Invisible

19 2 0
                                    

Dream
Genre: Slice of Life, Angst

Aku terduduk lemas di ruang tamu, menghadap ke arah televisi yang menyala tanpa suara. Tatapan ku kosong, tetapi seberapa pun kosongnya tatapan mataku belum cukup mengimbangi kekosongan yang ada dalam hatiku.

Pasalnya, ibuku, sudah tidak menginginkanku lagi.

Kedua adikku duduk tidak jauh dari ku. Seakan tak mengetahui apa yang terjadi, walaupun kenyataannya bukan begitu. Mereka hanya menutup kuping dan tidak melakukan apa-apa. Tidak membelaku, tidak juga menghentikan ibuku. Tetapi diamnya mereka adalah hal yang membuatku ingin menjerit hingga kehilangan suara, tetapi tetap tidak ku lakukan.

Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Aku selalu menjadi kebanggaan keluarga hingga saat ini. Bukan bermaksud merendahkan adik-adikku, tetapi mereka masih terlalu muda untuk mencapai sesuatu yang cukup untuk membuat keluarga kecil kami bangga.

Aku masih belum mendengar kata-kata itu keluar dari ibu, tetapi aku sudah mengetahuinya terlebih dahulu. Dia, ingin aku pergi dari rumah ini.

Aku tidak siap untuk membuka koper dan memasukkan seluruh barangku ke dalamnya. Aku tahu disaat aku melakukan hal tersebut pertahanan ku selama ini akan runtuh begitu saja dan aku akan menangis sendirian, terpuruk tidak dapat melakukan apapun selain meraung kesakitan. Bukan sakit fisik, tapi mampu membuat kerusakan jauh lebih dari apa yang bisa dibayangkan.

Saat itulah aku menoleh cepat ke arah tangga. Ibuku menuruninya dengan kecepatan normal, tetapi setiap langkahnya membuat detak jantungku semakin cepat. Aku mengalihkan pandanganku, menatap ke lantai seakan keramiknya adalah hal yang paling menarik saat ini.

Dia hanya melirik sekilas ke arah ku lalu masuk ke dapur dan mengambil minum, tidak mengambil pusing untuk menyapa ataupun membentak, seakan aku tidak ada. Lagi, hal itu adalah yang membuatku hatiku seperti diremas.

Seakan aku sudah tidak ada di rumah ini.

***
16.05.20

Mimpi ini sebelum bulan puasa. Kaget sendiri waktu kebangun langsung nangis :')

Waktu itu mau langsung nulis ini tapi masih sakit hati jadi gasanggup, ditunda dulu. Kemarin keinget lagi jadi mulai nulis pelan-pelan. Tapi di tengah jalan kerasa nyesek lagi, gasanggup lanjutin jadi berhenti sebentar, niatnya nanti lanjutin lagi. Tapi udah berhari-hari masih gasanggup mau lanjutinnya, beneran nyesek :(

Jadi publish nya setengah jalan aja ya, maaf gantung. (idk who i'm talking to bcs i know no one'll read this haha)

PEREGRINATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang