1. Awal Mula

517 15 3
                                    

SABRINA

"Bin, lo yakin cinta sama Akbar? Dia udah serius melamar lo tuh" sahabatku Eliza menanyai akan keseriusanku

"Za, gue sama Akbar udah lama kali. Udah 2 tahun. Mana mungkin gue main-main selama itu" aku menyeruput cappucino hangat yang ada dihadapanku

"Iya lama tapi gak ada kejelasan dari lo nya. Lo tuh ya, tiap dideketin laki ada aja alasan menolak. Bahkan ada laki yang bodoh yaaa.. seperti si Akbar misalnya, rela lo jadiin temen yang selalu ada buat lo. Saking cintanya tuh laki ame lo"

"Hahahaha segitunya lo belain Akbar dan marahin gue yang notabennya gue nih sahabat lo Za"

"Karna gue tahu lo luar dalem Bin. Berapa tahun kita sahabatan, huh? Gue apal semua tentang lo bahkan terakhir kali lo beli daleman juga gue masih inget"

Tawa kami berdua pun pecah. Mengalahkan suara hujan yang sedari tadi enggan berhenti

"Gue cuma pingin lo bahagia Bin. Lo bisa dapet laki yang sesuai maksud dan keinginan hati lo, itu aja doa gue"

"Yang seperti Fakhri"

"Gila lo ye!! Umur kita sekarang berapa coba? 27 men! Dan lo masih mikirin tuh laki yang kagak jelas hidup apa kagak. Gile lo!!"

"Dia belum nikah kan Za?" Mataku berkedip-kedip menggoda sahabat didepanku yang sudah panas hatinya

"Tau ah Bin. Yang benar aja lo. Ada laki yang baik dan cinta mati sama lo malah nungguin si Fakhri yang dekat ama lo aja belum pernah. Emang sakit lo!"

Tawaku makin kencang melihat Eliza yang makin membabi buta makiannya ketika aku menyebut nama Fakhri didepannya.

Iya. Namanya Fakhri, nama lengkapnya Fakhri Muharrom Zaki. Lelaki yang menjadi cinta pertamaku dan entah sampai kapan aku bisa berhenti mencintainya

-- FLASHBACK ON --

Perkenalkan namaku Ananda Sabrina, panggil saja Bina. Aku baru saja memasuki gerbang sekolah yang akan jadi tempatku belajar selama tiga tahun kedepan, itu jika aku diterima menjadi siswi disini.
Dan saat ini aku datang seorang diri karna teman SMP ku atau sekampungku tidak ada yang mau sekolah kesini. SMA Negri namun kebanyakan orang bilang bonafit layaknya SMA swasta yang mahalnya selangit. Entah apa yang membuat orang-orang menyebut SMA ini bonafit sedangkan biayanya tidak setinggi sekolah swasta. Namun tidak kupungkiri masuk kesekolah ini tidaklah gampang

Seperti sekarang, aku harus mengantri untuk melihat ruang test uji tulisku. Secara NEM, rapor dan test kesehatan aku sudah lolos. Kini tiba test yang terakhir yang akan dilaksanakan besok. Dan hari ini aku harus tahu dimana ruanganku kalau tidak ingin besok pagi terlambat yang artinya aku di diskualifikasi meski cuma 1 menit aku telat

"Aduh. Pelan-pelan dong mbak" teriakku saat beberapa anak perempuan mendorongku dari belakang

"Kamu tidak apa-apa?"

Cling...

Seperti malaikat turun dari kayangan dan mengulurkan tangannya kearahku dan membawaku menjauh dari kerumunan itu.
Atau dia memang malaikat yang terpeleset dikayangan lalu jatuh ke bumi?
Bisa jadi dia ini malaikat yang menyamar jadi siswa yang mau masuk SMA

Ah. Apa urusannya malaikat daftar masuk SMA? Mereka kan tidak perlu ijazah!

"Mbak? Mbak tidak apa-apa kan?"

"Euh iya malaikat. Eh maaf, maksudku iya enggak apa-apa kok mas. Makasih"

Dia tersenyum!!
Astaga. Aku perlu tempat buat pingsan!

"Namaku Fakhri" dia mengulurkan tangannya yang lentik dan panjang

"Sabrina" aku enggan melepaskan tangannya

Namanya FakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang