2 - Toko Buku

21 3 4
                                    

Seorang gadis yang mengenakan baju garis-garis lengan panjang sedang menelusuri deretan buku-buku novel dengan mata yang berbinar-binar. Disebelahnya ada seorang gadis lagi yang sedang menatap sekitar dengan bosan.

Dina mengambil novel lalu membaca judul dan harganya lalu ditaruhnya kembali.

"I Lost You, 68 ribu."

Dina menghembuskan napasnya. "Van, mahal amat sih novel-novel gini." Vania melirik Dina sekilas lalu mengambil salah satu novel yang menarik. "Yaelah, emang segitu Kak." Vania menaruh novel yang tadi dia ambil lalu melanjutkan perkataanya."Kan nulis juga gak gampang, Kak."

"Tumben pinter."

"Dari duli kali."

"Bagusin dulu tuh nilai Matematika, baru ngomong."

Vania berdecak sebal lalu meninggalkan Dina sendiri yang sedang tersenyum puas.

Ting!

Cabe Cobek Squad*_*

Amira: Hai ciwi2 ku
Vania Zevanya: hai ka
Aldriana Lerman: hai ka(2)
kiranaa: hai ka(3)
Bebe : hai ka(4)
Vania Zevanya: siapatu yg pake nama suami gue ((lerman))
Vania Zevanya: heh keluar lo sini adu "itu" sama gua
Aldriana Lerman: Adu apa anjir
Amira: Itu yang gede dua diatas
Bebe: HAHAHA
Amira: Mata kan,Van, Na?

Vania tersenyum sendiri membaca grup sahabatnya yang penuh dengan imajinasi liar anak SMA. Vania terkekeh dan masih terfokus ke handphonenya sambil sedikit melihat jalan.

Tanpa disadarinya ada dua orang lelaki yang sedang jalan berlawanan arah dengan Vania, yang satu menggunakan kaos garis-garis sedang terfokus dengan handphonenya, dan juga masih jalan lurus berlawanan arah dengan Vania. Lalu satunya lagi sudah memutuskan untuk berbelok ke kiri, ke deretan majalah.

Brak!

"Eh maaf." kata Vania kepada lelaki yang menggunakan baju bermotif sama dengannya. Lelaki itu hanya mengangguk lalu kembali jalan seperti tidak terjadi apa-apa.

Vania menatap punggung kokoh milik lelaki itu yang berjalan ke deretan novel, lalu memiringkan kepalnya sedikit.

"Anak Global bukan sih?" tanya Vania sedikit bergumam. Vania mengedikkan bahunya lalu kembali jalan menuju deretan buku pelajaran-pelajaran untuk anak SMA.

Vania sudah menemukan buku latihan soal Matematika yang menurut dia bagus dan lengkap dan juga mirip sekali dengan materi di sekolah, sekarang Vania hanya tinggal mencari Kakaknya yang mungkin berada di deretan majalah.

Vania berjalan ke deretan majalah dan betul saja dia langsung menemukan kakaknya, tetapi... dia tidak sendirian.

Dan lelaki berbaju motif garis-garis itu juga ada disitu.

Merasa diperhatikan oleh Vania, lelaki itu menoleh dan Dina dan... satu lagi mungkin teman Dina.

"Vaniaa!" pekik Dina, aneh sekali kelakuan kakaknya, pikir Vania.

Vania tersenyum lalu menghampiri mereka, Vania bersalaman dengan lelaki berbaju garis-garis dan juga teman Dina.

"Van, kenalin itu namanya Fikri." "Terus ini temenku namanya Dani."

Vania tersenyum ramah dan sopan kepada mereka berdua. Dani pun juga tersenyum ramah kepada Vania.

Tetapi, tidak dengan Fikri yang hanya menunjukkan muka datarnya kepada Vania.

Vania berspekulasi sendiri bahwa lelaki yang ada dihadapannya ini, yang menggunakan baju kembar dengannya adalah lelaki dingin, tidak banyak bicara, cuek, sok cool. Oke, itu terkesan men-judge. Tapi, tampangnya memang sangat cocok dengan kepribadiannya itu, dan Vania harus mengakuinya lelaki yang ada dihadapannya memang cukup tampan.

Dina berdeham, memecahkan lamunan Vania dalam sekejap saja.

"Gimana kalo kita makan dulu?" tanya Vania kepada mereka bertiga.

Dani pastinya langsung menyetujuinya, lagipula ini kan memang rencana mereka berdua. Sebenarnya, Dina dan Dani sudah sempat membahas resiko akan perjodohan ini, resiko yang mereka ambil cukup serius, bisa saja salah satu dari mereka akan ada yang tersakiti karena salah satu sikap mereka.

Tetapi, Dina dan Dani juga berpikir kalau kemungkin itu terjadi ya 50-50 sih, maksudnya mereka memang punya banyak kesamaan tetapi mereka juga punya perbedaan yang cukup signifikan, perjodohan ini belum tentu berhasil.

Jadi mereka mengambil keputusan untuk mencoba melakukan perjodohan ini, mereka akan bertanggung jawab kalau misalkan perjodohan ini menimbulkan masalah.

Tapi ada tiga pertanyaan yang harus mereka jawab, atau buktikan.
1. Apa yang dipertanggung jawabkan?
2. Apa mereka bisa bertanggung jawab tentang masalah perasaan?
3. Untuk apa bertanggung jawab kalo mereka saja tidak tau apa yang harus mereka lakukan, memang apa yang harus mereka lakukan?

"Mau pada makan dimana nih?"

Vania dan Fikri hanya diam, Dani yang menjawab. "Udah, foodcourt aja kan banyak pilihannya."

Dina mengangguk antusias lalu langsung berjalan berdampingan dengan Dani, lalu tertawa dan mengobrol apa saja. Sedangkan, Vania dan Fikri dibelakang mereka jalan berdampingan tanpa satu patah katapun.

Hanya satu yang ada dipikiran Vania dan Fikri.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

°°°

halo kalian!ini chapter 2nya jangan lupa vomment ya!! thankyou guys!

mulmed: Panic! At The Disco - Sarah Smiles




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Desperately DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang