Journey 1 - A Chance

21 2 0
                                    

4 tahun yang lalu...


Siska sedang berkutat dengan tumpukan naskah para calon penulis muda yang ingin karyanya diterbitkan. Ia sedang membaca naskah tersebut satu persatu sambil sedikit memberi koreksi agar calon penulis tersebut tahu letak kesalahan yang harus diperbaiki.

Sesungguhnya, Siska kagum pada mereka. Disini perjuangan mereka diuji. Bila naskah mereka ditolak, namun mereka tetap berusaha, mereka lulus sebab mereka tetap berusaha mengejar keinginan mereka. Karena untuk menjadi seorang penulis memang tidak mudah.

Tiba-tiba Siska menaruh naskah yang sedang dibacanya ke atas meja ketika ia merasa matanya lelah. Ia juga merasa sedikit mengantuk. Tangan kanannya mengambil gagang cangkir berisi kopi yang sudah dingin lalu meyeruputnya sedikit. Matanya beralih ke jam tangan yang berada di pergelangan tangan kirinya, Waktu masih menunjukkan pukul sebelas siang lebih dikit yang berarti jam makan siang masih sekitar satu jam lagi.

Siska menghela napas berat lalu tangan kirinya memijat keningnya yang sedikit pusing dan mengucek-ngucek matanya. Pasti kantuknya datang karena ia kurang tidur. Semalam ia menonton anime dan dorama Jepang sampai subuh, Bahkan, ia telat datang ke kantor. Kalau berhubungan dengan Jepang, Siska memang lupa waktu. Lupa waktunya untuk makan dan tidur.

Siska sangat menyukai hal apapun yang ada hubungannya dengan Jepang. Rak buku di kamarnya penuh dengan ratusan manga dan juga kamus-kamus bahasa Jepang. Dinding kamarnya dipenuhi oleh poster-poster anime, film Jepang, band Jepang, visual kei, bahkan girlband terkenal di Jepang seperti AKB48. Ia punya banyak sprei dan merchandise tentang anime atau manga kesukaannya. Laptopnya pun hanya diisi dengan anime, dorama Jepang. Bahkan, Siska mempunyai dua harddisk eksternal dengan isi yang sama untuk memuaskan rasa penasarannya tentang Jepang. Bisa dibilang, Siska adalah seorang Japan freak.

Tapi bukan salah Siska kalau Siska jadi lupa waktu saat nonton anime atau dorama. Itu salah kakak perempuannya yang hanya berbeda 5 menit 28 detik darinya, Marie. Tadi malam Marie nonton bersamanya. Marie juga seorang penyuka jepang, walau tidak se-freak Siska. Saat Siska ingin menyudahinya untuk pergi tidur, Marie melaranganya. Marie meminta untuk terus menemaninya sampai selesai. Siska tak bisa menolak.

Tapi bukan saatnya memikirkan itu. Ia harus meneruskan pekerjaannya, sebelum pekerjaannya makin ditumpuk. Sekarang, masih tersisa 15 naskah lagi dan Siska harus menyelesaikannya sebelum jam kerja hari ini berakhir.

Siska berdiri dari kursinya. Dia ingin membuat secangkir kopi hangat lagi untuk menghilangkan rasa kantuknya yang tak tertahankan. Apalagi ia harus membaca tulisan sepanjang hari. Pasti rasa kantuknya makin menjadi.

Siska menyendok dua sendok makan kopi kedalam cangkirnya lalu menambahkan air panas dan mengaduknya. Saat Siska mencicipi sedikit kopi buatannya, kopi itu terasa pahit di lidahnya. Bukannya ia lupa untuk memberi gula ke kopinya tapi karena kesengajaannya. Kopi pahit bisa membuatnya bertahan lebih lama dari kantuk daripada kopi yang sudah diberi gula.

"Ngantuk, ya?" Tanya seseorang dari belakang bahunya. Siska menoleh sedikit untuk mengetahui sosok yang sedang mengajaknya bicara.

"Pemred?!"

"Kenapa kaget begitu? Kau tidak akan kumakan, kok," kata perempuan itu sedikit tersinggung dengan Siska. Namanya Anya. Siska sudah berteman lama dengan Anya sejak sebelum dirinya menjadi pimpinan redaksi. Anya sudah banyak membantu Siska. Karena Anya pula, Siska bisa diterima bekerja disini. Sebelumnya yang menjadi pemred adalah Ibunya Anya. "Kau sedang sibuk?" Tanya Anya lagi.

Siska menatapnya dari ekor matanya. Siska bisa menebak kalau Anya ingin memberinya pekerjaan tambahan. Siska tahu hal itu karena itu kebiasaan Anya saat Siska sedang mengantuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Japan Love Attack!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang