Prolog

34 4 15
                                    


                                                                        Nikmati saja bebasmu kini

                                                            karena kau bukan lagi sebuah daun gugur

                                                                  melainkan seekor burung merpati

                                                                                             ****


             Namaku adalah Ava Katelyn, aku hanya lah gadis biasa dari Diamonda. Cukup unik memang nama kota tempat tinggalku. Tempat tinggalku adalah salah satu kota yang ada di dunia ini, yang pastinya bukan di bumi melainkan dunia dimensi lain.

Diamonda sangat sejahtera dengan penduduk yang tercatat sekitar sepuluh juta umat manusia lebih sedikit dibandingkan jumlah manusia di bumi yang membludak.

Kota Diamonda memiliki peraturan yang kuat sama seperti di bumi. Peraturan tersebut berguna menertibkan kehidupan di Diamonda.

Tahun ini ada pendaftaran untuk para missioner baru. Sejak kecil aku ingin sekali menjadi seorang Missioner karena bagiku akan sangat menyenangkan mempunyai satu misi mulia demi mempertahankan kota Diamonda.

Aku harus meminta izin terlebih dahulu kepada kedua orangtuaku karena itu merupakan syarat utama untuk menjadi seorang missioner.

Aku sangat tidak yakin dengan syarat yang satu ini. Orangtuaku mana mungkin mengizinkanku sebagai missioner karena mereka takut akan terjadi sesuatu kepadaku.
Tetapi apa salahnya untuk mencoba, akan kucoba berkata kepada ayah ketika makan malam nanti.

Di Daemonda juga ada yang namanya sekolah, kami hanya belajar satu bidang pelajaran saja. Dari kecil kami di tes untuk menentukkan pelajaran apa yang cocok nanti. Aku sendiri belajar tentang seni. Berbagai seni kupelajari seperti seni melukis, menyanyi, seni peran dan seni bela diri. Yang paling aku senangi adalah seni beladiri karena mampu melindungiku dari bahaya.

Tiba saatnya makan malam, sesuai rencana aku harus izin dengan kedua orangtuaku kalau aku mau mendaftar sebagai missioner.

"Ayah aku mau mendaftar sebagai missioner tahun ini!" ucapku dengan lancang.

Dan seketika ayah tersedak mendengar ucapanku "apa?! kau mau menjadi missioner?"

"Iya ayah!" jawabku.

"Tidak, ayah tidak akan mengijinkanmu!" wajah ayah sepertinya marah.

"Kenapa ayah?" tanyaku sedih.

"Menjadi seorang missioner itu tidak mudah, butuh nyali yang kuat karena banyak marah bahaya yang mengancam diluar sana , ayah tidak mau kamu nanti kenapa-kenapa" ayah berusaha untuk meyakinkanku.

"Mah bolehkan aku daftar?" aku mencoba bertanya kepada ibu siapa tau dia mengizinkan.

"Tidak ibu sangat sangat tidak mengijinkan!"  apalagi ibu It's impossible.

Ah sudahlah memang harapanku menjadi missioner sudah sirna, kedua orangtuaku tak suka jika aku menjadi missioner.

Pagi hari aku pergi ke sekolah. Kelas pertama ada kelas melukis. Sepanjang pelajaran aku hanya merenung tidak menghiraukan apa kata guru. Dian temanku menyenggol bahuku menyadarkanku dari lamunan.
"Ava, ava heyy kau kenapa melamun?"

"hah?  oh aku tidak apa-apa!"  Jawabku singkat sambil merapikan rambutku yang sedikit berantakan.

Sepanjang hari aku hanya terus terdiam entah kenapa nafsu makanku hilang juga. Ketika tiba dirumah aku langsung masuk ke kamar. Di kamar aku hanya bisa memandangi kearah jendela, suasana diluar  begitu indah karena kali ini adalah musim gugur membuat daun pepohonan pekarangan rumahku berguguran. Andaikan aku seperti daun-daun itu yang bebas melayang kemana pun tanpa harus dikhawatirkan akan mengecewakan pohon tempatnya bertumbuh.

Karena kurasa begitu lelah untuk melakukan aktivitas hari ini, sebaiknya aku tidur. Dan berharapa mimpi indah menghapiri kelelapanku.

Cahaya fajar menerobos masuk kedalam kamar menyorot mataku sehingga membangunkanku dari tidur. Hari ini libur, lebih baik aku diam saja di kamar aku tak mau keluar sampai mereka mengijinkan aku untuk mendaftar sebagai missioner.

Benar saja ibu mengetuk pintu kamar dan menyuruhku untuk sarapan. Tapi aku bersikeras untuk tidak keluar.

"ava bangun, ibu sudah memasak makanan kesukaanmu cepat turun kami tunggu dibawah!"  ibu berteriak dari balik kayu itu

"tidak bu, aku tidak lapar!" balasku. 

"ava kau harus makan dari tadi malam kau tak makan, ibu takut kamu sakit!" ibu memohon agar aku keluar.

"tidak bu sebelum ibu mengizinkan aku untuk mendaftar sebagai missioner" ancam ku

"tapi nak!!" 

"pokoknya aku mau mendaftar!!" ucapku sembari teriak.

"baik ibu mengizinkan kamu, tapi kamu keluar dulu dan kita bicarakan dengan ayah"

akhirnya aku keluar dan pergi sarapan bersama ibu dan ayah. 


*di meja makan

"kenapa kau menjadi membangkang seperti ini ava?" ayah bertanya dengan nada serius.

"aku mau mendaftar sebagagi missioner ayah!" luntasku.

"baiklah Ayah akan mengizinkan kamu, daripada kamu sakit karena tidak makan!"

"serius ayah ?" kataku untuk memastikan.

"iya ayah serius!"

Alangkah senangnya diriku orang tuaku sudah mengizinkan, aku bukan lagi seprti daun gugur di pekarang rumah melainkan seperti burung merpati yang bebas kemana pun terbang sesuka hatinya.





The MissionaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang