Bab 7

125 9 1
                                    

Tak terasa hari berjalan begitu cepat secepat hari pernikahan ku yang akan datang beberapa minggu lagi. Setelah Grace datang, Joshua memboyongku ke rumah orang tua nya, mengenalkannya dan meminta izin akan menikahi ku. Tangan ku bergetar saat bersalaman dengan orang tuanya namun aku senang sebentar lagi aku tak akan larut dalam ketakutan kehilangan Joshua karena Grace.

Aku menunggu sambil mengetuk-ngetukan sepatuku beberapa kali berharap Joshua datang dengan berteportasi.

Kau idiot Clara

Aku meruntukki pikiran aneh ku ini, mustahil.

Aku membuang nafasku kasar, kesal karena lama menunggu dan kesal telah diabaikan. Aku memutuskan untuk bangkit dan pergi ke kantor Joshua untuk meminta penjelasan darinya.

Aku duduk di belakang taksi dan segera memanggil nomor joshua.

"Maaf, nomor yang anda tuju sed--"

Shit

Aku sudah menelfonnya tapi suara wanita itu selalu keluar dan membuat ku gemas menunggu.

"Apa yang sedang kau lakukan jo?"

****

Setelah sampai aku bergegas masuk dan pergi menuju ruangan Joshua. Setelah sampai dengan beringas aku berlari ke ruangan joshua.

Brak

Pintu itu terbuka dengan paksa dan menampilkan adegan mesra antara Joshua dan Grace.

Aku berusaha menahan air mataku agar tak tumpah ruang di pipiku, berharap kejadian ini hanya mimpi dan aku terbangun dengan alarm yang berada disebelah meja nakasku.

"Oh jadi ini yang kau lakukan, setelah kau meminta aku untuk resign? Hah, betapa bodohnya aku." Kata ku dengan sunggingan senyum tanda mengunjing.

"Ini tak seperti yang kau liat Cla." Kata Joshua berusaha membela diri.

"Lalu apa? Aku melihat kalian ciuman dengan sangat mesra?" Kata ku sambil menatap Grace yang tertunduk malu.

"A-aku--"

"Aku apa hah? Aku salah menilai mu jo, kau biadap." Kata ku dengan air mata yang tak bisa lagi dibendung.

"Aku mempercayakan semuanya kepadamu tap--"

Ia memotong ucapan ku lalu mencengkram lengan ku dengan paksa dan mencium bibir ku di hadapan Grace, rasanya ada yang bergejolak di dalam diriku. Saat aku mukai kehabisan nafas, aku memukul pelan dada bidangnya dan ia melepaskan pangutan bibirnya di bibirku.

"Apa kau sudah mengerti?" Katanya sambil mengelus pipi ku yang basah akan air mata.

"Jelaskan, dan berharap lah bahwa aku akan mengerti." Kata ku dengan tatapan tajam menatap Grace yang kikuk di sudut ruangan.

"S-sebenar--"

"Aku yang memaksanya." Kata Grace lantang kemudian mendekat diantara kami.

"Maksud mu?" Tanya ku.

"Hmm, cinta yang dulu tersimpan, hanya dulu." Katanya berusaha untuk menyakinkan ku.

"Hingga melupakan hari dimana memilih cicin?" Kata ku sambil mengangkat sebelah alisku.

Joshua menepuk dahinya pelan pertanda baru ingat apa yang dia lupakan.

"Sunguh aku lupa Cla, banyak berkas yang harus ku tanda tangani dan ku teliti lagi. M-maafkan aku." Katanya sambil terus mencium tanganku.

Lalu setelah itu kita bergegas pergi ke toko yang kami tuju, meninggalkan Grace yang berjalan lesu di lobby dengan wajah semeraut.

****

Sehari setelah kejadian itu, aku datang ke kantor Joshua sambil membawa makan siang untuknya. Aku sengaja tidak memberi tahunya sebagai kejutan, namun aku malah dikejutkan oleh seorang wanita yang berada di satu lift dengan ku membawa paper bag..

"Untuk apa kau datang kesini?" Tanya ku.

"Untuk memberi calon suami mu makan siang, itung-itung perpisahan karna sebentar lagi akan menikah." Kata Grace lesu.

"Clara ku mohon jangan egois, aku dan Joshua saling mencintai sejak Sma. Dan ia sampai detik ini masih mencintai ku begitu pun sebaliknya. ku mohon lepaskan dia untuk ku."

"Tidak akan! Dia mencintai aku, bukan kamu!" Kata ku tegas membuat hawa panas menyeruak di lift yang sedang berjalan.

"Kau egois! Kami saling mencintai apa salah nya kami bersatu? Kamu egois clara!" Katanya seakan menunjuk ku yang paling bersalah di sini.

"Tidak kau lah yang egois!" Seru ku tak mau kalah.

"Bercerminlah! Dasar egois." Katanya lalu meninggalkan ku berlari dengan kencang seakan menembus angin dan menabrak beberapa staff yang sedang berlalu lalang.

Ucapannya terngiang-ngiang di telingaku, seperti kaset rusak yang tak memiliki jalan buntu. Namun aku berusaha untuk tak mengubrisnya, aku berjalan keruangan Joshua sambil bersenandung kecil dan tersenyum saat beberapa staff menyapa ku.

****
Besok adalah hari dimana ku akan terikat oleh Joshua di hadapan Tuhan dan lainnya. Aku menggunakan hari ini untuk memilih gaun pengantin, aku sengaja untuk tidak membelinya pada saat hari-hari yang lalu karena agar sebagai kejutan sebagaimana tatapan Joshua yang pangling saat melihat ku.

Aku memakai gaun pernikahan lama milik ibu ku, karena butik pernikahan teman-teman ku tak memiliki size tubuh ku.

Aku mencobanya, gaun itu memiliki 2 lapisan. Lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam untuk menutupi kaki jenjang ku, lapisan luar untuk penghiasnya.

Aku keluar dengan debaran halus di dadaku, ini bukan perbikahan Clara, rileks. Aku melihatnya sedang duduk dan membaca majalah milikku. Oh Tuhan kenapa Jantung ini berdegup sangat kencang?

Dia melihat ku kemudian bangkit dari bangku yang tdi ia duduki. Mukutnya menganga dan matanya melotot melihat ku. Apakah penampilan ku buruk?

"K-kau cantik sekali,Cla." Katanya masih dengan mata melotot dan mulut menganga.

Oh Tuhan terimakasih.

"T-terimakasih." Kata ku masih dengan jantung berdegub kencang.

Belum lama kita saling bertatapan handphone gengam milik Joshua bergetar menandakan datangnya sebuah panggilan.

Drdttt drdtttt drdrtttt

"Hallo."

".........."

"APA? B-berikan pada ku alamatnya."

"............"

"Ok aku akan kesana."

Pip

"Ada apa?" Tanya ku bingung pada perubahan wajahnya.

"Grace melakukan percobaan bunuh diri." Katanya.

"APA?"

Bersambung

Hay saya balik lagi^^ maaf ya lama, Saya seneng kalo kalian baca cerita saya^^ sorry kalo ada typo. Oiya, Votementnya jangan lupa ya^^ Terimakasih sudah mampir^^

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang