Seorang perempuan berdiri di depan sebuah kantor penerbitan. Kepalanya menengadah ke atas. Sambil menatap langit yang perlahan berubah menjadi gelap lantaran matahari kembali ke peraduannya. Ia melamun, masih dengan pikiran yang sama.
Ketika pikirannya tak lagi bisa dikendalikan, perempuan itu langsung memejamkan matanya. Berusaha keras menjernihkan pikiran-pikiran anehnya itu sebelum makin menjadi. Walau begitu, ini sudah tiga tahun. Waktu yang cukup lama untuk membuatnya menunggu seseorang.
"Siska!" Panggil seseorang. Dari suaranya Siska bisa menebak kalau itu Radit Jaya Kusuma, partner kerjanya dan merangkap sebagai sahabatnya. Radit sudah berdiri di belakangnya. Siska menoleh lalu tersenyum saat melihat Radit pun tersenyum ke arahnya.
"Hai, Dit!" Sapa Siska. Ia buru-buru bersikap ceria di depan Radit.
Sejak dulu, Radit memang menyukainya. Bahkan, perempuan yang bernama Siska itu pernah dilamar oleh lelaki berperawakan tinggi dengan postur tegap, wajah tampan, dan berkulit putih ini. Siska belum menjawab lamarannya dengan alasan ia masih butuh waktu untuk memikirkannya.
"Mau pulang sekarang? Gimana kalau kita mampir makan malam dulu? Ada restoran bagus yang baru dibuka."
"Daripada makan diluar mending kamu ikut makan di rumahku aja. Weekend ini kita mau pergi, kan?"
Radit mengangguk sambil mengantar Siska menuju mobilnya. Sebenarnya, ia tahu kalau tadi Siska sedang melamun dan berpura-pura ceria di depannya. Radit tak suka dengan sikapnya itu, tapi Radit menghargai Siska yang tak ingin membuat Radit khawatir padanya.
"Kukira setelah adegan aku melamarmu, kau akan menjauhiku. Syukurlah." Ucap Radit bernapas lega.
Siska tertawa mendengarnya. "Hanya karena hal itu aku harus menjauhimu yang sudah bersahabat denganku sejak aku kecil? Enggak lah!"
Radit tersenyum menanggapi perkataan Siska. "Ya. Kuharap sih kau juga bisa melupakan lelaki itu."
Siska tiba-tiba membeku tatkala mendengar pernyataan gamblang Radit. Lagi-lagi Siska terbayang oleh lelaki itu. Lelaki yang ia tunggu kedatangannya sejak tiga tahun yang lalu. Lelaki yang sudah membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya, tetapi juga membuatnya seperti orang bodoh karena harus menunggunya.
Siska menghela napas.
Haruskah ia menyerah?
Menunggu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Namun, sampai kapan ia harus menunggu? Bahkan, lelaki itu tak ada tanda-tanda akan menghampirinya. Semua yang diberikan padanya adalah penolakan. Bodohnya, Siska malah tetap menunggu lelaki itu.
Siska terdiam. Ia harus menyudahi pikiran-pikiran negatifnya karena mau bagaimanapun hanya pikiran positifnya lah tempatnya kukuh berdiri. Ia harus percaya diri bahwa lelaki itu akan datang dan menyesali perbuatannya. Walau butuh pengorbanan yang sangat besar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Japan Love Attack!
Teen FictionSiska Maharani adalah seorang otaku sejati yang mempunyai mimpi untuk tinggal di Jepang. Bagi orang sepertinya, mimpi itu sangat mustahil untuk diwujudkan. Namun, siapa sangka mimpinya bisa menjadi kenyataan! Yamato Miyazaki adalah seorang aktor mul...