Setelah menghabiskan sarapannya di hotel, Adrian langsung melajukan mobilnya ke rumah Aleina. Sesampainya disana, rumah sudah terkunci dan rak sepatu kosong. Mereka pasti ke rumah Diaz-Diaz itu. Adrian berbalik, masuk kembali ke mobilnya dan menuju CafeTara.
"Alley." Ia kaget dengan Adrian yang tiba-tiba ada di belakangnya.
"Ada apa, Mas?"
"Alisa dimana?"
"Di rumah Diaz." Aleina memandangnya dalam seakan meminta pengertian agar Adrian jangan mencari Alisa lagi.
"Kamu ambil tas kamu."
"Ngapain sih, mas?"
Adrian yang tidak sabar berjalan sendiri ke arah dapur CafeTara.
"Lokernya Aleina dimana?"
Salah satu pegawai memberitahunya dan Adrian langsung mengambil tas Aleina disana. Ia menenteng tas Aleina, lalu berjalan sambil menarik tangan Aleina ke mobilnya. Aleina tidak meronta karena hanya akan membuatnya menjadi perhatian pegawai Cafe Tara lain, dan wanita itu tidak suka menjadi pusat perhatian.
"Aku harus kerja, Mas." ujar Aleina saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Adrian menyalakan mobilnya.
"Kamu libur hari ini."
"Apa-apaan sih, Mas?"
"Tadi aku udah bilang sama Tara, dia bolehin kamu izin hari ini."
Aleina malas bertanya bagaimana bisa Adrian kenal sama Bu Tara, karena koneksi laki-laki itu luas sekali.
"Mas, kemarin kan aku udah bilang..."
"Aku ngerti, Al. Fine. Aku nggak akan temuin Alisa hari ini. Aku mau ngobrol sama kamu seharian."
--
"Aleina." Aleina menoleh. Adrian jarang sekali memanggilnya dengan nama lengkap. Biasanya hanya 'Al' atau 'Alley' dan ia suka saat Adrian memanggilnya seperti itu.
"Aku minta maaf." Kata-kata itu keluar juga akhirnya. "I was a total jerk. Aku bodoh banget, Al. Aku nggak seharusnya kayak gitu. Aku laki-laki sombong yang punya ego besar saat itu, Al."
Aleina terdiam. Ia hanya memandang jalanan kosong. Ia tidak tahu harus berkata apa.
"Say something, Al." Ujar Adrian frustasi. Aleina merasakan Adrian melajukan mobilnya lebih cepat.
"Pernikahan kita bukan sesuatu yang aku sesali, Mas"
"I wish i could take my words back. Aku berharap aku nggak bilang kata-kata itu. Aku berharap aku bisa ikut ngebesarin Alisa. Aku berharap kita bisa jadi keluarga kecil yang bahagia, aku menyesal, Al." Aleina dapat merasakan wajah Adrian yang memerah dan nafas laki-laki itu yang menderu.
"Nggak ada yang perlu disesali, Mas. Ini udah jalannya."
"Terus kenapa kamu nggak ngebolehin aku ketemu sama Alisa, Al?"
"Aku sudah bertunangan, mas dan aku menghargai tunanganku."
--
Adrian menjadi lebih pendiam saat mereka makan. Entah apa yang ia pikirkan.Wajanya kusut sekali.
"Dimakan mas makanannya." Adrian mengangguk dan menyuap makannya.
"Nanti kita jemput Alisa dulu, kan?"
Aleina menggeleng. "Mas Ganesh udah pulang dari Kalimantan. Dia yang mau jemput Alisa katanya."
Adrian mengangguk lemah. Ia sudah kalah bahkan sebelum perang dimulai.
![](https://img.wattpad.com/cover/75525680-288-k763856.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LE PERE DE LA FILLE
عاطفيةMereka pernah menikah. Pernikahan yang tidak bahagia namun dikaruniai seorang anak sampai-sampai Aleina memutuskan untuk pergi ke Malang. Adrian bertemu kembali dengan mereka. Aleina, dan anaknya yang sudah besar. Dan Adrian merasa ia harus b...