Alea memasuki kantor. Hari ini dia merasa berbeda dari hari sebelumnya. Alea sendiri tidak mengetahui alasan yang pasti. Yang dia tahu hanyalah dia merasa lebih bahagia. Yap mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang dia rasakan.
Alea segera mendaratkan bokongnya ke kursi yang telah menemaninya beberapa tahun terakhir. Helena yang berada di samping meja Alea mendekat.
" Apa ada kabar baik Alea ?" Helena bertanya karena penasaran dengan temannya yang satu ini.
" Maksudmu?" Alea membalas pertanyaan Helena dengan balik bertanya.
" Yah Alea kau pasti mempunyai kabar baik yang tak kau ceritakan kepadaku. Semua orang dapat melihatnya dari wajahmu. Kau bahkan masuk dengan senyuman yang nampak di wajahmu. Apa gigimu tidak kering?" Helena mengoceh panjang lebar.
"Jangan berlebihan Lena. Apa aku tersenyum selama itu?" Alea tak menyadari dirinya tersenyum. Akhir-akhir ini rasanya terasa suram.
"Baiklah, kita tak perlu membahas tentang senyumanmu. Jadi apa yang tak kau ceritakan padaku? Apa kau melupakan temanmu yang satu ini sampai-sampai kau tak mau menceritakannya?" Helena mulai merajuk seperti biasanya.
Alea tampak berpikir, apa perlu dia menceritakan masalahnya dengan Gilbert sampai dengan adegan ciuman dirinya dengan Marck? Mengingat kejadian semalam membuat Alea kembali merona. Itu sungguh diluar perkiraannya. Semalam dia memang hanya ingin bersenang-senang.
Helena melihat Alea yang merona. Helena semakin gemas sangking penasarannya. Alea belum saja menceritakan apa pun.
"Oh ayolah Alea, aku janji tak akan membocorkan rahasiamu." Helena mengatakannya dengan wajah yang dibuat-buat.
Alea mengerang frustasi dia memang selalu kalah jika Helena sudah memohon dan mengalirlah begitu saja apa yang selama ini terjadi dan apa yang dipendamnya selama ini. Alea menceritakan semuanya tanpa menambah atau pun mengurangi rentetan ceritanya.
Helena terbelalak tak percaya. Semua yang didengarnya sangat mengejutkan. Yang pertama Gilbert, pria manis dan romantis itu berselingkuh. Dan yang terakhir seorang Marck Wizzel mencium Alea bahkan mengantarkan Alea ke kantor tadi pagi.
"Lena jangan seperti itu. Wajahmu tampak konyol." Alea berusaha menyadarkan temannya yang satu ini. Reaksi Helena memang sudah bisa diprediksi. Untungnya Helena tidak berteriak heboh seperti kebiasaannya.
"Jadi bagaimana ciumannya? Apa kau menikmatinya?" Alea menatap Helena tak percaya. Helena menanyakan pertanyaan yang sungguh konyol dan itu membuat pipi Alea merona malu.
"Berhentilah Lena. Kau membuatku malu." Alea bingung harus menjawab apa.
"Lalu bagaimana Gilbert?" Helena bertanya kembali. Dia sungguh penasaran dengan kelanjutan hubungan temannya dengan pria munafik itu.
Alea terdiam sejenak. Dia tampak berpikir bagaimana kelanjutannya hubungan mereka. Mungkin hubungan mereka sudah kandas. Semuanya sudah jelas tanpa harus menunggu salah satu pihak memutuskan hubungan. Dan mungkin inilah yang terbaik. Tak ada yang perlu dilanjutkan. Alea sungguh kecewa terhadap Gilbert, namun dia sudah memutuskan untuk tidak tinggal diam dan terperangkap dalam kesedihan.
" Sudahlah Alea tak perlu bersedih. Kau layak mendapatkan yang lebih baik dari pria munafik seperti Gilbert. Masih banyak pria yang menginginkanmu dan berusaha mencuri hatimu. Marck mungkin." Helena berusaha membujuk temannya dengan cara menggodanya.
" Oh Helena aku tak mau terlalu berharap. Bisa saja dia hanya ingin membantuku." Ucap Alea frustasi.
Helena merasa bingung dengan temannya. " Berusaha membantumu? Apa dia mengenal Gilbert? Memangnya dia tahu kalau Gilbert tunanganmu? Kalau pun dia tahu Gilbert tunanganmu, kenapa dia mencium mu?" Helena mengeluarkan berbagai pertanyaan yang membuat Alea kembali berpikir.
"Yap benar juga. Seingatku aku tak mengatakan apa pun tentang Gilbert." Alea sungguh bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alea
RomanceDentuman musik terdengar jelas mengisi gedung ini. Semua orang hanyut dengan dunia malam yang jarang sekali kumasuki. Kali ini biarkan aku menikmati hari. Melupakan semua masalah. Membiarkan diriku hanyut dengan kerasnya alkohol. Kakiku dengan ente...