If I Could Love Again (Sehun-Irene-Baekhyun's STORY)

(III) Deal?

Flat

Ya. Sebuah kata yang dapat mendeskripsikan hidupku.

Semua datar dan terlalu monoton.

Bangun .Pergi kesekolah. Belajar. Pulang. Kerja paruh waktu. Tidur.

Kalau kau membayangkan aku seperti upik abu, jawabannya Salah!

Karena upik abu-pun memiliki sesuatu yang bahkan tak ada padaku.

Kasih sayang?

Ck. Ayolah. Apa yang bisa diharapkan dari seorang Ibu yang mencintai uang ketimbang putrinya sendiri.

Memeras putrinya hanya untuk memenuhi kebutuhan minum suami tercintanya.

Aku memiliki seorang ayah tiri dan adik laki-laki dari ayah tiriku.

Pria brengsek yang sialnya adalah ayahku adalah seorang pemabuk.

Entah kenapa ibuku bisa mencintai bajingan itu.

Beruntung, Kyungsso-adik tiriku- tidak menuruni sifat ayahnya.

Usia kami terpaut tiga tahun. Tidak terlalu jauh. Dia adalah murid pintar disekolahnya.

Kami berdua tinggal disebuah flat kecil didaerah yongsan- gu.

Aku dan Kyungsoo memutuskan untuk tinggal berdua diflat ini.

Flat-nya memang tak terlalu besar. Lebih baik daripada harus tinggal dirumah terkutuk itu.

-

"Kyung-ah, aku akan pulang terlambat nanti. Sebaiknya kau jangan menungguku," Kataku setelah memakai sepatu converse usangku.

"Eum. Kau, berhati-hatilah!" Katanya setelah mengantarku kedepan pintu.

"Ahh! Aku baru ingat. Kyung-ah, aku meninggalkan beberapa potong pakaian. Eum, bisakah kau me-,"

"Yaish, entah kenapa aku tak mengiyakan ajakan jongin saat mengajakku camping kemarin. Arraseo, aku akan melakukannya," katanya kesal.

"Uuh. Terimakasih Kyungsoo-ku," kataku manis.

"Menjijikkan" umpatnya.

-

Kelas sudah berlangsung selama 2 jam. Sekarang adalah pelajaran Kim-saem.

Wanita tua yang sekarang berdiri didepan kelas ini sedang menerangkan pelajaran sejarah.

Aku menguap kecil..

Bahkan pelajaran sejarah terdengar seperti dongeng pengantar tidur.

-

Aku berjalan melewati koridor sekolah menuju perpustakaan. Perpustakaan adalah tempat terbaik untuk menghabiskan waktu istirahat.

"Tumben sekali kau terlambat," Park-saem, kepala perpustakaan berbicara ketika melihatku masuk.

"Aku ke toilet terlebih dahulu," jawabku.