Jumat 2014, 08.00 pagi
Kediaman TaraAku membuka lebar mataku. Kulihat jam dinding,
"Pukul delapan!?" Aku berfikir sejenak. Sudah tidak ada waktu lagi untuk masuk ke sekolah. Kelas di mulai pukul delapan. Jadi, lebih baik membolos hari ini dari pada terjemur di lapangan upacara sepanjang hari.
Aku kembali merebahkan diri.
"Kenapa tak ada yang membangunkanku ya?" aku menggumam sendiri.
Aku melangkah keluar dan mendekat ke tangga.
"Ma? Ayah?" Tidak ada sahutan.
Apa mereka semua pergi?
Aku kembali masuk ke kamar dan berfikir apa yang harus ku lakukan saat ini.
Lalu aku terbayang Sir Zack. Dan ide terlintas di kepalaku.
Aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri lalu menggunakan pakaian layak bertempur.
"Sir Zack, aku datang!" kataku bersemangat
***
"Sir Zack, apa aku tak boleh pulang?" kataku dengan wajah pucat dan kaki bergetar yang sekarang terasa seperti jeli.
"Tentu tidak, Hunter. Tidak ada dari kalian yang akan kuperbolehkan pulang. Kalian harus membiasakan diri dengan ini," kata Sir Zack berkata kepada kami.
Ya, ternyata Wina dan juga Faran terlambat bangun. Mungkin hanya kebetulan atau memang orang tua kami sengaja tidak membangunkan kami. Akupun tak mengerti.
Sekarang kami sudah bersenjata lengkap. Rapier di gantung di sabuk, senter dan batrai penggantinya juga. Lilin, pemantik dan korek api juga tersedia di sabuk maupun kantung celana masing-masing.
Segel perak dan kantong serutan besi tersedia di bagian sabuk yang lainnya.
Khusus untuk Wina, dia yang memegang thermometer, notes dan pena untuk meriset titik tempat terdingin yang merupakan tempat hantu bersarang.
Rantai besi ringan tergantung di masing-masing pundak kami.
Sekarang kami terlihat seperti benar-benar akan membasmi para hantu. Atau, atau mungkin saja ...,
Apa pelatihan ini benar benar menggunakan hantu asli?
Kalau iya, aku hanya berdoa semoga ini adalah mimpi buruk.
"Win, coba cubit ak- AAWW!!!" Wina menyubit lenganku dengan kukunya.
Rasa menyengat kecil di bagianku terasa sakit, tapi yang lebih menyakitkannya lagi, mengetahui bahwa hal ini bukanlah mimpi buruk.
"Ayo masuk hunters," kata Sir Zack mebawa kami ke mobilnya.
Perjalanan tetap dilanjutkan hingga sore hari. Aku bisa mati kebosanan jika begini terus.
Aku memperhatikan senjata-senjataku di perjalanan. Aku moncoba mengingat nama-namanya, sekaligus untuk menghilangkan bosan.
Aku menelususri ukiran-ukiran rapier yang sepertinya mengisahkan sesuatu.
Aku melihatnya dengan seksama ketika mobil berhenti dengan tiba-tiba.
"Maaf hunters, kita terlewat satu rumah," kata Sir Zack sambil memutar mundur mobilnya.
Di samping kami, terdapat sebuah rumah yang sepertinya sudah tua. Lumayan terurus tetapi tetap saja meninggalkan kesan menyeramkan.
"Apa yang akan kami lakukan di sini sir?" tanya Faran.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEREGRINATE
Short Story↡↡ Tempat random yang berisi cerita-cerita Oneshot. Dimulai dari genre Fantasy, Romance, hingga Thriller/Horror. Isi cerita ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu: Type 1: berasal dari mimpi yang diingat, hingga dituliskan dalam satu cerita one shot...