14. failed

17.3K 1K 13
                                    

Yang tadi kepotong.

================
"Gue... harus jelasin semuanya?"

Ali mengangguk pasti. Kali ini emosi amarah sudah mengusai dirinya. Bayangan wajah Dino seakan-akan enggan untuk pergi dari pikirannya. Laki-laki brengsek itu sudah menghamili 2 wanita sekaligus. Bahkan 2 wanita yang selalu saja ada sangkut pautnya.

"Waktu itu...." Indah seperti memutar lagi masalalunya.

"Lo.. gue antar balik ya?" Tawar Dino seraya menatap Indah dengan senyumannya. Indah menatap kesekitarnya, berpikir-pikir lagi kalau-kalau ada Ali yang bisa dimintai tolong untuk mengantarkan. Sepaling tidak, Indah bisa menjamin keamanannya.

"Eng---"

"Ali nitip lo sama gue, udah gapapa kok." Potong Dino dengan senyum semriknya

"Gue ngerasa saat itu udah percaya banget sama dia, secara-- lo yang nitip gue sama dia," Indah menatap kosong kedepan. Memandangi halaman rumah Ali yang megah. Dari matanya, terlihat jelas kalau ia sedang terluka -lagi-.

Didalam mobil hanya ada keheningan yang tercipta. Indah yang enggan membuka suara dan Dino yang asik dengan kemudinya. Sesekali si pecandu ONS itu memandangi ke arah Indah. Cantik, dan dari wajahnya terlihat lugu.

"Thanks ya No," ujar Indah saat mobil Dino sudah memasuki parkir hotel. Baru saja Indah ingin membuka pintu mobil, satu tangan menggenggam erat pergelangan tangannya.

"Gue antar," tusukan mata Dino membuat Indah bungkam. Sialnya Indah tidak bisa mengelak, justru anggukan dari kepalanya yang menuntut.

"Dia anterin gue sampai kamar Li... gue... akh!" Indah menangguk wajahnya dengan kedua tangan. Sulit rasanya menceritakan luka yang sudah ia kubur rapat-rapat. Tapi balik lagi, semua pasti akan ia kisahkan lagi, cepat atau lambat. Tidak mungkin tidak ada Bella jika tidak ada yang--- ah lupakan!

Ali memandang prihatin ke arah Indah. Tak pernah ia sangka kalau semua ini terjadi sebegitu halus. Bahkan memikirkan Dino brengsek saja ia tidak pernah. Ketahui, jika bukan hanya Indah yang terluka, tapi juga Ali. Ali terlalu lalai untuk menjaga wanita yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri.

Ali merapatkan tubuhnya pada Indah. Mengusap punggungnya penuh kasih, berharap Indah bisa lebih tenang sedikit. Tapi nihil, bukannya tenang Indah malah semakin terisak. Dengan pelan ia menyingkirkan usapan tangan Ali, "gue gak mau terlihat lemah,"

Ali mengangguk sekilas lalu menyingkirkan tangannya. "Gue gak ngerti, tapi gue minta maaf. Maaf buat semua kesalahan gue."

Indah tersenyum memandang Ali yang menatapnya nanar. Indah tahu dibalik mata nanar itu ada beribu rasa bersalah yang mengambang.

"Gapapa, lo tau kan gak mungkin anak itu ada kalau gue--- ya you know lah Li." Indah kembali memandang lurus kedepan. Memandangi halaman rumah Ali dari balkon ternyata cukup membuatnya sedikit damai.

"Jadi?!" Tanpa Indah lihat, ia tahu mata Ali kini terbuka sempurna menatapnya. Indah lagi-lagi membuang pandangan nanar, senyumnya kini sedikit berdesis menyadari bodohnya ia dahulu.

"Gue suka sama lo, dari lama. Tapi gue sadar Li... di hati lo tahta Prilly paling tinggi. Waktu itu, saat Dino nganter gue... gue ngerasa kalau gue nyaman sama dia. Anggaplah gue bego bisa suka dengan waktu yang singkat sama orang pecandu ONS. Gue pengen move on dari lo... Dan gitu, gue... rela,"

Ali mengusap wajahnya kasar. Entah kenapa masalah kini semakin rumit, semakin kesini masalah baru terus bermunculan yang Ali sendiri pun tidak tahu kenapa. Semua bangai bom waktu yang meledak secara bersamaan.

"Lo... sama Shila gimana? Maksud gue-- gimana ya, lo sama Prilly-- duh gue susah jelasinnya,"

"Gue udah cerai sama Shila. Lucunya-- gue harus talak dia gitu. Sekarang dia... dia...,"

Call Me MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang