Mungkin aku sama sekali tidak pandai dalam berteman, aku selalu mengurung diri di rumah, Berjam-jam duduk di depan komputer dan bermain game mungkin menjadi hal yang paling menyenangkan di dunia ini, kakakku selalu menyempatkan diri untuk menyuruhku bermain diluar bersama anak - anak yang lain, jangan menganggapku anti sosial aku juga dulu sering bermain bersama mereka tapi aku bosan dengan hal-hal yang mereka lakukan, alhasil aku menjadi laki-laki pendiam di sekolah maupun di lingkungan rumah hingga kau datang dan mengisi ketidaktahuanku akan pertemananAku memutuskan untuk ikut ibu kerumah barumu yang letaknya berada di sebelah rumahku.
Saat itu pertama kalinya aku melihatmu, duduk sendirian di halaman belakang rumahmu dengan rambut coklat kemerah-merahan sambil memangku boneka doraemon. Kau melemparkan pandanganmu ke arahku, Tatapan matamu yang dingin itu membuat diriku membeku, tapi kehangatan pada senyumanmu membuat suasana mencair seketika, aku masih terdiam menatapmu,sepertinya kau tidak tahan dengan itu lalu kau menghampiriku dan mengajakku untuk mengobrol, aku rasa moment itu adalah awal kita berteman dan membuat satu tali yang saling menghubungkan.Waktu terus berlalu, kau dan aku jadi semakin akrab, hingga tak ada lagi jarak untuk mendefinisikan kedekatan kita, saling mengajari dan berbagi tentang hal baru yang sedang atau sudah kita alami,
Aku selalu suka sifatmu yang selalu saja tenggelam dalam bacaan buku-buku novel dengan memakai kacamata bergaya kutubuku, terkadang aku menjadikan nama kacamata itu sebagai guyonan untuk mengganggumu.Katamu kamu menyukai aroma buku yang menyengat indra penciumanmu,aku tidak tau mengapa kamu terus-menerus memaksaku untuk membaca tumpukan koleksi buku-buku tebalmu,mungkin agar kita bisa membaca bersama-sama,dan coba tebak apa aku melakukannya? Tidak aku tidak pernah sanggup membaca buku-buku itu hingga pertengahan buku dan bukannya kecewa tapi kamu malah akan tertawa melihat tingkah lakuku yang tak tahan lagi untuk membuka lembaran buku selanjutnya. Seperti ada listrik kecil di tiap tawa renyahmu, tawa itu yang membuatku sangat nyaman berada disampingmu, membuat segalanya seakan baik-baik saja dan terasa mudah.
Mungkin keakraban inilah yang menciptakan sebuah rasa pada diriku kepada mu, rasa sayang? Aku tidak tau, bahkan aku masih malu mengakui bahwa itu benar.Aku juga mengajarimu untuk memainkan beberapa game, aku kira kau akan membenci hal itu, tapi ternyata tidak, kau malah menanyaiku banyak hal mengenai game, dan aku pun dengan senang hati memberitahumu semua pengetahuan yang aku dapat dari game. Seolah mimpi indah, tuhan mengijinkan ku mengenalmu.
Masuk sekolah yang sama ketika SMA membuat bibirku melekung membentuk sebuah senyuman saat memikirkan hal itu, bahkan kita satu kelas.
Terkadang kamu mengajakku untuk membaca novel yang panjang bersama-sama lalu bercerita dan mengungkit-ngungkit kejadian yang terjadi kepada karakter utama di novel yang barusan kita baca.
Itu terdengar membuang-buang waktu tapi aku tetap mendengarkan semua kata yang kau ceritakan, kenapa? karena ini bukan tentang apa yang diceritakan tapi tentang dengan siapa aku bercerita, ya denganmu yang manakala aku merasa sangat nyaman berada sejengkal didekatmu. Memandangimu dari jauh seolah dirimu adalah objek yang berada di titik fokus dan yang lainnya hanyalah background blur.Pulang dan pergi kesekolah selalu bersama-sama karna memang kita berada di jalur yang sama, kadang sepulang sekolah kita mampir ke kafe.
Aku selalu menyesap secangkir kopi espresso sambil mengunduh beberapa game yang memang sudah aku siapkan,Dan kau selalu memesan vanilla late, jangan salah aku tau setiap hal kecil darimu , aku rasa ini lebih dari sekedar pertemanan.Saat malam minggu pun kau lebih memilih mengajakku bermain game dirumahmu ketimbang hangout bersama teman-temanmu, seolah kau mengerti apa yang aku mau, kau telah mengisi kekosongan yang sempat hadir dihatiku membuat kehidupanku yang pudar seketika memiliki warna tersendiri
Tetapi setiap ada kebahagian pasti ada saja hal yang menyesakkan, pertengahan semester 2 kau selalu curhat tentang dia, telingaku muak mendengar tentang dia, kau menceritakan semua tentang dia dengan wajah yang berbinar membuat rasa aneh yang mengganggu di hatiku, aku hanya mampu memasang wajah bahagia mendengar kau menceritakan tentang dia, rasanya seperti membiarkan diriku memeluk duri yang tajam
Aku tidak tahu menyayangi seseorang akan menyakitkan.Ketika malam minggu saat aku pergi kerumahmu pun kau sudah mulai jarang ada dirumah, karena dia mengajakmu untuk jalan-jalan mungkin. Meskipun setiap pulang sekolah kau masih sering menantangku untuk bermain game setidaknya itu membuatku senang, bahkan setiap hari kau selalu bermain game kata ibumu.
Sampai suatu sore kau buru-buru berlari ke rumahku hanya untuk mengatakan bahwa kau dan dia jadian, perkataanmu sungguh meremukkanku hatiku jatuh dan hancur berkeping keping, seolah orang lain tak bisa membuatnya utuh kembali, aku memaksakan wajahku untuk tersenyum dan mengucapkan selamat. Jujur, itu sakit. Aku membencimu tapi aku menyayangimu. Aku membencimu bahwa aku menyayangimu. Aku tidak bermaksud jatuh cinta kepadamu tapi aku melakukannya, kau tidak bermaksud menyakitiku tapi kau melakukannya. Dan kurasa saat itulah aku mengerti bahwa sudah saatnya aku menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didn't Mean To Fall In Love
Cerita PendekAku senang berada sejengkal disampingmu itu membuatku sangat nyaman Aku tidak bermaksud jatuh cinta tapi aku melakukannya