...
Seorang laki-laki dengan tinggi 185 cm, yang memiliki hidung bangir, bermata abu-abu. Berjalan tergesa-gesa menuruni tangga rumah orang tuanya. Laki-laki bernama lengkap Azka Koc Defran adalah putra pertama dari keluarga Koc Ahmed. Ia sedang menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi negeri di kota besar, dimana sekarang ia tinggal.
"Azka! Lupa kamu masih punya orang tua?". Orang yang ditegur, berhenti berjalan cepat dan membalikan badannya dan menampilkan cengiran jenaka sekaligus merutuki kebodohannya didalam hati.
"Eh, hehe Baba, Anne. Azka minta maaf! Tapi Azka lupa kalau hari ini ada kelas pagi buat menggantikan Pak Salim mengisi mata kuliah Filsafat!".
"Tidak, Sarapan sekarang! Baba dan Anne menunggu dari tadi". Azka gusar, tak enak jika melewati sarapan dengan kedua orang tuanya, tapi di sisi lain ia tak enak jika terlambat untuk menggantikan mengisi mata kuliah tersebut.
"Baba, Azka minta maaf sekali lagi! Besok-besok janji gak akan seperti ini lagi. Azka gak enak sudah diberi amanah oleh Pak Salim". Baba dan Annenya menghela nafas, bagaimanapun Azka harus belajar untuk menyampaikan amanah dan bertanggung jawab atas apa yang telah ditugaskan kepadanya.
"Ya sudah, hati-hati di jalan! kız kardeşinin seviyesi ile flört etmeyin!". Annenya mewakilkan Baba Azka untuk memberi izin. Babanya mengggerutu menggunakan bahasa negaranya, azka yang mengerti apa yang diucapkan koc ahmed, memutar bola matanya.
"Terus saja Baba menggerutu pake bahasa negara Baba biar orang gak ngerti huh! Iya Azka gak akan genit sama adik tingkat!". Babanya terkekeh, memang Koc Ahmed tak jarang menggunakan bahasa negara asalnya, Turki.
"Ya sudah, Baba. Azka izin ke kampus yah!".
"Evet..". Setelah mendapat jawaban 'Iya'. Azka tersenyum dan bersalaman kepada kedua orang tuanya. Dan mengucapkan salam dan berlalu dengan mobilnya.
Di dalam rumah, pasangan suami istri itu melanjutkan sarapan paginya.
"Kamu ini, kamu kira anak kita gak ngerti apa yang kamu omongin, dulukan dia pakai bahasa kamu! Dia bisa Bahasa Indonesia baru diusia remaja". Sang suami hanya tersenyum."Çocuğumuzun sonu nadiren hindi konuşuyor, sanırım çocukluk dilini unuttum". Sang istri mendelik tajam pada sang suami yang sedang tersenyum.
"Enak saja anak kita itu gak bodoh, dia pasti gak bakal lupa sama bahasa masa kecilnya. Kalo bodoh mana mungkin dia jadi Assisten Dosen!". Koc Ahmed tak membalas perkataan sang istri, jika di perpanjang dirinya akan tak dicuekan sehari semalam.
Azka, terpilih menjadi Assisten Dosen, karena kemampuannya dalam menguasai ilmu tersebut juga public speaking yang baik.
Azka pergi menggunakan mobil pribadinya namun lebih sering diantar oleh supir pribadi sang Baba. Tapi karena pagi ini ia kalang kabut karena kesiangan, ia memilih membawa mobil sendiri. Biarlah pak Toni- supir pribadi keluarga mengantarkan sang Babanya saja.
"Pak Toni, pagi ini saya bawa mobil sendiri saja. Bapak nanti anterin Baba atau Anne saja! Kalo mereka tanya kenapa bapak gak mengantarkan saya, bilang saja saya bawa mobil sendiri, itu keinginan saya". Azka berbicara panjang lebar dengan satu tarikan nafas. Setelahnya Azka melajukan mobil dengan kecepatan yang lumayan di atas rata-rata.
'Sial! Saya kesiangan!'
Dengan langkah lebar dan berjalan cepat, Azka sampai di Kelas yang akan ia isi, Bussnies Management
"Assalamualaikum..".
Tampak semua Mahasiswa di dalam kelas menoleh dan menjawab salamnya serentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHITBAH KU DENGAN AL-QUR'AN
Духовные90% PENGUBAHAN ALUR CERITA, PROSES REVISI. #130 in spiritual (07042017) #166 in spiritual (10042017) #156 in spiritual (24042017) "Bund, kalo aku mau nikah muda boleh?" Zehra Aufa Sahin. . . "Anne tadi aku bertemu seorang gadis senyumnya maniiss!!"...