Jimin mengecup bibir milik kekasihnya, ia menatap kedua mata milik kekasihnya itu, menurut Jimin kekasihnya itu terlihat sempurna dimatanya, dengan segala kekurangan yang dimiliki kekasihnya tersebut Jimin masih menyayanginya. Tak peduli akan masa lalu yang menyakitinya, kini Jimin sudah bahagia dan sudah bisa tertawa, sudah ada seseorang yang menghentikan aktivitasnya buruknya, sudah ada yang berhasil menghibur hatinya yang sempat remuk.
Pertemuan mereka awalnya ketika Jimin baru saja pindah ke amerika, ia bertemu dengan Hoseok, salah satu murid asal korea, yang memintanya mengajari Bahasa inggris. Dari situlah keduanya menjadi dekat, dan bahkan saling meledek satu sama lain.
Jimin tertawa kecil mengingatnya dan mencium kembali bibir kekasihnya itu, sebelum pada akhirnya sang kekasih melumat bibir tebal Jimin karna saking gemasnya dengan kelakuan Jimin. Hoseok sudah menahannya daritadi, tapi Jimin benar benar seperti tak mengerti bahwa dirinya juga namja.
Hoseok menurunkan tangannya, yang dihentikan oleh tangan Jimin yang bebas, ciuman mereka terhenti, dan kini keduanya saling menatap satu sama lain, bedanya Jimin menatapnya seakan memperingatkan sementara Hoseok menatapnya dengan tatapan mengintimidasi miliknya, jika saja Jimin tak ingat dirumahnya masih ada ibu dan ayahnya, ia pasti sudah membalas perlakuan Hoseok daritadi.
"Hobi hyung—"
"Wae? Kau menginginkannya bukan?"
Hoseok memotong protes Jimin, ia menatap ke arah wajah Jimin yang memerah, tak lupa ia mencium pipi Jimin, meminta jawaban dari kekasihnya yang malah terdiam. Hoseok memeluk Jimin dari samping, dan berbisik ditelinga Jimin, yang sempat membuat Jimin menahan nafasnya.
"Ayolah kita bisa membuat ana—"
"Di mimpimu kuda! Jauh jauh sana!" potong Jimin cepat sambil menatap nyalang Hoseok, yang makin menjadi memeluknya erat,
"Ya ampun sayang, kau ingin ku buat tak berjalan lagi?" ucap Hoseok dengan senyuman sumringah, sementara Jimin tak mengindahkan semua itu.
"JAUH JAUH DARIKU MESUM!"
Satu bantal sukses menampar Hoseok, membuatnya mengeluh ketika Jimin di pelukannya malah melepaskan diri menuju handphonenya yang berbunyi.
"Halo, Park Jimin disini." Ucap Jimin sambil melirik ke arah Hoseok dengan sebal, "nde.... hyung?"
Mulut Jimin mengatup membentuk garis lurus, Hoseok menatap Jimin bingung, raut wajah pemuda itu berbeda dari biasanya, ah tidak, sama seperti ketika mereka baru pertama kali mereka bertemu, tatapan yang terlihat kosong.
"kakakku akan datang." Ucap Jimin rendah, ia menghela nafas berat, sebelum matanya mengarah ke arah Hoseok, "Hoseok, lebih baik kau pulang, ada hal penting yang akan kubicarakan."
Seulas senyum tipis terukir diwajah Jimin. Hoseok tahu itu bukan pertanda baik, tapi ia hanya mengangguk, dan menuruti permintaan Jimin.
Ting tong.
Cklek.
"Minji hyung, sudah lama tidak bertemu denganmu." Sambut Jimin dengan pelukan sambil melihat ke arah kakak kembarnya, yang kini tersenyum lebar padanya, dan mengacak rambut Jimin. Jimin hanya terkekeh kecil, sudah lama dia tidak merasakan tangan kakak kembarnya itu, tangan sama seperti Jimin, namun selalu menenangkannya disituasi apapun.
Keduanya melepas pelukan dan tersenyum satu sama lain. Jimin mempersilahkan Minji untuk masuk ke kamarnya,
"Masih membenci Yoongi?" ketika kalimat itu keluar dari Minji, Jimin menggelengkan kepala, memperlihatkan wajah bahagianya.

KAMU SEDANG MEMBACA
House of card
FanfictionYooMin /warning inside/ ketika Jimin mengetahui kebenaran tentang Min Yoongi