Camping

41 5 1
                                    

"ni,bangun" ica menepuk bahuku. Matahari sudah muncul ternyata.

Asfa membantu kami semua berdiri kecuali diriku. "niya, tetap disitu dan zi, pinjam sapu tanganmu" aku belum mengerti apa ucapannya hingga ia membersihkan kepalaku dengan sapu tangan basah.

Entah apa yang terjadi semalam, keadaannya mulai tidak bagus, pusing badanku juga mulai panas.
Mungkin karena kita kelelahan kami semua tertidur semalam.

Reza membantuku menuju sungai dekat lokasi kami terjatuh untuk membersihkan diri, pakaian kotor penuh lumpur akibat hujan semalam,.

"kita tunggu disini, pasti mereka akan menyusuri sungai" ucap zia dan dijawab dengan anggukan kami semua, tenaga untuk berjalan sudah tidak ada.

Samar-samar terdengar orang memanggil nama kami, asfa menyuruh kami menunggu sedangkan ia mencari sumber suara. Dan syukurlah tidak berapa lama berberapa orang datang.

Aku tak menyadari salah satu diantara orang yang datang menghampiri aku dan reza. 'bukankah?' "niya," panggilnya, menyetak pikiranku akan dirinya.
Kubalas senyum yang kupaksa agar terlihat kuat walau sia-sia karna lesu.

Lega kami rasakan. Kami dibawa kembali kelokasi camping, ditengah tubuh yang takfit lagi.
Setelah sampai, kami diobati, makan dan istirahat.

Entah apa maksud tatapannya padaku, kekhawatiran dan entahlah belum aku temui selama pertemanan kita.

dua tiga jam beristirahat, aku terbangun terusik mag yang menyerangku. 'Tak ada yang bangun'.

kuedarkan pandanganku 'sepi'.
selangkah aku akan berjalan hingga "ekh. . ." teriakku kesakitan
Beberapa detik aku tersadar bahwa aku tak jadi jatuh. Entah dari kapan ia ada disini menolongku, setau aku tak ada seorangpun yang ada. "afwan"

Ia menuntunku ke kamar mandi, tak tertarik untuk membalas ucapanku.

Kuhirup udara sangat dalam

'Kenapa masih disini tak malu kenapa menungguku didepan kamar mandi' "sudah selesai" tanyanya berjalan ke arahku. Kutatap ia "jika magmu kambuh seperti tadi dan terjatuh bagaimana" terangnya seolah tau akan apa yang aku fikirkan.

Tak jauh dari tanah yang aku dan haris pinjaki. Seorang disana berdiri memperhatikanku dan haris bergantian.
'bisa-bisa aku jantungan karena dua orang ini' kurang dari satu jam aku dikagetkan keberadaannya yang tiba-tiba.

Berusaha kulepas diri dari pegangannya dipundakku."ris, aku bisa sendiri" elakku, sungkan akan keberadaannya kuhiraukan tatapan haris. Ech . . . . . Teriakku "sudah ku bilang" angkuhnya bersikukuh menolongku.

Api unggun sudah menyala, jagung umbi-umbian sudah siap dibakar. Yang lainnya-pun bergantian bernyanyi beriringi gitar aqustik.

Kutatap langit malam yang cerah bertabur bintang 'Malam yang indah' tak hanyal, aku tersenyum.

'Mendung, hujan, petir akan berubah cerah bertabur bintang diiringi sinar bulan, indah' kedua kalinya aku tersenyum.

Rangkaian yang terjadi, baik buruk baiknya akan diakhiri kebahagian yang tak terkira, ucap umi mengiatkanku

Sunyi, semua yang berada dilokasi camping terdiam mendengarkan petikan gitar dan suara jangkrik,.

Kulihat asfa disampingku dan yang lainnya hanya diam, fokus pada satu arah.

Kuikuti arah mata mereka yang tertuju kepada haris yang memainkan gitar.

"Kau tak akan percaya
Kau selalu dihatiku,
Haruskah aku menangis tuk mengatakan yang sejujurnya.

Kau lah segalanya untukku
Kau lah curahan hati ini
Tak mungkinku melupakanmu
tiada lagi yang kuharap hanya kau seorang"

Setelah ia menyelesaikan lagunya, ia menoleh padaku lebih tepatnya menatapku. 'jangan gr deh' batinku

Kulihat lagi ia lebih memastikan kebenarannya.

'dimana dia?'Tanyaku dalam batin -'bukankah tadi disana?'















































_______________________________

Salam ukhuwah,🙏🙏🙏


Syukron, sudah meluangkan waktu untuk membaca ceritaku.

Ofialndien,.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hold My Hand(kimini Todoke)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang