2. Senior High School Story

229 17 0
                                    

SABRINA

Tidak ada salahnya kan ya datang kesekolah pagi-pagi karna bosan juga jika harus kejar-kejaran sama pak Bambang guru BP. Ya mungkin semua teman sekelasku akan terkejut melihatku subuh sudah nangkring cantik disini

Ah, aku ingin keluar kelas melihat bagaimana suasana sekolah saat hanya ada satu-dua murid yang datang. Aku yang suka sekali sama olah raga apapun itu tidak bisa melihat bola gelinding begitu saja. Kebetulan kelasku berada tepat didepan lapangan basket dan aku tidak tega membiarkan bola itu tergeletak manis begitu saja

Tunggu saja bola, aku datang dan kita bersenang-senang!!

Aku memang tidak terlalu pandai melempar bola oranye ini kesana kemari, karna itu aku hanya berani bermain saat sepi. Hahaha

Biarlah namanya juga belajar. Tidak ada orang yang pintar dan menguasai semua hal

Aku bermain sudah seperti keturunan dari Michael Jordan saja. Bola kulempar keatas masuk ke ring dengan gayaku yang melompat dan berlari seperti katak. Meski permainanku kali ini lebih buruk dari biasanya namun aku tetap melanjutkannya. Hingga bola terpental jauh dan aku berlari malas mengejarnya

"Main sendirian gak seru kali"

Aku tersentak kaget. Sosok lelaki yang digandrungi wanita seantero sekolahan ini ada didepanku. Dia ketua osis dan pelatih ekskul basket disekolah. Namanya Edi, kami biasa memanggilnya kak Edi. Kakak kelas yang sebentar lagi mau lulus ini berperawakan tinggi, putih, jangkung, baik, murah senyum ramah pula. Dan janga lupa, dia anak IPA

Duh, siapa yang bisa menolak pesonanya coba!

Dan dia, adalah salah satu alasanku ikut ekskul basket yang tidak terlalu aku kuasai. Aku memang suka basket namun belum paham betul cara bermain dengan baik. Yang kubisa hanya sekedar berlari, melompat dan melempar bola kedalam ring. Meski tak jarang hasilnya tidak mengecewakan

"Ah si kakak, pasti ngeledek ujung-ujungnya" aku memasang muka cemberut

Dia tertawa dan berjalan mendekat kearahku lalu mengacak rambutku yang hampir basah

"Butuh lawan?" Lanjutnya memberikan bola padaku

"Ooh nantang? Oke!" Sombongku

Dan kami berdua pun bermain tidak lagi memperdulikan yang lain. Sudah dipastikan habis ini akan banyak siswi yang membenci atau bahkan mengerjaiku. Karna setahuku siswi-siswi itu nekat melakukan apapun untuk lelaki pujaannya.

Duh harus siap nih gue!

--

"Bin, lo masuk kelas apa? Tanya Eliza yang ngos-ngosan dari ruang BP

Semester dua ini semua pelajar diharuskan memutuskan penjurusan yang dipilih tentunya sesuai standart dari nilai juga. Aku dan teman se-gank-ku berniat masuk ke kelas jurusan yang sama yakni IPA. Namun tergantung dari guru BP juga

"Test IQ gue sih IPA. Tapi guru BP nyaranin gu masuk Bahasa. Terserahlah"

"Kok terserah. Kan kita udah sepakat milih IPA. Lo gila apa amnesia?"
"Sayang kalo otak kita ditaruh Bahasa men!" Sambungnya yang antusias melebihi guru BP

"Tapi gue juga pengen masuk Bahasa sih. Lagian ya kita gak bakal bisa satu kelas pasti pisah. Percaya sama gue!"

"Ya cari tukeran! gitu aja lo pikirin" katanya sambil berlalu

Aku menyeruput es mocca ku yang sudah mencair dan rasanya sudah bukan mocca lagi, lebih mirip rasa air putih

Aku melemparkan pandanganku dengan malas sambil menunggu Eliza datang membawa mie pesananku. Sambil menunggu kedatangan temanku yang lain Ayu dan Ika yang aku yakin pasti mereka berdua masih berkutat diruang BP.

Namanya FakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang