This is me

369 6 0
                                    

Jariku menari diatas tuts piano dengan lincah, melompat dari satu tuts ke tuts yang lain menimbulkan melodi yang begitu indah untuk di nikmati seluruh pengunjung malam ini.

Yap aku bekerja di salah satu kafe di ibu kota, letaknya sangat strategis dan tak jauh dari rumah. Aku bekerja disini hanya ingin mengisi waktu malam ku yang senggang dengan hal-hal yang cukup positif. Perkenalkan aku Nadia Wiratmaja hanya seorang gadis biasa berumur 18 tahun yang sangat mencintai seni, aku adalah anak tunggal dari Rosa Prawidya seorang ibu yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sampai jarang pulang ke rumah dan Bambang Wiratmaja, siapa yang tak kenal orang itu? Pengecut yang suka menghambur-hamburkan uang demi kesenangannya sendiri, selalu pulang malam dalam keadaan mabuk, dan sangat senang apabila orang lain sengsara. Perilakunya berbalik besar dengan namanya yang terkesan ‘Bijaksana’ itu. Kasihan sekali hidupnya, kalau aku boleh memilih lebih baik aku tak dilahirkan dari keluarga yang seperti ini, keluarga yang sangat jauh dari rasa kasih sayang, yahh tapi mau bagaimana lagi? Tuhan berkata lain dan inilah takdirku.

Setelah selesai menghibur pengunjung malam ini aku memutuskan untuk langsung pulang ke rumah, aneh memang tak biasanya aku langsung ingin pulang ke rumah tapi entahlah untuk malam ini mungkin aku hanya merasa lelah dan ingin segera berbaring di atas tempat tidur.

“Aku pulaang” teriakku sembari menutup pintu rumah, baru saja aku membalikkan badan dan seperti biasa rumah ini tidak layak lagi disebut sebagai rumah, bagaimana tidak? Serpihan-serpihan pecahan gelas berserakan di lantai, botol-botol minuman keras ada dimana-mana dan lihat! Semua barang yang ada di dapur pecah tak bersisa. Mungkin aku mengerti mengapa ibu jarang sekali pulang ke rumah, aku yakin alasannya bukan karena pekerjaan, pasti karena hal ini terjadi setiap malam dan bayangkan saja mimpiku malam ini untuk berbaring di tempat tidur telah di  musnahkan oleh pengecut satu ini, tak sopan memang tapi mau bagaimana lagi kelakuannya sudah di luar batas.

Setelah selesai membersihkan semua yang telah di lakukan oleh pengecut itu aku segera bergegas menuju kamar, baru saja aku menaikki satu anak tangga sebuah tangan besar meraih pergelangan tanganku dengan kasar. Oh tuhan tolong izinkan malam ini saja aku tak bertemu dengan pengecut ini, aku sudah bosan, aku lelah dengan semuanya.

Perfect Is ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang