Two

363 35 9
                                    

Jeon Wonwoo membuka matanya perlahan. Mencoba mengurangi intensitas cahaya yang dengan kejam menusuk penglihatannya.
Langit-langit ruangan berwarna biru pastel adalah objek yang pertama kali dilihatnya.

Pria berwajah pucat tersebut mengedip perlahan, menjelaskan penglihatan dan mencoba mengumpulkan nyawanya setelah bangun dari tidur.
Beberapa detik usai berkedip, barulah ia tahu bahwa ruangan sunyi ini adalah sebuah kamar.

Ini dimana?
Kenapa aku bisa ada di sini?

Ia membatin dan tentu paham, orang lain tak mungkin bisa menjawabnya.

Matanya bergerak pelan untuk melirik seseorang yang duduk di sampingnya.
Seorang pria berwajah mirip dengannya tengah asik bermesraan dengan ponsel di tangannya.

Ah, Wonwoo ingat. Dia adalah Bohyuk, adik kandungnya.

"...Bohyuk...ah..."
Ucap Wonwoo pelan.

Suara pelan Wonwoo membawa Bohyuk untuk menatap hyung nya itu.
Matanya seketika melebar saat mengetahui Wonwoo sudah sadar.

"Hyu-hyung?! Kau sudah sadar?! Barusan kau menyebut namaku, 'kan?" Ucapnya tanpa rem. Bohyuk menatap saudaranya yang terbaring tersebut dengan cemas.

Wonwoo hanya mengangguk lemah. Entah kenapa terasa sulit untuk mengeluarkan suaranya.

"Dahaengine!" Kata Bohyuk lagi lalu tersenyum penuh haru.

"Jamkkanman."
Adik Wonwoo itu kembali menatap layar ponselnya. Jari jenjangnya menari indah di atas layar. Matanya bergerak naik turun menatapi satu per satu kontak di ponselnya.

Setelah menemukan kontak tujuan, ia langsung menekan tombol hijau.

"Ah! Eomma! Hyung sudah sadar, cepatlah ke rumah sakit!" Serunya setelah orang di seberang telepon mengucapkan 'wae geurae, Bohyuk-ah?'.

Wonwoo mengerutkan keningnya.

Rumah sakit? Kenapa aku bisa terbaring di rumah sakit?

Tak lama kemudian, Bohyuk mengakhiri panggilan dengan orang tuanya. Sementara itu, Wonwoo masih memikirkan alasan ia terbaring di sini.

"Hyung, bagaimana keadaanmu? Apa sudah baikan?" Tanya Bohyuk menarik kursinya lebih dekat dengan Wonwoo.

Wonwoo mencoba mengangguk dalam, namun terasa sedikit sulit.

"Aku baik-baik saja.. memangnya.. hah... aku kenapa?"

Ia tak mengerti kenapa tubuhnya terasa sangat lemas sampai-sampai kehilangan nafas saat berbicara.

Bohyuk menatap saudaranya serius, "Kau tidak ingat, hyung?".

Wonwoo mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah beberapa detik menelusuri pikirannya, barulah ia menyadari sesuatu.

Mata Wonwoo melebar dan sorot matanya berubah cemas.

Hasun menungguku.

Ia mencoba mengurutkan kejadian yang terjadi padanya semalam.
Malam dimana ia dilukai oleh seseorang tanpa sepengetahuan Park Hasun.

(Flashback)

Seorang pria dengan tinggi 182 cm sedang berjalan sendirian di sebuah jalan menuju bioskop.
Ia sengaja memilih jalan di belakang bioskop yang memang agak sepi, karena pada dasarnya ia tak menyukai jalan di depan gedung yang ramai dan berisik.

Dan semenjak turun dari taksi yang ditumpangi dua menit lalu, pria ini tak bisa menyembunyikan senyuman yang terus mengembang di bibirnya.

Pria berkulit putih tersebut mengeratkan mantel biru tua baru yang membalut tubuh tegapnya. Ia sengaja membeli mantel dengan harga yang cukup menguras kantong orang biasa -untungnya dia ini chaebol-, hanya untuk acara malam ini -kencan.

I Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang