Always Love You

278 21 0
                                    

Indhira berjalan dengan cepat menembus rintikan hujan yang semakin deras. Dia merapatkan mantelnya untuk mengurangi dingin yang mulai menusuk. Langkahnya merapat hingga ia sampai di salah satu gedung pencakar langit--apartemen-- tempat ia tinggal.

Tak dia pedulikan tatapan heran orang di sekitarnya. Yang dia inginkan hanya satu. Coklat panasnya beserta pulpen dan bukunya.

Ia memutar kenop pintu setelah memasukkan password apartemennya. Indhira langsung berjalan ke arah kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya.

Sweether kedodoran dan celana trinning berwarna putih ia pakai. Ia segera beranjak menuju pantri dan membuat coklat panas.

Hingga minumannya telah jadi, Indhira beranjak mengambil buku bersampul polos di mejanya. Indhira duduk di sofa balkon dan menikmati suara irama hujan yang terdengar.

Kata demi kata ia rangkai menjadi kalimat. Kalimat demi kalimat ia ciptakan dengan indah. Hingga berlembar-lembar ia menulis rangkaian cerita.

***


Indhira mendesah lelah dan ia menarik tangannya ke udara. Ia mengerang pelan saat merasakan punggungnya lelah akibat duduk terlalu lama.

Indhira membolak-balik lembaran-lembaran kertas yang telah berisi karyanya. "Sedikit lagi selesai," gumamnya.

Senyum manis mengembang di bibirnya. Rasa puas membuncah dalam hatinya.

"Setelah selesai aku akan membawa ini ke penerbit," ucap Indhira meengharap dengan riang.

***

Seminggu sudah dari saat malam Indhira menulis ditemani rintikan hujan. Dua hari ini ia mengurung diri di dalam apartemennya guna untuk menyalin tulisannya ke dalam file.

Indhira tersenyum puas melihat karyanya yang genap 440 halaman. Cukup banyak untuk ukuran novel. Ya, Indhira merupakan seorang penulis.

Dengan cepat ia mencetak ceritanya dan mengirimkan filenya ke sebuah penerbit.

'Aku berharap mereka akan segera membalasnya.' Batin Indhira berucap.

Nama lengkapnya Indhira Deliza Putri. Gadis berumur 20 tahun yang kini masih menyandang gelar mahasiswa hukum di Universitas Negeri Jakarta.

Hukum bukanlah prodi yang Indhira inginkan, yang ia inginkan adalah menjadi seorang penulis besar. Tapi sayangnya ayah Indhira melarang keras keinginan Indhira. Ayahnya menginginkan Indhira untuk menjadi seorang pengacara yang handal. Dan di sinilah ia sekarang. Menjadi mahasiswa hukum, tetapi ia juga terus menekuni hobinya dalam bidang sastra.

***

Langkahnya semakin cepat saat melihat busway yang harusnya ia tumpangi kini melaju meninggalkan halte. Indhira semakin berlari kecil dan berteriak, "Busway ...."

Indhira menghembuskan napas leganya saat busway berhenti tak jauh dari tempatnya. Ia segera memasuki busway dan duduk di sebuah bangku yang kosong.

Dengan senyuman yang menampakkan kebahagiaannya Indhira menatap map coklat yang ia peluk. Map yang berisi naskah ceritanya. Dia takkan menyerah untuk menerbitkan bukunya ini. Walau telah lima bulan lamanya ia tak mendapat kabar dari saat terakhir ia mengirimkan naskahnya ke penerbit.

Ya, ini sudah lima bulan dari saat ia mengirimkan naskah ceritanya ke penerbit. Karna tidak adanya kabar selama ini, akhirnya Indhira memutuskan untuk membawa naskahnya ke kantor penerbit itu langsung.

Sebenarnya Indhira sudah berencana untuk membawa naskahnya langsung sedari dua bulan yang lalu. Namun karena kuliahnya sibuk UTS dan praktek-praktek hukum, akhirnya ia terus menunda rencana itu.

Writer's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang