Medicine

2.1K 224 24
                                    


Wendy menatap pantulan diri di depan cermin. Rahang yang lebih tirus dari biasanya, juga kedua kaki tak sebesar tempo hari. Apalagi di tambah potongan rambut pendeknya yang membuat sosok di cermin itu terlihat berbeda. Usahanya setiap lima hari sekali pergi ke instruktur gym langganan Irene telah berhasil setelah satu bulan. Ya, meski belum terlalu kentara sedrastis Luna atau sekurus Taeyeon. Tapi ia sudah cukup puas dengan hasil tubuhnya.

"Kalau seperti ini pasti tidak ada yang berani mengolokmu lagi. Aku yakin itu." Suara Seulgi terdengar, gadis itu baru saja masuk ke dalam kamar sambil menenteng satu kotak biskuit. Terkadang Wendy iri pada Seulgi yang suka makan banyak tapi tubuhnya masih tetap kecil.

"Ya, semoga saja. Aku begini juga demi comeback kita Juli nanti." Wendy duduk di tepi kasur bersama Seulgi, ia menatap biskuit coklat yang baru saja di kunyah Seulgi dengan pasrah. Sebesar apapun ia ingin mengambil biskuit itu dan memakannya, tetap saja usahanya bakal sia – sia kala ia ingat kalau sekarang sudah malam. Dilarang makan snack ketika malam! Itu yang dikatakan pak instruktur.

"Padahal ya, kalau menurutku, kau itu tidak gemuk kok. Buktinya abs-mu masih ada, dan perutmu kecil. Hanya saja, pipi dan kakimu yang membesar."

"Hm, tapi orang – orang cuma tahu pipi dan kaki besarku. Maka itu, mereka gencar mengatai tubuhku."

Seulgi meringis, "Tapi sekarang kau berubah jadi kau ketika debut dulu. Bahkan lebih cantik." Alis Seulgi naik turun, menggoda Wendy agar gadis kanada itu bisa tertawa. Dan benar saja, Wendy tertawa. "Kurasa aku tahu kenapa kau jadi semakin gendut."

"Kenapa memang?"

"Waktu debut, tubuhmu kan kurus kecil begitu." Seulgi tersenyum misterius, "Beberapa bulan sebelumnya ketika persiapan debut kan, kau dan Chanyeol oppa berpisah. Maka itu, kau jadi berhasil diet. Ah, sebenarnya bukan diet sih. Tapi tidak nafsu makan karena terus memikirkan Park Chanyeol."

"Kang Seulgi!" Sebelah tangan Wendy naik ke atas hendak memukul kepala Seulgi meski ia urungkan. Ingatannya kembali pada tahun 2013 lalu, tepatnya pada pertengahan bulan desember. Wendy meminta putus pada Chanyeol seusai merayakan natal bersama. Bukan apa, Wendy hanya ingin fokus pada debutnya.

"Lalu setelah comeback ice cream cake, kau dan Chanyeol oppa kembali bersama – sama kan? Nah, saat itu kau mulai sering makan snack. Kau tahu kan, orang gemuk itu biasanya karena hidupnya bahagia."

Wendy memutar bola matanya, berpikir. Kalau di asah lagi, ucapan Seulgi itu ada benarnya. Ketika ia dan Chanyeol tidak bersama rasanya begitu kosong. Dan ketika mereka bersama, harinya jadi selalu berwarna. Ia tidak pernah mangkir makan, bahkan Chanyeol sering mengirim snack kesukaannya ke dorm melalui Sehun; yang selanjutnya akan di titipkan pada Seulgi.

"Hei! Jangan senyum – senyum sendiri seperti orang gila! Dasar, kalau sudah di ingatkan Chanyeol saja langsung berlagak seperti orang jatuh cinta!"

Wendy mencibir, "Memang aku sedang jatuh cinta, kok." Mendengar jawaban Wendy, Seulgi cuma bisa memasang wajah jijik. Gadis itu berdiri dari tempatnya, kemudian berjalan keluar kamar sambil berucap "Aku taruh makanan dulu. Lebih baik kau tidur saja sebelum aku memukul kepalamu!"

"Tch, gadis itu." Gumam Wendy sambil menatap kepergian Seulgi.

***

"Kau pucat."

Wendy segera mengambil cermin di dalam tas, mematut dirinya sambil mengobservasi wajah. Memang ia sedikit pusing dan tenggorokannya terasa begitu kering, tapi ia tidak tahu kalau sampai pucat. Karena ia tidak merasa demam sama sekali. Cuma pusing sedikit.

"Kalau sakit bilang, ya." Irene kembali menambahkan, ia berjalan di samping Wendy sambil menatap gadis itu lekat. Mereka baru saja masuk gedung KBS, untuk mengisi acara Musicbank sebagai special performance. Mengingat waktu promosi One of these days sudah berhenti tempo hari.

"Hm, hanya pusing sedikit. Tadi juga sudah minum obat." Irene mengangguk sambil menepuk kepala Wendy lembut. Ia mengalungkan tangan pada pundak gadis itu seraya sesekali memijit pundak Wendy. "Aku jadi ingat ayah kalau kau pijat."

"Tch, memang tanganku seperti tangan laki – laki, huh?!"

Wendy terkikik geli. "Aku tidak bilang seperti itu. Omong – omong, nanti jangan menangis loh ya!"

Irene mengibaskan helai rambut dengan sebelah tangan. "Lihat saja aku tidak akan menangis."

"Benar! Harus begitu, eonnie! Pikirkan kalau kau nanti bisa bertemu Bogeum oppa di lain waktu selain di gedung kbs. Kapan – kapan kita makan malam bersama – sama, bagaimana?"

"Call!"

***

Son Wendy yang sejak tadi mencoba yakinkan diri bahwa ia bisa tampil profesional di atas panggung, kini harus menelan rasa kecewanya mentah – mentah. Terlebih ia kecewa pada diri sendiri, mau menyalahkan pun tentu ia sendiri yang harus di salahkan. Penampilan hari ini harusnya jadi salah satu penampilan spesial, tapi ia tidak bisa membawakan lagu seapik ketika promosi berlangsung.

Kedua tangan Wendy menutupi hampir seluruh wajah ketika ia di giring staff untuk turun dari panggung. Joy, Seulgi dan Irene bergantian menepuk punggung Wendy sebagai ganti ucapan 'Tidak apa – apa'. Kepalanya jadi semakin pusing karena beban pikiran.

"Sungguh, aku minta maaf." Wendy akhirnya bisa bicara ketika mereka benar – benar sudah sampai di belakang panggung. Irene hanya tersenyum sambil menepuk punggung Wendy sebelum pergi, maklum dia ada penampilan lain nanti. Jadi harus cepat melakukan persiapan.

"Tenggorokanmu sakit, itu wajar, Wen. Setelah satu kesalahan kau juga sudah bisa menyanyikan lagu dengan baik, kan?" Seulgi berucap sambil memeluk mengelus rambut Wendy. Seringkali Seulgi memang memperlakukan Wendy seperti adik kecilnya sendiri. "Tidak usah di pikirkan."

Wendy memaksakan seulas senyum, ia masuk ke dalam ruang tunggu. Duduk di salah satu sofa panjang sambil memejamkan kedua mata frustasi. Kang Seulgi dan Yeri bersikap seperti tidak ada yang terjadi, karena kalau di ingatkan terus, mereka yakin bisa – bisa Wendy tidak bisa tidur semalaman sambil memikirkan kesalahannya tadi di panggung. Semua member, bahkan staff dan manajer tahu kalau Wendy itu tipikal gadis pemikir.

"Eonnie!" Kelopak mata Wendy terbuka, ia menemukan Yeri yang tengah menggoyang – goyangkan sebungkus obat dengan tulisan 'Son Seunghwan' disana. "Tadi Chanyeol oppa menitipkan ini padaku."

Wendy tersenyum kecil, menerima bungkus obat itu. Masih terbungkus oleh bungkusan khusus apotek dengan rapi, melihat nama aslinya yang tertera disana membuat Wendy yakin kalau Chanyeol pergi sendiri untuk membeli obat ini di apotek. Wendy jadi merasa bersalah.

Yeri mengambil tempat di samping Wendy, "Aku baru tahu kalau Chanyeol oppa itu ternyata sangat perhatian. Kupikir dia itu tipe pria yang dekat dengan banyak wanita tapi tidak perhatian dengan pacarnya sendiri." Ocehan Yeri di mulai lagi.

Wendy cuma bisa tertawa kecil sambil menjawab, "Dia tidak seperti itu."

Semua member exo dan red velvet sudah tahu mengenai kabar berkencannya Chanyeol-Wendy. Syukurlah, tidak ada yang keberatan soal itu. Mereka hanya mengingatkan untuk berhati – hati agar tidak menimbulkan skandal.

Kang Seulgi yang sedang main ponsel di samping meja, menemukan ponsel Wendy bergetar dalam tas hitam gadis itu. Tanpa meminta izin ia ambil ponsel Wendy, ada satu notifikasi pesan dari 'PCY'. Senyum samar Seulgi terulas, dalam benak ia pikir mungkin saja pesan itu bisa jadi obat untuk Wendy.

"Wan-ah, pacarmu mengirim pesan." Seulgi menggoyang – goyangkan ponsel Wendy di udara. Ia berjalan mendekati sofa lalu duduk di samping Yeri setelah memberikan ponsel pada gadis yang sempat menaikan alis itu.

Tak sabar, Wendy segera membuka notif pesan itu.

PCY : Nanti selesai acara, pergi bersamaku ya!

TBC-

MOMENTSWhere stories live. Discover now