[16] Semakin dekat

6.6K 467 32
                                    

"Hhhh... untung kamu cepet datengnya tadi. Kalo gak udah jadi sop aku Mel," ucap Lidya saat dia dan Melody duduk di sebuah gazebo yang ada di belakang rumah Melody.

"Apaan.. berlebihan kamu ihh. Emangnya papa sama mama aku pemakan segala apa. Aku bilangin nih." Melody ingin beranjak dari duduk nya, tapi Lidya sudah menahannya terlebih dahulu.

"Eitss... becanda kali Mel hehe. Habis papa kamu ngeliat akunya gitu, kayak mau makan aku tahu nggak. Pasti kamu cerita macem-macem sama mereka kan? Soalnya reaksinya sama semua."

"Nggak kok, aku cuma bilang kamu itu sering gangguin aku di kantor. Jadi ya... siap-siap aja." Melody berbicara dengan santainya sambil memakan beberapa kue kering yang berada di depan mereka.

"Tuh kan gitu. Sebel!" Lidya memanyunkan bibirnya.

"Hahaha becanda sayang. Aku gak sejahat itu kok. Lagian mereka belum tahu hubungan kita."

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa belum dikasih tahu? Kamu malu ya punya pacar kayak aku." Lidya membuat expresi sedihnya.

"Eh...ga gitu. Emnn... gimana ya?" Melody terlihat sedikit berfikir akan pertanyaan Lidya tadi.

"Tuh kan ga bisa jawab. Berarti bener. Huhuhu."

"Iih ga gitu atuh. Aku belum kasih tahu mereka karena belum ada waktunya aja. Nanti habis ini aku kasih tahu deh."

"Ga usah."

"Idih ngambek, masak cuma gara-gara itu doang ngambek sih.. emnnn." Melody mencubit kedua pipi Lidya dengan gemas.

"Biarin wlekk."

"Dih gitu... hahaha."

"Melody kelihatan bahagia ya mah," ucap ayah Melody dari jauh.

"Iya... mama seneng liatnya. Udah lama ga liat dia ketawa kayak gitu," jawab sang ibu.

"Semoga dia adalah pilihan yang terbaik."

***

"Kak Lidya main yuk?" ajak Nabilah saat menghampiri Melody dan Lidya.

"Boleh... mau main apa?"

"Main ini." Nabilah memperlihatkan sebuah layangan yang baru ia beli.

"Duh... dek, kamu itu udah besar ngapain masih main layangan. Percuma sekolah jauh-jauh tapi kelakuannya ckckck." Melody menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah sang adik.

"Gapapa kali Mel, itung-itung mengenang masa lalu," ucap Lidya.

"Wlekk... tuh kan kak Lidyanya aja ga keberatan. Yukk kak, kak Melody kita tinggal aja." Nabilah kemudian menarik tangan Lidya untuk mengikutinya.

"Dasar."

Dan disinilah mereka, disebuah lapangan kecil yang biasa dipakai untuk bermain sepakbola. Melody awalnya memang menolak, tapi pada akhirnya dia mengikuti kemauan sang adik juga.

"Adik kamu lucu ya," ucap Lidya saat melihat Nabilah yang begitu excited bermain layangan. Mereka sedang berteduh di bawah pohon karena cuaca yang sangat terik.

"Iya, mungkin karena disana dia ga ada temen main. Jadi ya gitu deh, pulang-pulang makin ajaib aja kelakuannya. Mana ga bisa ditolak juga permintaannya. Maka dari itu, kemarin aku pulang ke Bandung gara-gara dia ngerengek minta ketemu."

"Oh iya! aku sampe lupa nanyain kenapa kamu tiba-tiba pulang ke Bandung terus ga ngabarin aku. Aku telpon juga ga nyambung. Makanya aku nyamperin kesini."

My Workaholic BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang