4. Sorry? Goodbye

155 30 6
                                    

"What?!! Jadi lu ketemu Gio lagi? Gila nekat amat sih lu Fei." Veren terkejut mendengar jika Fei bertemu Gio lagi.

Apalagi pertemuan itu disetujui keduanya untuk mengembalikan cincin itu.

Sudah dua hari sejak terakhir kali mereka bertemu dan Fei sangat yakin kalau itu Gio sahabatnya dulu. Karena pengakuan juga sudah didapatnya.

"Itukan cincin dari dia Fei, harusnya lu biarin aja kali!"

"Terus dia pake bilang lu bakal bahaya lah di deket dia, gila drama banget."

"Hmm, kira-kira kenapa gua bisa bahaya?" Tanya Fei.

"Yaiyalah, dia itu kan berandalan Fei." Sahut Gisel.

.

"Kamu awas ya sekali lagi main sama Fei!" Ucap seorang wanita dewasa yang diketahui Gio sebagai Tante Fei.

Dengan ketakutan, Gio meringkuk di pojok sudut kamarnya sambil meringis kesakitan karena pergelangan tangannya memerah akibat cengkraman wanita itu.

Tak lama kemudian seorang laki-laki berusia sekitar 30an memasuki rumah itu dan langsung disambut wanita dewasa di hadapannya.

Mereka berpelukan dan berciuman satu sama laim, membuat marah Gio yang ada disana.

"Dia kenapa ta?" Tanya ayah Gio.

"Mas tau kan temannya si Fei? Dia itu kan keponakan aku, masa Mas masih ngasih dia main sama keponakan aku?" Gerutu wanita itu.

"Kamu kurung aja dia dirumah, nanti juga dia nggak berani keluar." Ayah Gio mengambil sebuah cambuk dan melayangkannya ke badan Gio.

"Akh!" Ringis Gio kesakitan.

Ayahnya yang dia kenal yang selama ini hidup bersamanya, benar-benar berbeda seperti sesosok dihadapannya.

Bahkan cambuk itu belum pernah sekalipun menyentuh tubuhnya dan hari ini menjadi hari pertamanya terkena cambuk itu.

Ayahnya memandangnya bagaikan sampah dengan matanya yang memerah.

Ini bukan seperti ayahnya, mungkin ayahnya dimasuki roh lain yang membuatnya kesetanan dan bejat.

"Awas ya kamu main keluar lagi!"

Gio masih meringkuk di sudut kamarnya sambil melihat kedua orang dewasa itu perlahan meninggalkannya dan masuk ke kamar kedua orang tuanya, entah apa yang dilakukan mereka.

.

Darah bercucuran di sekitar wajah Gio, menampilkan luka-luka yang membuat wajah tampannya menghilang, walaupun gelap di malam hari, namun siapapun masih bisa melihat wajah Gio.

Dengan sedikit tenaga di dalam dirinya, Gio bangkit berdiri dan menghapus darah yang ada di wajahnya.

Tetapi dirinya jatuh lagi setelah di dorong oleh orang di hadapannya yang badannya lebih besar dan tegap daripadanya.

"Kan gue udah bilang! Jangan main-main sama cewek gue!" Orang itu melayangkan tinjunya lagi ke pipi Gio.

"Cih, cewek lo aja yang gatel! Gue nggak nafsu ya sama cewek lo!"

BUGH

Satu tonjokan lagi mendarat di perut Gio dan membuat darah segar mengalir dari mulutnya.

"Sialan lo ya ngatain cewek gue!"

BUGH

Gio sudah tidak berdaya lagi dan jatuh terjerembab di gang kecil yang gelal itu. Dan kemudian semuanya tiba-tiba gelap, Gio berharap ada seseorang yang menolongnya.

20 Years Old (UNFINISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang