Mereka pernah menikah. Pernikahan yang tidak bahagia namun dikaruniai seorang anak sampai-sampai Aleina memutuskan untuk pergi ke Malang.
Adrian bertemu kembali dengan mereka. Aleina, dan anaknya yang sudah besar. Dan Adrian merasa ia harus b...
Sesampainya di hotel, Adrian melempar tubuhnya ke kasur dan menelepon sahabatnya, Aldo yang berada di Jakarta. Aldo adalah sahabatnya sejak ia masih kuliah dulu. Ia merasa harus mengonfirmasi sesuatu.
Aldo menjawab tidak lama kemudian. "Kenapa, Ian?"
"Setelah nikah sama Alley gue minum-minum nggak?"
"Lo ngapain sih nanya-nanya gituan."
"Do, gue serius."
"Seingat gue ya, pas awal-awal nikah lo masih sering nongkrong, terus lo udah jarang minum, sampe terakhir sebelum lo cerai, lo minum parah banget sampe harus gue anter ke rumah lo. Kenapa sih kok tiba-tiba nanya random banget?"
"Nggak papa. Thanks ya, Do, gue tutup dulu telfonnya."
--
Bodoh. Ia terus-terusan memaki dirinya sendiri saat ini. Aleina tidak mungkin berbohong padanya. Mungkin saja ia benar, saat Ia mabuk, ia tidak mau memakai pengaman dan tidak mau menunggu Aleina meminum pil.
Kenapa ia harus punya ego sebesar ini sampai ia tega membiarkan Aleina berjuang sendirian membesarkan Alisa sedangkan ia terus-terusan berpikiran buruk tentang wanita itu? Ego juga membuatnya harus kehilangan kesempatan melihat perkembangan Alisa sampai-sampai menjadi seperti ini.
--
Keesokan harinya, Ia memberanikan diri datang pagi-pagi ke rumah Aleina untuk mengajaknya dan Alisa sarapan dan berenang di hotel yang Ia tempati. Persetan dengan Aleina yang tidak mau bertemu dengannya. Ia ingin sekali bertemu dengan Alisa.
Adrian memarkirkan mobilnya dan keluar. Ia mengetuk pintu rumah itu beberapa kali lalu terdengar suara anak kecil yang ia kenal dari dalam. "Ali aja yang buka pintunya, Ma."
Adrian tersenyum dan mundur beberapa langkah.
"Om Adrian!" Adrian langsung memeluk dan membawa anak itu ke dalam gendongannya.
"Kamu udah sarapan?" tanya Adrian di gendongannya. Alisa menggeleng.
"Mama baru aja mau masak."
"Mau sarapan di tempat om, Nggak? Habis itu kamu bisa berenang disana."
"Mau Om!" ujar Alisa bersemangat.
"Mas ngapain?" Aleina muncul dengan rambut panjangnya yang ia ikat ke belakang sehingga Adrian bisa melihat leher indah wanita itu.
"Aku mau mengajak kamu dan Alisa ke hotelku buat sarapan dan berenang." Adrian menjelaskan.
"Kayaknya ucapan aku kemarin kurang jelas." Aleina berkata sinis.
"Mama marah ya sama Om Adrian?" Alisa yang masih dalam gendongan Adrian mungkin dapat merasakan ketegangan diantara kedua orang dewasa ini.
"Enggak sayang."
"Berarti kamu mau dong aku ajak kamu sama Alisa ke hotelku?" Adrian benar-benar mencari kesempatan dalam kesempitan.
"Kamu ambil baju renang kamu dulu, gih." Ujar Adrian pada Alisa.
Adrian menurunkan Alisa yang langsung berlari masuk ke dalam rumahnya. Adrian tersenyum pada Aleina. "Kamu juga, Al. Nggak usah mandi, aku juga belum mandi. Nanti mandi disana aja."
Aleina melengos masuk ke dalam rumahnya tanpa menyuruh Adrian untuk ikut masuk juga. Adrian tidak masalah. Ia memilih duduk di kursi depan rumah Aleina dan menyibukan diri dengan handphonenya.
"Ali udah siap, Om."
Alisa berganti baju dan membawa ransel kecil berwarna pink dan biru lalu memanjat sampai ia bisa duduk di pangkuan Adrian.
"Mama mana, Sayang?"
"Mama lagi ganti baju dulu."
Aleina keluar dan mengunci pintu rumahnya. Ia mengenakan baju terusan selutut berwarna navy blue yang kontras dengan kulitnya yang putih.
"Cantik banget mamanya Ali."Adrian berdiri dan ia benar-benar tidak bisa melepaskan pandangannya pada Aleina. Wanita itu benar-benar cantik.
Aleina pura-pura tidak mendengar dan berjalan terlebih dahulu ke mobil Adrian.
--
Adrian memakai jatah sarapan untuk dua orang yang didapatkan dari hotel untuknya dan Aleina, sedangakan Alisa tidak perlu membayar karena masih dibawah umur. Restoran belum terlalu ramai ketika mereka bertiga sampai disana.
"Kamu mau duduk disana atau ikut ambil makanan?" Adrian bertanya pada Aleina.
"Ikut ambil makanan."
"Alisa biar sama aku aja, Al."
Aleina mengangguk mereka lalu berpencar untuk mengambil makanan.
--
Setelah selesai sarapan, Adrian menunggu agar makanannya agak sedikit turun dengan bercanda dengan Alisa. Mereka lalu berjalan ke arah kolam renang dan mengambil tempat di kursi panjang yang tersedia di pinggiran kolam renang.
"Aku mau ganti celana dulu di kamar. Kamu mau disini apa ikut ke kamar?" Adrian bertanya.
"Aku disini aja."
"Okay. Aku gak lama-lama."
Tidak lama kemudian, Adrian datang lagi sambil membawa beberapa handuk putih yang disediakan oleh hotelnya. Ia menghampiri Aleina dan mencari Alisa yang ternyata sedang memasukkan kakinya ke dalam kolam anak-anak itu.
"Nanti pake handuk ini aja, Al. Biar gak usah berat-beratin tas kamu."
Aleina mengangguk. Ia mengambil handuk itu dan meletakannya di meja.
"Kamu nggak berenang?" Adrian bertanya.
"Enggak."
"Aku yang turun deh."
Adrian duduk dan membuka kausnya di sebelah Aleina.
"Tolong lipetin ya, Al." Adrian memberikan kaus yang tadi ia kenakan pada Aleina
Ia berdiri, dan membuka celana panjangnya yang menyisakan celana pendek untuk berenang. Yatuhan Aleina tahu wajahnya memerah saat ini. Adrian tersenyum geli melihat Aleina yang mengalihkan pandangannya. Padahal kan dulu wanita itu sering melihatnya kenapa sekarang jadi malu-malu gini.
"Lipetin celana aku juga ya, Al."
Adrian berjalan dan melompat ke kolam anak-anak itu sehingga menciptakan cipratan-cipratan yang mengenai Alisa. Anak itu tertawa dan mundur sedikit.
"Ayo ketengah, Al. Om temenin."
"Oke om."
--
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SURPRISE🥳🥳🥳
Kalian tau gak sih betapa bersyukurnya aku punya kalian yang setia baca stories aku. Oleh karena itu untuk nemenin kalian stay at home, aku upload LPDLF Full dan gratis di Dreame! Caranya gampang banget kalian tinggal download Dreame dan cari ceritaku. Jangan lupa like dan comment ya karena bisa bikin aku lebih semangat buat nulisnyaa. Aku sayang kalian🥰