'tap tap tap'
Suara langkah seorang gadis melewati koridor demi koridor sekolahnya, langkahnya cepat, matanya tak berhenti mengabsen papan demi papan yang menunjukkan nama sebuah ruangan. Sedang asyiknya ia mencari ruang 'tujuannya' ia melihat benda bulat, besar sedang terbang kearahnya.
"HUAA!!!" teriak gadis itu sontak menutup matanya, bersiap untuk menerima 'sapaan selamat datang' dari sebuah bola yang sebentar lagi akan menghantam wajahnya.
'hap'
Dengan spontan seorang laki-laki menangkap bola itu sebelum menghantam wajah gadis didepannya. Laki-laki itu menyerngitkan dahi, memandangi gadis dihadapannya yang masih menutup matanya.
"lu gapapa?" tanya laki-laki itu.
Merasa ada suara di hadapannya gadis itu memberanikan diri membuka matanya. Matanya membulat, kini dihadapannya adalah seorang lelaki dengan bola mata hitam, rahangnya kokoh, tubuhnya tinngi tegap, kedua alisnya yang hitam dan lebat seolah membentuk kepakan sayap burung elang, bibirnya yang merah tersenyum tipis, benar-benar membentuk siluet sempurna. Ya tuhaaannn.....
"Hey, lu gapapa kan?" lelaki itu mulai menkibas-kibaskan tangannya dihadapan gadis itu, sebab gadis itu hanya diam dengan mulut menganga, tidak menjawab pertanyaannya.
"Yud, lama banget ambil bolanya, ayo!!" suara teriakan dari lapangan mengharuskan gadis itu menyudahi lamunanya –tepatnya menikmati wajah seorang dihadapannya-
Lelaki dihadapannya yang dipanggil 'Yud' tadi langsung ngeloyor menuju lapangan.
****
"Perasaan udah lewatin ini uks 3 kali deh" gerutu gadis itu sambil berkacak pinggang, ya setelah kejadian 'bola melayang' tadi ia kembali melanjutkan rutinitasnya untuk 'mencari tempat tujuannya'. Namun bukannya menemukannya ia justru dibuat keliling sekolah.
Gadis itu melihat sekitar, berharap ada seorang yang bisa membantunya, dan ternyata Tuhan menjawab do'a nya secepat kilat!
"Ada yang bisa dibantu dek?" Tanya seseorang setelah menepuk pundak gadis dari arah belakang.
"Kak, aula dimana ya?" tanya gadis itu setelah membalikkan badannya.
"Calon siswa kelas 10 ya? Namanya siapa?" Perempuan itu malah balik bertanya
"Nama saya Rara kak, Amara Araissa" jawab gadis itu -Rara- memperkenalkan dirinya seraya mengulurkan tangannya kepada seoarang dihadapannya.
"Oh, gue Talitha, panggil aja Tatha senior kelas 11. " jawab seseorang tadi yang ternyata bernama Tatha dengan senyum manisnya.
"Oke, ayo ikut gue, sekalian gue juga mau ke aula" Talitha berjalan di ikuti oleh Rara di belakangnya.
"Nah ini aulanya, lo bisa cari bangku yang kosong" ucap Talitha ketika memasuki sebuah ruangan besar di sertai senyum manisnya, ya perempuan yang satu ini memang sangat manis, mudah tersenyum, sangat ramah. Jelas berbeda dengan senior-senior yang sering di elu-elukan adik kelas, pikir Rara
"Iya kak, makasih" Jawab Rara kemudian menyapu pandangannya ke seluruh penjuru aula. Ia melihat beberapa bangku kosong di deretan tengah. Buru-buru Rara menuju deretan bangku kosong itu. Tak mau lebih lama menjadi pusat perhatian calon siswa lainnya, karena saat ini posisi Rara yang sedang berdiri disamping kursi paling depan, sendirian sambil celingukan.
**
Sesamapai nya dideretan itu tanpa pikir dua kali Rara duduk di salah satu kursi tersebut.
"Hey, kenalin gue Vinda" ucap seorang gadis berbandan sedikit gemuk yang duduk tepat disampingnya sambil mengulurkan tangan secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Would
Teen Fiction"Seharusnya ketika dia ngasih tangannya untuk gue pegang. Gue hanya harus pegang, bukan gue genggam. Lihat! Sekarang gue jatuh dengan keras ketika genggaman itu kini terlepas."