Part satu (1)

156 14 0
                                    

Mereka berjalan santai di kolidor sekolah meski bel masuk sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu.

Sampai di depan kelas XII IPS 2, mereka malah berbalik badan, mengurungkan niatnya untuk masuk kelas setelah melihat di dalam kelas ada Bu Dwi.

"Cabut ke kantin aja, yuk. Males banget dengerin Nenek Dwi ceramah" kata Dika yang langsung berbalik badan.

"Gue juga males banget" Rizal ikut berbalik badan.

"Nyet, lo ikut cabut nggak?" Dika melihat ke arah Galih.

"Nggak mungkin kan gue dengerin Nenek Dwi ceramah sendirian!" Galih ikut berbalik badan dan siap pergi meninggalkan kelas.

"Kalian bertiga mau kemana?" Tiba-tiba Bu Dwi sudah ada di belakang mereka.

"Mau ke kantin, Bu. Kita laper, belum sarapan" kata Dika datar tanpa mempedulikan raut wajah Bu Dwi yang terlihat kesal.

"Kalian bertiga, masuk kelas!" Teriak Bu Dwi dengan suara melengking.

"Aduh Ibu, jangan teriak-teriak. Mengganggu kelas sebelah, tuh" jawab Dika, Rizal, Galih bersamaan sambil menutup telinga mereka dengan kedua tangan.

"Jangan banyak omong, cepat masuk!" Kata Bu Dwi geram.

"Tapi, Bu, kita belum sarapan. Kalau nanti kita sakit, emang Ibu mau tanggung jawab?" Kata Rizal sambil memegang perutnya.

"Cepat masuk kelas!" Teriak Bu Dwi lagi dan wajahnya semakin merah padam.

"Iya. Ampun, Bu, ampun. Kita masuk kelas" jawab mereka bertiga sambil lari masuk kelas dan bergegas di tempat masing-masing.

Setelah sampai di tempat duduk, mereka justru tertawa geli melihat kemarahan Bu Dwi. Melihat Bu Dwi marah menurut mereka lebih lucu dibanding melihat Raditya Dika saat stand up comedy. Tubuh yang gemuk dan muka yang memerah seperti kepiting rebus membuat mereka senang melihat Bu Dwi marah. Hiburan yang lucu sebelum memulai pelajaran. Menarik!

"Kenapa kalian tertawa?" Tanya Bu Dwi saat melihat Dika, Rizal, dan Galih sedang tertawa.

"Ada yang lucu, Bu" celetuk Galih.

"Kalian bertiga, jam istirahat temui guru BP di ruangannya. Saya sudah tidak sanggup menghadapi kalian" Bu Dwi berusaha menahan emosinya sambil ngelus dada.

"Oke, Bu. Dengan senang hati" jawab mereka bersamaan sambil tersenyum selebar mungkin.

"Kenapa kalian telat?" Bu Dwi mengalihkan perbicaraan.

"Masa telat sih, Bu?" Tanya Rizal sambil pura-pura melihat jam.

"Biasanya kita telat satu jam loh, Bu. Sekarang, kita baru telat dua puluh lima menit. Bukannya ini suatu kemajuan, Bu?" Rizal geleng-geleng kepala.

Reaksi teman-teman sekelasnya beragam melihat kelakuan mereka bertiga. Ada yang tertawa ada juga yang sebal. Bagi teman-teman sekelasnya, pemandangan seperti itu sudah biasa. Hampir setiap guru yang mengajar di kelas XII IPS 2 menjadi korban kenakalan mereka. Yang sering menjadi korban mereka adalah Bu Dwi dan Pak Wahyudin.

Bu Dwi sering keluar kelas dan menangis gara-gara ulah mereka. Contohnya, waktu mereka bertiga menertawai Bu Dwi karena mukanya memerah saat mengetahui baju yang dipakainya robek.

Tak tahan, Bu Dwi memilih langsung keluar dari kelas sambil menangis. Dika, Rizal, dan Galih semakin tertawa terbahak-bahak.

--------------------------

"Woy, mau kemana lo?" Tanya Dika saat melihat Galih bergegas keluar setelah bel istirahat berbunyi.

"Mau ke ruang BK. Kan, kata Bu Dwi kita di suruh ke ruang BK" jawab Galih santai.

Stuck Standing On A CliffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang