Started Here

178 33 18
                                    

"Jane!" Suara itu memanggil seorang perempuan yang sedang duduk di taman kompleks. Lalu, perempuan yang merasa namanya dipanggil menoleh dan mendapatkan temannya sedang berdiri sekitar 50 meter dari tempat ia duduk. Lalu, temannya itu berlari kearahnya.

"Jane, kita ke toko buku, yuk! Ada buku yang gue incar uda dari lama!" Ujarnya sambil menarik tangan Jane.

"Hah? Sekarang? Naik apa?" Tanya Jane yang kebingungan. Dia saja belum setuju dengan ajakan Fani, temannya itu.

"Iya. Sekarang. Jalan kaki." Ujar Fani lalu menarik tangan Jane lagi, "Udah kan? Ayo."

Jane hanya mengikuti kemana jalannya Fani. Kanan, kiri, atas, bawah (eh?).

"Uda sampe belum, sih Fan? Dari tadi ga sampe-sampe!" Ujar Jane mengeluh dan memberhentikan langkahnya.

"Sabar kek! Sebentar lagi sampe kok." Ujarnya kembali menarik tangan Jane.

***

"Eh, gue tunggu diluar aja ya?" Ujar Jane yang sudah sangat lelah berjalan setengah jam non-stop ditengah-tengah kesibukkan kota.

"Hah? Lo kurang kerjaan banget berdiri diluar? Ikut liat-liat buku juga bisa." Balas Fani dengan nada yang terheran-heran dengan sikap sahabatnya ini, "Didalem kan ada AC."

Mendengar kata itu, Jane langsung beranjak masuk. Iya ya, gue bego banget, batinnya.

Sesampainya didalam, mereka berpencar dan berjanji akan bertemu di kasir setengah jam kemudian.

Jane pergi kearah novel fiksi dan Fani pergi kearah novel romansa. Iya, romansa. Fani memang suka baca novel romansa, tapi gaada "gitu-gitu"annya loh ya!

Jane mengamati dengan detil nama-nama dan sampul-sampul buku yang terpajang. Tidak ada yang menarik.
Ia lalu mendongak keatas rak, ada satu buku yang menurutnya sangat menarik. Ia setengah berjinjit dan

Set! Bruk!
Ketika ia ingin mengambil buku yang tersisa satu di rak, ada tangan lain yang menyambar buku itu dan tangan itu sukses membuat buku-buku yang lain ikut jatuh dari tempatnya.

"Sorry, tadi gue udah mau ngambil duluan dan lo ngejatohin buku segini banyak tanpa bilang maaf." Ujar Jane memberanikan diri untuk berbicara dengan laki-laki aneh serta tak tau diri ini.

Laki-laki itu dengan perasaan tidak bersalah tersenyum dan berkata, "Sori, mbak. By the way, gue ambil novelnya ya!" Ia lalu beranjak pergi dengan senyum kemenangan.

Gue dipanggil, mbak?! Bego banget tuh cowo. Ini buku siapa yang ngerapiin? Mana bukunya dibawa lagi.

##############################

Part 1 of Chapter 1.,Bukan chapter karena ini ga pantes dipanggil cepter kalo pendeknya cuma 300 kata doang. Okeh, vomment ya!

OursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang