. Aku mengikat rambutku bergaya ponytail, memoleskan lip balm yang kubawa dalam tas sekolahku dan setelah semuanya selesai, aku berjalan keluar menemui Mark.

"Mark," panggilku setelah aku mengganti seragamku dengan dress floral bewarna putih yang panjangnya hanya diatas lutut.

Mark membalikkan tubuhnya dan memandangku diam. Aku memeluk diriku sendiri karena merasa malu dengan tatapan Mark yang seakan menelanjangiku saat itu juga. Beberapa detik kemudian, dia tersenyum dan mendekatiku. Satu tangannya menarikku hingga tubuhku menempel pada tubuhnya. Satu tangannya yang lain mendorong kepalaku hingga bibirnya melumat bibirku.

Aku merasakan ciuman yang lembut dan intens saat ini. Bibir Mark yang tipis seakan menggodaku dengan gerakan sensualnya. Kedua tanganku sendiri tanpa diperintah sudah melingkar di tubuh besar Mark.

"Aku tidak rela membawamu keluar jika aku tahu Zoey akan memberikan dress nya sehingga membuatmu semakin cantik." ujarnya di sela-sela ciuman.

Oh tuhan, andai saja dia mencintaiku, aku pasti akan semakin melayang saat ini juga.

StellaWhere stories live. Discover now