Good Morning Baby

3.2K 262 7
                                    

Readers ❤ Jeon Wonwoo
(Y/N) All pov.

******

Apakah kau percaya cinta pada pandangan pertama? Kalau kau bertanya padaku tentang hal itu aku akan menjawab 'YA'. Setidaknya hal itu sudah pernah ku alami bahkan masih tertata manis di pikiranku sampai sekarang.

Aku mengetahui bahwa dia adalah makhluk yang paling sempurna, itu menurutku. kenapa tidak, coba saja kau ada diposisiku. Dengan tatapan matanya kau dapat merasakan betapa keyakinan cinta itu ditumbuhkan.

Dengan kehangatan dunia ia menyambutmu tanpa ragu atas indahnya hari-hari yang akan kau jalani bersamanya. Aku benar-benar merasa sangat nyaman seakan-akan aku telah meleleh dibuatnya.

Entahlah apakah ini hanya sebuah perasaan ilusi atau sejenisnya, aku benar-benar terpukau padanya.

Aku membuka mataku perlahan. Hangatnya sinar mentari begitu terasa dikelopak mataku. Kulihat disampingku sosok malakait itu masih memejamkan matanya dengan manis. Aku begitu takjub menyaksikan maha karya Tuhan yang satu ini.

Aku masih menatapnya lekat. Menatap setiap inci lekukan indah diwajahnya. Kalau matanya terbuka kau akan melihat mata kecil itu yang tampak seperti sinar rembulan dimalam hari. begitu tenang, indah dan akan membuatmu nyaman berada disisinya.

Hidungnya terlihat sangat pas dan indah terpatri diwajahnya. Dan bibirnya, ah sungguh! Entah bagaimana aku begitu menyukainya.

Bibirnya itu seperti buah cherry, ia tampak begitu manis dan mempesona. Jika ia tersenyum maka tampaklah sosok malaikatnya.

Aku ingat pertama kali aku mengenal Malaikat ku dengan mengenakan seragamnya yang tiba-tiba menghampiriku saat aku dihukum membersihkan koridor sekolah.

^Flashback On^

Ia membuyarkan konsentrasiku dengan suara lembutnya. Aku menatapnya heran. Namja yang banyak dipuja Yeoja di sekolah ini. termasuk aku, kini menatapku dengan sangat lekat.

"Apakah aku bisa membantumu?" katanya singkat

Aku menoleh kekanan-kiri seperti orang kikuk dan kemudian menunjuk diriku sendiri.

"naega?" aku yakin dia sedang menegurku. Di koridor ini tidak ada orang lain selain aku dan dia.

"Tentu!" jawabnya dengan semangat. Astaga! Aku sangat senang bisa melihat nya.

"untuk apa?" aku mengontrol detak jantungku dan berbicara sebiasa mungkin kepadanya.

"Hmm.. hari ini aku bernasib sama sepertimu, aku telah selesai dengan pekerjaanku. Kau terlihat begitu lelah." Ucapnya meyakinkanku.

"a..aku tak apa. Kurasa seluruh isi sekolah tau bahwa aku telah terbiasa dengan pekerjaan ini" ujarku gugup. sungguh aku bukan orang yang pandai untuk menyembunyikan sebuah kegugupan didepan Namja apalagi di depan malaikatku ini.

Aku menunduk untuk menyembunyikan semburat rona merah yang sudah menghias dipipiku. Dengan cepat ia menyeka keringat didahiku dengan jari-jarinya.

"kau berbohong? Lihat keringat ini"

Aku terkejut, secepat kilat ku tepis lengan nya. Lagi-lagi jantungku berdegup kencang. Bukan 2x kali bahkan beribu-ribu.

"ini.." aku memberikan alat pel masih dengan menyembunyikan wajahku yang merona. Ia meraih alat pel tersebut dan lengan kami saling bersentuhan. Aku merasa ada sengatan listrik yang semakin membuatku gila. Oh Tuhan aku benar-benar menyukainya.

^Flashback end^

Masih mengagguminya, aku tetap pada posisiku yang mematung menatap wajahnya. Aku mengelus kepalanya, menyingkirkan rambut coklat berantakan nya yang sempat menutupi dahi dan sebagian matanya.

Aku mendekatkan wajahku padanya hingga menyisahkan sejengkal diantara kami. Dengan manis aku mengecup matanya yang tengah tertidur. Ia tersenyum. Ia merasakan kecupanku.

Aku memundurkan tubuhku. Merasa tak enak telah membangunkannya.

"Good Morning baby.." Lirih ku.

Malaikat ku membuka matanya, menatapku lekat-lekat hingga aku larut didalam tatapan nya. Ia menunjukan senyum malaikatnya kemudian menarik tubuhku untuk mendekat, lengannya membenarkan selimut kami dan mendekapku dalam pelukan hangatnya.
.
.
.
.

KRING!!

"aww.." rintihku pelan. Bagus aku telah terjatuh dari tempat tidurku dan menatap weker jahanam yang telah membangunkanku lalu membanting pelan jam weker tersebut kelantai.

Aku bangun dari posisiku, mengumpulkan nyawaku dengan duduk pada sisi tempat tidur. aku pun meregangkan otot-ototku yang terasa kaku dan menghirup juga menghela nafasku perlahan-lahan. Aku mencoba mencerna mimpi ku barusan.

PLTAK!

aku memukul kepalaku yang kurasa berfungsi sebagai penghias saja. Otakku benar-benar tidak berfungsi pantas saja aku selalu kena hukum oleh guru di sekolah ku.

"(Y/N) kau gila??" rutukku.

Aku memikirkannya lagi, bahkan dalam tidurku. Memimpikannya, membayangkan seolah pagiku di habiskan hanya bersamanya.

"Paboya! Sebenarnya apa yang telah kau pikirkan didalam mimpimu?? Dasar gila". Kali ini aku benar-benar mengutuk diriku sendiri.
.
.
.
.

Seperti beberapa hari yang lalu. lagi-lagi aku berlari terburu-buru ke sekolah. Arlojiku telah menunjukkan pukul 07.45 a.m, Itu berarti aku telah terlambat lebih dari 10 menit ah tidak tepatnya 11 menit memasuki gerbang sekolah.

Aku berlari sekuat tenaga untuk dapat menembus gerbang sekolah. Setidaknya satpam sekolah akan mengijinkanku yang malang ini untuk memasuki sekolah tercintaku.

Jika bukan karena bus terkutuk yang selalu sesak dan penuh dipagi hari mungkin aku tak kan terlambat lagi. Atau mungkin alang kah baiknya jika aku memiliki helikopter atau jetski pribadi untuk mengantarkanku kesekolah.

Hahahahahaha itu hanya impian bodohku, Oke ini karena aku terlalu membenci bus-bus terkutuk itu.

"Yak!! Ahjussi jebal!! Jamsimaneyo, kumohon buka gerbangnya..." teriakanku yang sukses membelalakan mata satpam sekolah. satpam tersebut terlalu kaget untuk dapat mendengar lengkingan suara lumba-lumbaku untuk kesekian kalinya.

Pintu gerbang telah nampak begitu dekat dari arahku. Dengan tergopoh-gopoh aku semakin mempercepat langkahku.

Aku telah memasuki gerbang sekolah namun aku masih terus berlari. Berlari agar aku dapat menghindar dagingku dicincang oleh guru kesiswaan yang sudah bosan melihatku.

BRUUKK!

Aku hampir terjatuh setelah kurasa menabrak seseorang dihadapanku. Kali ini aku terlalu bersemangat hingga tak menghiraukan dunia sekitarku.

"Pabo! " umpatku dalam hati. Aku benar-benar terpaku menatapnya. Bagai sebuah patung, aku benar-benar tersihir. Malaikatku kini berada dihadapanku. Memegang lenganku dan menahan tubuhnya yang hampir terjungkal bersamaku.

"kau tak apa?" tanyanya sedikit terkejut sambil menatapku, ia tampak menahan tawa kecilnya.

Posisi kami benar-benar tidak pantas, tapi aku tidak bisa menghindari ini semua. Aku membeku dalam dekapan dan tatapannya.

'Aku tak apa. Benar-benar tak apa Jeon Wonwoo, Selama kau ada disisiku aku tak apa...'

.....End.....

******

Author update lagi di sini. otak admin masih aut-autan bingung mau lanjutin ff how about angel wkwk.
Jadi bikin cerita oneshoot lagi deh.

Moga suka ya para readers.
Voment jangan lupa. Love you.

IMAGINE WITH JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang