CHAPTER - 02 -

120 14 1
                                    

Ayara kini tengah duduk diruang keluarga bersama Rick dan Elie. Mereka tengah menungguk Joe datang.

Elie menggengam tangan Ayara. Yang ia tau sekarang Ayara tengah gugup. Terbukti dari tangannya yang mulai dingin. Elie meremas pelan tangan Ayara.

Yang Ayara pikirkan saat ini adalah tentang kedua orang tuanya. Iya tidak yakin untuk meninggalkan mereka. Mereka adalah jantung Ayara, kehidupan Ayara.

Semalam ia begadang. Ayara tidak henti hentinya menatap cermin. Manatap dirinya yang sekarang. Dirinya yang sudah berubah. Dia sudah bukan Ayara yang dulu, Ayara yang ini adalah Ayara yang baru.

Ayara's

Sungguh aku tidak pernah membayangkan ini terjadi padaku. Semalam aku memikirkan apa yang terjadi padaku sampai rasanya seluruh isi perutku akan keluar.

Aku tidak yakin dengan semua ini. Aku merasakan tangan mom meremas pelan tanganku. Ia tersenyum kecil.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanyanya. Aku hanya menggelengkan kepala lalu menunduk. "Mom, Ayara hanya tidak yakin dengan semua ini. Ayara tidak bisa meninggalkan kalian." Aku merasakan bibirku bergetar.

Air mata sudah menggenang dipelupuk mataku. Mom menangkup pipiku. "Kau tak perlu memikirkan kami. Kami akan baik - baik saja selagi kau pergi." Air mataku menetes. Aku memeluk erat tubuh mom.

Mom dan dad adalah kekuatanku. Aku tidak bisa berpisah dengan mereka. "Mom mohon jangan menangis, sayang." Ia menghapus air mata yang mengalir dipipiku.

Dad berjalan kearah kami berdua. Ia menyerahkan sesuatu padaku. Sebuah kotak. "Bukalah!!" Aku mengangguk.

Didalam kotak tersebut ada sebuah kalung. Aku sedikit tercenga melihat kalung tersebut. Kalung dengan bandul gambar kupu kupu dan ukiran ukiran rumit pada sayap kupu kupu tersebut.

"Kalau kau merindukan kami. Lihatlah kalung itu, maka kau akan merasakan kami ada disamping mu." Aku mengerutkan keningku. Namun selanjutnya aku menganggu.

"Terima kasih mom, dad. Aku sangat menyukainya." Mereka berdua tersenyum kearahku dan aku juga tersenyum kearah mereka.

Aku sangat bahagia dilahirkan sebagai putri mereka. Mom sangat sayang padaku, dia terkadang mengkhawatirkan hal hal kecil yang terjadi padaku. Sedangkan dad.

Dia sangat over protective pada ku. Dulu bila aku ingin pergi bersama teman temanku, dia harus tau. Tau aku pergi kemana, dengan siapa, pulang jam berapa, dan masih banyak lagi.

Mengenai kakak ku. Aku tidak pernah melihat dia. Mom mengatakan dia sudah keninggal sejak aku masih didalam kandungan mom. Aku sering melihat wajahnya di salah satu album foto.

Mom mengatakan aku sangat mirip dengan dia. Tapi kalau aku amati fotonya, kami tidak mirip sama sekali.

"Pakai kan.." Pintaku pada mom. Mom tersenyum lalu memakaikan kalung tersebut padaku. Aku melihat kalung itu bersinar beberapa saat. Aku memandang heran kearah dad. Dad tersenyum.

"Itu artinya kalung itu sudah menjadi milikmu. Kalung itu sudah terikat padamu. Simpan baik baik. Kami membuatnya dengan susah payah." Aku mengangguk. Tunggu - apakah tadi dad mengatakan 'kami membuatnya dengan susah payah'??.

"Mom dan dad yang membuat kalung ini?" Tanyaku. Mom dandad tersenyum lalu mengagguk. Aku tercenga.

"Bagaimana cara membuatnya?" Tanyaku antusias. Mom memberika senyum tersembunyi kepadaku. "Rahasia." Bisiknya. Aku mengerucutkan bibirku.

"Kapan paman joe datang?" Tanyaku. Dapat aku lihat mom dan dad saling pandang. Cengiran jahil muncul dibibir mereka.

"Kau sudah tidak sabar untuk pwrgi ketempat baru, ya?" Ucap mom dengan nada mengejek. Aku hanya bisa menghelang nafas.

The WizardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang