Malam Pertama

2.5K 127 12
                                    


.
.
.
Untuk menghindari sesuatu hal yang tidak di inginkan sebaiknya. Bagi yang ingin membaca dan sedang berpuasa-bacalah setelah selesai berbuka.

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © njeplak ide dikepala

Sasunaru drabble

Cerita Homo yang sesuai dengan keinginian pribadi dari saya sendiri.
.
.

Happy Reading

Naruto mulai menatap awas pada Sasuke yang mulai melajukan langkah mendekatinya yang sedang duduk diatas ranjang.

Pernikahan mereka telah usai diselenggarakan tanpa ada masalah 15 menit yang lalu, yang berarti semuanya berjalan dengan lancar. Kecuali hilangnya Naruto diawal presepsi yang beberapa menit kemudian baru dimulai.

Acaranya meriah, sesuai dengan keinginan Sasuke. Yang sudah mempersiapkan semuanya dengan sempurna jauh-jauh hari, hingga rela-relaan mengundur waktu pernikahannya demi untuk mencapai kesempurnaan itu.

Dan sekarang, sama seperti pasangan pengantin lainnya setelah melakukan upacara sakral yang akan mengikat mereka dengan ikatan suci untuk selama-lamanya, sepasang pengantin tersebut pastilah akan melakukan ritual berikutnya. Tidak terkecuali mereka berdua.

Adalah Malam Pertama, ritual penghujung demi untuk mencapai sebuah hasrat terpendam dari masing-masing pengantin.

Dan malam pertama adalah salah satu alasan Naruto tidak mau segera menikah dengan Sasuke. Ia takut jika sampai mulutnya menjerit kesakitan karena di *Piiiiiiiiip oleh siraven. Sehingga berujung pada *Piiiiiiiip berikutnya. Membuat piiiiiiipnya Sakit dan piiiiiip lainnya.

Tidak, tidak. Naruto tidak mau jika hal itu sampai terjadi. Akan tetapi apa yang bisa ia lakukan sekarang yang memungkinkannya untuk menghindari malam pertama mereka. Jika seandainya dilihat dari kedua onyx Sasuke yang sudah berubah kelam berkabut, sepertinya orang yang telah memilikinya secara utuh itu tidak akan ragu lagi untuk melakukan piiiip dengannya.

Perasaan Naruto jadi tidak enak seketika, paranoidnya kambuh. Menghindari Sasuke pun hanya akan membuatnya di klaim sebagai seorang pengecut dan tidak bertanggung jawab atas tugasnya.

"Kenapa?"

Naruto tersentak ketika salah satu tangan Sasuke membelai pipi bergarisnya. Irisnya semakin menyiratkan ketakutan. Hatinya menjerit dan terus berkata 'Habislah aku, habislah aku.'

Dan semakin ketakutan saat menyadari Sasuke yang mulai membuka kancing kemeja putih yang sedang ia kenakan. Keringat dingin sebesar biji jagung pun jatuh dari pelipis hingga dagunya. Tanpa sadar Naruto menahan napas, tangan Sasuke sudah hampir selesai melepas semua kaitan kemejanya memperlihatkan kaos dalam berwarna putih yang ada dibalik kemeja tersebut, Naruto pucat pasi.

Apalagi ketika Sasuke memposisikannya untuk tiduran di atas ranjang. Saat-saat menegangkan itu membuat Naruto akhirnya memilih untuk memejamkan matanya. Tidak lagi ingin tahu dengan apa yang akan Sasuke lakukan berikutnya pada tubuhnya.

Tapi saat-saat itu tidak terjadi, saat-saat yang Naruto takutkan. Suasana mencekam yang sempat dirasakannya pun secara tidak terduga menghilang.

Naruto berpikir untuk membuka matanya kembali. Akan tetapi ia tidak memiliki keberanian untuk hal itu. Ia terlalu takut meski hanya untuk sekedar mengintip.

Namun tidak lagi merasakan pergerakan Sasuke membuatnya penasaran. Apakah yang tadi itu hanya halusinasinya saja? Karena begitu takut dengan malam pertama yang sering diceritakan oleh kakak sepupunya-Kyuubi. Apa benar begitu? Jika benar bolehkah ia membuka matanya sekarang, bolehkah?.

Tunggu dulu!! Bagaimana jika hal itu bukan halusinasinya dan sunguhan. Tapi bagaimana jika seandainya itu memang halu-'ARRGGHHH AUTHOR SIALANNN' maki Naruto kelelahan. Sadar jika author sedang mempermainkannya.

Maka dengan segenap jiwa dan raga. Naruto menanamkan keberanian dalam dirinya. Ia harus membuka matanya lebar-lebar dan tidak perlu takut. Agar ia tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Ia yakin Allah yang maha kuasa akan melindunginya mengingat ini adalah bulan ramadhan. Tidak akan ada setan yang berani melukainya sedikitpun-tidak nyambung.

Pada akhirnya Naruto mencoba untuk membuka matanya, sedikit. Sedikit sekali, secuil-seujung kukunya. 'lihat-lihat-lihat-lihat' dan dalam penglihatannya buram itu terlihatlah Sasuke yang tengah memasang senyum menawan kearahnya. Senyum yang membuat Naruto melebarkan kedua matanya.

"Khekhekhekhe,"

Kekehan kecil terdengar dari bibir Sasuke. Uchiha muda itu tampak menahan tawanya.

"Nani?"

Tanya Naruto setengah sadar melihat wajah Sasuke yang memerah sembari memegangi perutnya.

"Kau fhufhufhu kau tidak akan percaya padaku fhufhufhu jika ku katakan mengenai ekspresimu barusan dobe."

Naruto terperangah, ia mendengus kecil menahan malu. Dengan segera ia mendudukan dirinya kembali.

Sasuke memberinya ruang untuk duduk.

"Kau ketakutan?" tanya siraven. Naruto tidak menjawab. Ia memalingkan wajahnya kesamping menghindari tatapan Sasuke.

Uchiha bungsu sendiri memakluminya-ketakutan Naruto, walau bagaimanapun juga ini adalah pertama kalinya bagi Naruto dan baginya juga. Menurut Sasuke ia tidak perlu mendapatkan malam pertamanya sekarang. Cukup Naruto saja dulu, meski tidak dipungkiri ia sangat menginginkannya. Akan tetapi melihat raut ketakutan si pirang tadi membuatnya berpikir ulang.
Bahkan ia bisa merasakan tubuh orang yang sangat dicintainya itu gemetar hebat dan dengan keringat dingin yang memenuhi permukaan kulit wajahnya.

"Ganti pakaianmu, dan tidurlah hari sudah larut malam." Mencoba bersikap dewasa adalah hal yang Sasuke lakukan membuat Naruto terperangah untuk yang kedua kalinya.

Setelah mengecup dahi Naruto Sasuke beranjak menuju lemari coklat tempat pakaiannya dan pakaian si pirang berada. Setelah memilih dua buah piyama ia kembali ke tempat tidur dan memberikan salah satu piyama ditangannya untuk Naruto dan satunya lagi ia gunakan untuk dirinya sendiri.

Setelah selesai berganti pakaian Sasuke mematikan lampu kamar kemudian ia tidur di sebelah kanan Naruto yang kosong.

Menidurkan dirinya sembari memeluk tubuh ramping si pirang yang juga sudah selesai berganti pakaian. Memeluknya seperti memeluk sebuah bantal guling.

Tidak ada yang Naruto bisa lakukan kecuali menyamankan diri dalam pelukan si raven. Pikirannya masih melayang-layang tidak percaya. Sasuke melepaskannya dalam ritual malam pertama mereka. Sungguh aneh dan seperti bukan Sasuke yang biasanya. Yang egois dan selalu memetingkan ego tingginya.

Untuk kali ini Naruto sadar Sasuke tidak egois sepenuhnya, meski masih tetap teme karena sempat-sempatnya mempermainkannya dalam ketakutan malam pertama.
.
.
.
Ahahaha ane mau ketawa dulu lahhh...
.
.
.
Hayo yg tetap baca meski sedang puasa dan tidak mendengarkan peringatan diatas..

Voment yo..

Terimakasih sudah mau membaca sampai akhir.

Salam A.S :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sasunaru DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang