Dahiku mengernyit entah sudah berapa lama. Gerakan refleks ini terjadi karena menyadari betapa heningnya keadaan saat ini. Aku yang fokus mengemudikan mobil sesekali melirik ke jok samping yang diduduki seorang gadis."Ai, muka lo galau amat. Lagi tengkar sama Bambang ya?" candaku pada gadis itu.
Tak lama, Aira menoleh padaku dan menghujaniku pukulan-pukulan biadabnya. "Namanya Steven, bego! Nama bagus kayak gitu kenapa lo panggil Bambang?"
Aku hanya bisa meringis menahan sakit sambil tetap fokus pada kemudiku.
"Aira sakit! Gue lagi nyetir curut!" Aku menginjak pedal rem saat melihat lampu merah. Aira sudah kembali diam seperti semula.
Aku menghela napas lalu menoleh padanya. "Pagi ini gue lagi gak mood denger curhatan lo. Tapi gue tahu si Bambang, uhm, I mean Steven pasti sudah melakukan hal buruk sampai bikin lo murung kayak gini."
Aira hanya diam memandangku tanpa bicara apapun. "Gue sudah pernah ingetin lo berulang kali, Ai. Gue dan bahkan satu sekolah pun tahu riwayat busuk dia. Dia gak baik buat lo! Tapi gue cuma sahabat lo, Ai, yang cuma bisa ingetin lo saat lo salah langkah. Dan gue sendiri tahu bagaimana kerasnya kepala lo ini kalau lo sudah mau sesuatu. So, what can I do?"
Aku menatap Aira dengan mata berkilat dan menyiratkan kejengahan. Jujur aku marah. Aimara Aneysha tak hanya sekedar sahabatku. Aku dan Aira sudah berteman sejak kami balita karena rumah kami yang hanya berjarak 4 rumah.
Aku bahkan masih ingat persis saat kami dulu sering bermain di taman kompleks hanya dengan menggunakan kaos dan celana dalam saja.
Kedua orang tua kami yang juga dekat sampai-sampai memasukkan kami di sekolah yang sama sejak TK sampai SMA.
Aku terlalu mengenalnya luar dalam. Aira yang terlalu manja, terlalu egois, terlalu ceria, terlalu keras kepala, dan aku pun terlalu menyayanginya seperti adikku sendiri."Iya gue emang keras kepala, gak bisa diatur, dan egois. Maafin gue, Gio." Mendengar jawabannya membuatku semakin suntuk dan jengah.
Aku mengacak kasar rambutku dan kembali menjalankan mobil saat traffic light berwarna hijau. Aira menangis. Dan aku menyalahkan diriku sendiri karena membuatnya semakin bersedih pagi ini.
- tbc -
Vomment please:)

YOU ARE READING
Reach Out
Romance"Aku tahu kamu sudah lelah berlari, maka berhentilah. Mungkin, aku memang bukan untukmu."